Gelombang laut dan tiupan angin kencang akan menjadi tantangan tambahan bagi para pedayung Indonesia saat berlaga pada SEA Games 2019 di Teluk Subic, Filipina. Hal ini diantisipasi dengan menambah latihan beban.
Oleh
Denty Piawai Nastitie/Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
JATILUHUR, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, lomba dayung SEA Games 2019 akan diadakan di perairan terbuka dengan tantangan berupa angin dan gelombang. Untuk mempersiapkan diri, tim dayung Indonesia menggelar latihan di arena bergelombang di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, dan berlatih keseimbangan dan kekuatan tubuh dengan latihan beban.
Pelatih kepala tim dayung Indonesia M Hadris mengatakan, dayung pada SEA Games 22019 diadakan di Subic, sekitar 3,5 jam perjalanan dari Manila.
”Dari start hingga jarak 1.500 meter, kondisi air masih tergolong flat karena berada di teluk. Namun, pada jarak 500 meter menjelang finis di Pantai Dungaree, akan ada gelombang setinggi 30-50 sentimeter yang dapat menghambat laju perahu. Pertarungan kita dimulai justru menjelang finis lomba,” kata Hadris di Waduk Jatiluhur, Senin (11/11/2019).
Hadris menjelaskan, gelombang pada perairan terbuka dapat menguntungkan atau merugikan pedayung Indonesia. Merugikan karena gelombang berpotensi membuat laju perahu lambat. Selain itu, gelombang juga bisa membuat oleng bahkan terbalik. Namun, selain bisa mengendalikan keseimbangan perahu, gelombang juga bisa menguntungkan atlet.
Belajar dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016, banyak pedayung dunia tidak bisa menyelesaikan lomba karena perahu terbalik akibat gelombang. Agar kejadian serupa tidak menimpa pedayung Indonesia, atlet dituntut dapat menjaga keseimbangan tubuh. Kekuatan dan daya tahan tubuh untuk mengemudikan perahu di tengah gelombang juga dibutuhkan.
Hadris menjelaskan, berdasarkan aturan dunia, perlombaan akan ditunda atau dihentikan jika tinggi gelombang di atas 50 cm. ”Tetapi, di bawah 50 cm masih bisa berlangsung,” katanya.
Sejak tiga bulan lalu, tim dayung Indonesia menggelar pelatnas di Waduk Jatiluhur. Lokasi latihan berpindah dari tempat sebelumnya di Situ Cileunca, Pangalengan, Jabar. Lokasi pelatnas dipindahkan karena air di Situ Cileunca sedang surut akibat kemarau berkepanjangan.
Selain itu, Waduk Jatiluhur dipilih sebagai lokasi latihan karena kondisi airnya bergelombang setinggi 30-50 cm, mirip arena lomba SEA Games 2019. ”Meskipun tinggi gelombang di Waduk Jatiluhur dan Subic hampir sama, kemungkinan arus airnya berbeda. Kami tidak bisa membaca arus air karena tergantung arah angin,” ujar Hadris.
Untuk menyesuaikan situasi lomba, para atlet juga akan berlatih di Ancol, Jakarta Utara. Latihan akan diadakan sepekan menuju SEA Games 2019.
Kecewa
Pelatih dayung Agus Budiaji mengatakan, banyak negara di Asia Tenggara kecewa karena lomba dayung diadakan di perairan terbuka. Ini membuat atlet kesulitan mengukir catatan waktu terbaik.
”Tidak hanya Indonesia, tim dari Thailand, Vietnam, bahkan tuan rumah Filipina juga keberatan. Tetapi, sama seperti di Indonesia, air danau dan sungai di sana sedang surut sehingga mau tidak mau lomba digelar di perairan terbuka,” katanya.
Banyak negara di Asia Tenggara kecewa karena lomba dayung diadakan di perairan terbuka. Ini membuat atlet kesulitan mengukir catatan waktu terbaik. (Agus Budiaji)
Kemarin, di Waduk Jatiluhur, pedayung Indonesia berlatih keseimbangan dan kekuatan tubuh dengan angkat beban. Latihan keseimbangan dilakukan dengan berdiri di atas bola karet keseimbangan (bosu). Latihan dilakukan untuk menguatkan otot inti, betis dan paha. Atlet juga berlatih otot tangan dengan latihan beban. Latihan keseimbangan dan latihan beban dijalani atlet setiap hari setelah berlatih di air.
Di SEA Games, Indonesia akan mengirimkan 13 pedayung, terdiri atas tujuh atlet putra dan enam putri untuk tampil pada nomor rowing. Atlet membidik setidaknya dua medali emas pada nomor kelas ringan dua pedayung skull putra (LM2X) dan pedayung dua putra (M2-).
Pedayung asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Ihram menuturkan, dirinya yakin bisa meraih medali emas. ”Kami yakin karena saat tampil di Kejuaraan Rowing Asia kami bisa mengalahkan pedayung Asia Tenggara, seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina. Catatan waktu kami juga masih yang terbaik,” ujar atlet yang sudah bergabung dengan pelatnas sejak 2011 itu.
Bagi Ihram, ini akan menjadi SEA Games terakhirnya. Oleh karena itu, ia siap tampil maksimal demi meraih medali emas. ”Saya sudah delapan tahun hidup jauh dari keluarga dan bekerja keras untuk negara. Saatnya saya kembali ke daerah dan menjadi pelatih untuk atlet-atlet daerah,” kata peraih medali emas SEA Games 2015 ini.