Untuk kedua kali tahun ini, pembayaran honor tim nasional dayung Indonesia terlambat. Tertundanya pembayaran honor ini mengganggu konsentrasi para atlet.
Oleh
Denty Piawai Nastitie/Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Tim nasional dayung Indonesia belum menerima honor pelatnas selama lima bulan terakhir. Keterlambatan honor ini ironis karena tim ”Merah Putih” ditargetkan meraih medali emas pada SEA Games Filipina 2019. Keterlambatan honor membuat atlet dan pelatih resah mengingat kebutuhan hidup sehari-hari yang harus dipenuhi.
Pedayung senior peraih medali emas Asian Games 2018, Ihram, mengatakan, keterlambatan honor sangat mengganggu konsentrasi latihan karena ia terbiasa mengirim uang untuk kebutuhan keluarga di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Honor atlet juga diperlukan untuk biaya hidup sehari-hari selama di pelatnas, seperti untuk membeli bensin, pulsa, dan sabun cuci pakaian. ”Dengan kondisi ini, ya harus irit-irit,” katanya di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (12/11/2019).
Tertundanya pembayaran honor tim dayung bukan sekali ini saja terjadi. Tahun ini setidaknya sudah dua kali honor terlambat. Honor pelatnas, yang programnya berjalan sejak Januari, baru dibayarkan enam bulan kemudian atau pada Juni 2019. Selanjutnya, honor latihan Juli hingga November 2019 sama sekali belum cair. Besaran honor atlet Rp 4.500.000-Rp 9.500.000 per bulan.
Ihram mengatakan, banyak atlet yang tidak tahan dengan keterlambatan honor pelatnas. ”Kalau honor terus tersumbat, ya banyak atlet kabur-kaburan. Mereka keluar-masuk pelatnas untuk bekerja dan latihan. Kami bertahan di sini karena punya tanggung jawab untuk meraih medali SEA Games. Kalau kami keluar, penampilan bisa menurun,” jelasnya.
Pedayung Romdon Mardiana mengatakan, keterlambatan honor membuatnya kesulitan mengirim uang ke kampung halaman. ”Biasanya kami mengirim uang ke kampung halaman, sekarang keluarga di kampung malah mengirim uang ke sini. Keluarga di kampung hidup dengan mengandalkan tabungan sisa bonus kejuaraan,” katanya.
Peraih medali emas Kejuaraan Rowing Asia 2019, Dendry dan Ferdiansyah, menyayangkan keterlambatan honor ini. ”Pemerintah menargetkan kami juara, tetapi kurang mendukung kami meraih prestasi. Seharusnya ada perhatian untuk kami,” katanya.
Bagi Ferdiansyah, keterlambatan honor ini sangat meresahkan karena sebentar lagi istrinya, Linda Janatunisa (24), akan melahirkan. ”Sekarang istri saya hamil delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Tentu kami punya banyak kebutuhan,” katanya.
Berbeda
Bagi tim dayung, keterlambatan uang saku bukan satu-satunya persoalan. Tahun ini mereka menjalani pelatnas dengan kondisi yang jauh berbeda dari persiapan Asian Games 2018. Tahun lalu, tim ini mengikuti lima kejuaraan dayung internasional di Eropa, Asia, dan Australia, termasuk Kejuaraan Asia dan Kejuaraan Dunia. Tahun ini atlet hanya mengikuti dua kejuaraan di Asia, yaitu di Thailand dan Korea Selatan.
Jumlah atlet yang dikirim ke luar negeri juga berkurang. Tahun lalu, 30 atlet bisa mengikuti kejuaraan internasional. Menjelang SEA Games, hanya 10 atlet yang berangkat uji coba kejuaraan di luar negeri. Keterbatasan anggaran membuat tim dayung tak bisa mengikuti training camp ke Eropa.
Sekretaris PB PODSI Edy Suyono mengatakan, keterlambatan honor atlet terjadi karena minimnya anggaran pelatnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. ”Kami hanya menerima anggaran Rp 12 miliar untuk tiga disiplin olahraga, yaitu rowing, kano/kayak, dan perahu naga. Anggaran ini hanya cukup untuk membayar honor atlet dan pelatih selama tujuh bulan,” katanya.
Menurut Edy, telah diajukan tambahan anggaran Rp 9,2 miliar untuk membayar uang saku atlet dan pelatih lima bulan terakhir. Dana itu juga untuk membeli suplemen, perlengkapan latihan, dan akomodasi. ”Sejak awal tahun kami sudah menyampaikan kekurangan anggaran mengingat kebutuhan cabang dayung sangat banyak. Akhirnya, pada akhir tahun kami kedodoran dan harus menunda gaji atlet,” katanya.
Wakil Ketua Umum PB PODSI Budiman Setiawan menambahkan, Ketua Umum PB PODSI sekaligus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono sudah bertemu Menpora Zainudin Amali untuk membahas kekurangan anggaran.
”Kemenpora berkomitmen untuk membantu kami. PB PODSI juga sudah beberapa kali bertemu dengan Deputi Peningkatan Olahraga Prestasi Kemenpora, semoga tambahan anggaran segera terealisasi,” katanya.