Meksiko yang dikenal sebagai benteng politik bagi pemimpin sayap kiri di Amerika Latin memberi suaka kepada mantan Presiden Bolivia Evo Morales.
Oleh
·2 menit baca
Morales, orang pribumi pertama yang menjadi presiden di Bolivia, terbang ke Meksiko Senin (11/11/2019). Morales, yang memerintah Bolivia selama 14 tahun dan mengundurkan diri Minggu (10/11), lewat Twitter berterima kasih kepada Meksiko. ”Tetapi, saya sedih harus meninggalkan Bolivia karena alasan politik, setelah berminggu-minggu protes keras dan kerusuhan”, tulisnya.
Dalam sebuah foto yang di-twitt Menlu Meksiko Marcelo Ebrard, Morales terlihat duduk sendirian di atas jet dengan ekspresi sedih, tanpa senyum, dengan bendera merah, putih, dan hijau Meksiko di pangkuannya.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memuji keputusan Morales mundur dari jabatannya daripada membahayakan lebih banyak nyawa warga Bolivia. Kepergian Morales ke Meksiko kian meningkatkan krisis di negara-negara di Amerika Latin. Beberapa negara, seperti Ekuador dan Chile, hingga kini masih dilanda kerusuhan.
Pemerintahan Morales runtuh pada hari Minggu setelah Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyampaikan laporan yang memberatkannya terkait dengan penyimpangan serius dalam pemilu 20 Oktober 2019. Hal itu mendorong partai koalisi yang berkuasa mundur dan tentara mendesak Morales mundur. Terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan oleh pengunjuk rasa, termasuk di rumah Morales.
Tanggapan beragam muncul menyusul mundurnya Morales. Di Venezuela, penentang Nicolas Maduro yang diketahui bersekutu dengan Morales menyambut gembira. Mereka berharap Maduro mengikuti jejak Morales. Terkait dengan kejatuhan Morales, Presiden Brasil Jair Bolsonaro lewat Twitter menulis, ”Hari yang menyenangkan”.
Rebutan pengaruh negara besar di Amerika Latin, persaingan sayap kiri dan kanan menyulitkan konsolidasi demokrasi di benua ini.
Namun, Presiden terpilih Argentina Alberto Fernandez menggemakan pernyataan Morales bahwa dirinya dikudeta. Tahun ini, kelompok kiri kembali ke puncak kekuasaan di Meksiko dan Argentina.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pengunduran Morales adalah ”momen penting bagi berkembangnya demokrasi”. ”Kejadian ini mengirim sinyal kuat kepada ’rezim ilegal’ di Venezuela dan Nikaragua bahwa demokrasi dan kehendak rakyat akan selalu menang,” kata Trump.
Akan tetapi, jika berlarut-larut, kekosongan kekuasaan di Bolivia dikhawatirkan kian memperdalam krisis dan menyulitkan pelaksanaan pemilu ulang. Pasalnya, presiden, wakil presiden, ketua senat, yang semuanya dari kelompok kiri, telah mengundurkan diri pada hari Minggu.
Rebutan pengaruh negara besar di Amerika Latin, persaingan sayap kiri dan kanan menyulitkan konsolidasi demokrasi di benua ini. Di Bolivia, kesulitan tecermin dari pengunjuk rasa yang tidak berasal dari satu kelompok politik dan mereka pun tidak punya tokoh pemersatu.