Penyebab bayi yang lahir dengan kelainan gastroschisis di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, ditelusuri. Tim medis mengambil sampel rambut dan memeriksa sumber air dan makanan keluarga tersebut.
Oleh
Nikson Sinaga / Yola Sastra
·2 menit baca
MANDAILING NATAL, KOMPAS - Penyebab bayi yang lahir dengan kelainan gastroschisis di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, masih ditelusuri. Keluarga bayi tinggal di perkebunan sawit yang berjarak 3-5 kilometer dari areal perusahaan tambang emas serta sekitar 10 kilometer dari Sungai Batang Natal yang dipenuhi tambang emas rakyat.
Seperti diberitakan sebelumnya, bayi dengan gastroschisis atau kelainan usus berada di luar itu lahir dari ibu Sri Rahayu Simanjuntak (20) di Desa Simpang Durian, Kecamatan Lingga Bayu, Mandailing Natal, Sabtu (9/11/2019). Kartika Lase, bayi itu, telah menjalani operasi pada Senin (11/11) dan dirawat di RSUP Dr M Djamil, Kota Padang, Sumatera Barat. Selama perawatan, ia didampingi ayahnya, Beji Jeky Lase (28).
Kepala Dinas Kesehatan Mandailing Natal Syarifuddin Lubis menyatakan, pihaknya bersama tim dari Kementerian Kesehatan juga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah turun ke lokasi untuk meneliti penyebab gastroschisis itu. Tim sudah mengambil sampel rambut dari Sri dan anak pertamanya, yakni Sabastian Lase (1,5 tahun). Tim juga memeriksa sumber air dan makanan keluarga tersebut.
”Sampel itu akan diuji di laboratorium untuk melihat apakah keluarga tersebut terpapar merkuri melampaui ambang batas atau tidak,” kata Syarifuddin, Selasa (12/11). Pantauan Kompas, Sri tinggal di perumahan perkebunan sawit, 3-5 km dari areal perusahaan tambang emas. Saat ditemui, Sri mengatakan, ia dan suaminya sudah dua tahun bekerja dan tinggal di perkebunan sawit itu.
Sehari-hari, Sri dan keluarga nya mengonsumsi air dari sumur gali di perumahan perkebunan. Sumur itu juga digunakan oleh pekerja di perkebunan sawit. ”Kalau untuk makanan, kami membeli beras, sayur, dan lauk-pauk yang dijual di pasar,” katanya. Rumah Sri berada sekitar 10 kilometer dari Sungai Batang Natal. Aktivitas pertambangan emas rakyat kian marak di sepanjang sempadan sungai.
Sementara itu, Bupati Mandailing Natal Dahlan Hasan Nasution menyatakan sudah memaparkan kondisi darurat tambang ilegal di daerahnya kepada pemerintah pusat. ”Sudah terlalu banyak korban akibat tambang emas. Bayi yang lahir tidak normal. Air Sungai Batang Natal yang sebelumnya jernih kini menjadi coklat. Sempadan sungai rusak karena tambang emas,” katanya.