Penyusutan air Waduk Riam Kanan akibat kemarau panjang tahun ini cukup parah. Kekeringan mengancam kegiatan budidaya ikan air tawar di bagian hilir waduk
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Penyusutan air Waduk Riam Kanan akibat kemarau panjang tahun ini cukup parah. Kondisi tersebut tidak hanya mengganggu operasional pembangkit listrik yang bersumber pada tenaga air, tetapi juga mengancam kegiatan budidaya ikan air tawar di bagian hilir waduk yang berada di wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, itu.
Hampir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Martapura yang berada di hilir Waduk Riam Kanan dijumpai kegiatan budidaya ikan air tawar menggunakan keramba jaring apung. Sebagian besar jenis ikan yang dibudidaya oleh masyarakat setempat adalah nila dan mas.
H Badaruddin (47), pembudidaya ikan di Desa Sungai Alang, Kecamatan Karang Intan, Banjar, Selasa (12/11/2019), menuturkan, kegiatan budidaya ikan di sepanjang DAS Martapura terancam gagal karena terjadi penurunan debit air sungai. ”Dari kondisi normal, permukaan air sungai saat ini turun sekitar 3 meter,” katanya.
Akibat penurunan debit air sungai, kata Badaruddin, sebagian pembudidaya menunda penebaran benih ikan dan membiarkan kerambanya kosong. Sebagian pembudidaya lain tetap menebar benih ikan, tetapi menyiasatinya dengan mengurangi kepadatan ikan dalam satu keramba dan tidak mengisi semua keramba. Jika ada 10 keramba, misalnya, yang diisi cuma lima keramba. ”Kalau tidak begitu, ikan yang dibudidaya terancam mati massal,” ujarnya.
Kalau tidak begitu, ikan yang dibudidaya terancam mati massal.
Pertengahan Oktober lalu, hampir semua pembudidaya ikan di Karang Intan merugi akibat kematian massal ikan. Dari 45 keramba jaring apung yang dimiliki Badaruddin, hanya 16 keramba yang selamat dari kematian massal. ”Ulun (saya) rugi sekitar Rp 150 juta,” ungkapnya.
Badaruddin menyebutkan, keramba ikan yang terdampak kematian massal tahun ini lebih dari 500 keramba. ”Total kerugian yang diderita semua petani ikan diperkirakan mencapai miliaran rupiah,” kata ketua kelompok pengawas masyarakat perikanan Sungai Alang itu.
Menurut Supiani (50), pembudidaya ikan lainnya, kematian massal ikan tahun ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. ”Tahun lalu juga ada kematian ikan, tetapi tidak separah kematian tahun ini,” ujarnya.
Kemarau tahun ini, diakui Supiani, memang lebih panjang daripada kemarau tahun lalu. Kondisi kemarau tahun ini hampir seperti kemarau tahun 2015. ”Ulun masih belum berani mengisi keramba. Ulun menunggu air naik dan kondisinya stabil,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, air Waduk Riam Kanan tampak surut. Bagian tepi waduk di sekitar dermaga sudah mengering sehingga mobil dan sepeda motor bisa parkir di situ.
”Air waduk surut seperti sekarang pernah terjadi saat kemarau tahun 2015. Permukaan airnya turun sekitar 5 meter,” kata Suriansyah (50), warga Tiwingan Lama yang tinggal dan berjualan di dermaga Riam Kanan.