Leicester City semakin menakutkan di tangan pelatih Brendan Rodgers. Mereka pun berpeluang untuk bersaing memperebutkan trofi Liga Inggris musim ini.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
LEICESTER, MINGGU — Peluang Leicester City untuk kembali menjuarai Liga Inggris seperti musim 2015-2016 semakin ramai dibicarakan setelah tim berjuluk ”Si Rubah” itu menekuk Arsenal 2-0 di Stadion King Power, Minggu (10/11/2019) dini hari WIB. Kemenangan itu menjadi bukti Leicester terus menebar teror dan membuat ”kekacauan” di zona tiga besar.
Leicester meraih empat kemenangan beruntun sejak dikalahkan Liverpool, 1-2, awal Oktober, termasuk kemenangan sensasional dengan melibas Southampton 9-0. Pelatih Leicester City Brendan Rodgers telah mengubah Leicester menjadi tim yang sangat seimbang di setiap lini.
Permainan Leicester malam itu mengingatkan peristiwa datangnya Unai Emery sebagai pelatih baru Arsenal pada akhir Mei 2019. Ivan Gazidis, ketika masih menjadi CEO Arsenal saat itu, sangat memuji Unai Emery. ”Emery menampilkan permainan yang menarik dan progresif yang sangat sesuai dengan Arsenal,” kata Gazidis seperti dikutip BBC.
Namun, pujian itu justru lebih tepat untuk menggambarkan permainan Leicester, bukan Emery dan Arsenal. Di tangan Rodgers, Si Rubah menjadi tim yang menampilkan permainan kolektif yang sangat atraktif. Lini tengah yang diisi trio Wilfred Ndidi, Youri Tielemans, dan James Maddison merupakan kekuatan utama tim.
Ndidi sangat jeli membaca pergerakan lawan dan merebut bola. Ia bekerja sama dengan Tielemans dan Maddison untuk memasok bola kepada Jamie Vardy. Umpan dari Tielemans baru bisa diubah Vardy menjadi gol menit ke-68. Mereka mendapat momentum dan kembali mencetak gol kedua. Kali ini Vardy memberikan asis kepada Maddison menit ke-75.
Rodgers sukses memoles Vardy menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris dengan total 11 gol. ”Vardy adalah pria yang akan selalu berlari untukmu. Dia selalu bermain dengan tersenyum,” kata mantan pelatih Liverpool dan Celtic itu.
Keseimbangan berkat sentuhan Rodgers ini membuat Si Rubah memanjat ke peringkat kedua klasemen dengan 26 poin, sebelum Liverpool menjamu Manchester City. Leicester sudah bermain 12 kali, sedangkan Liverpool dan City baru 11 kali. Sebelum bertemu, Liverpool berada di puncak klasemen dengan 31 poin dan City di peringkat keempat dengan 25 poin.
Leicester telah melampaui target awal untuk berada di peringkat enam besar dan kini boleh berharap untuk ikut bersaing merebut trofi Liga Inggris. Meski Rodgers tidak ingin berharap banyak bisa menjadi juara, ia mengatakan sedang melempar ”granat tangan”. Ia membuat kejutan yang meresahkan tim-tim besar seperti Liverpool, City, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Arsenal.
”Saya datang ke klub ini untuk menghasilkan sesuatu dan membuat tim bisa konsisten pada tahun-tahun berikutnya. Kami hanya memikirkan pengembangan tim, dan jika bisa tampil di kompetisi Eropa, itu bagus,” kata Rodgers. Dengan finis di peringkat empat besar pada akhir musim nanti, Si Rubah akan tampil lagi di Liga Champions.
Semakin terpojok
Apabila Rodgers dielu-elukan, maka Emery semakin terpojok. Kekalahan dari Leicester membuat kariernya terancam. Sudah muncul rumor bahwa mantan pelatih Barcelona dan tim nasional Spanyol, Luis Enrique, disebut sebagai pengganti Emery.
Dalam lima laga terakhir di semua kompetisi, Arsenal menelan dua kekalahan dan mendapat tiga hasil imbang. Kini Arsenal berada di peringkat keenam dengan 17 poin. ”Saya sudah berbicara kepada klub dan minta agar tetap tenang. Saya meminta kesabaran karena kami sedang memperbaiki diri dan memulihkan kepercayaan diri,” kata Emery. (AFP/REUTERS)