Perjalanan Rafael Nadal untuk merebut gelar juara Final ATP semakin berat setelah kalah pada laga pertama.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Rafael Nadal datang ke London dengan misi juara turnamen Final ATP untuk pertama kalinya sekaligus mempertaruhkan posisi sebagai petenis nomor satu dunia. Namun, perjalanannya dimulai dengan berat karena belum terlalu pulih dari cedera otot perut.
Perjalanannya semakin berat setelah melewatkan kesempatan pertama untuk membuka peluang demi dua target itu. Tak ada kata lain, selain menang dalam perjalanannya di London, Inggris.
Di O2 Arena, London, Selasa (12/11/2019) dini hari WIB, Nadal dikalahkan Alexander Zverev, 2-6, 4-6. Petenis Spanyol itu melewatkan kesempatan besar meraih kemenangan pertama dalam persaingan di Grup Andre Agassi.
Berdasarkan statistik pertemuan, Zverev seharusnya menjadi lawan yang termudah bagi Nadal dibandingkan dengan dua petenis lain dalam grup yang sama, yaitu Stefanos Tsitsipas dan Daniil Medvedev. Nadal selalu menang dalam lima pertemuan sebelumnya dengan Zverev, hanya unggul 2-0 atas Medvedev, dan pernah dikalahkan Tsitsipas (4-1).
”Sascha bermain sangat baik dan saya tidak. Saya bisa mencari alasan untuk hasil ini, tetapi akhirnya yang saya perlukan adalah bermain lebih baik dalam dua laga berikut. Itu satu-satunya yang saya butuhkan,” ujar Nadal seusai dikalahkan Sascha, sapaan Zverev.
Penyisihan grup berlangsung dalam format round robin. Petenis yang kalah pada satu laga masih punya peluang menempati peringkat dua besar grup, sebagai syarat lolos ke semifinal. Untuk itu, Nadal tak boleh kalah melawan Medvedev dan Tsitsipas.
Laga krusial
Persaingan melawan Medevev, Rabu, akan menjadi laga krusial karena kedua petenis mengalami kekalahan pada laga pertama. Nadal dan Medvedev dipastikan akan menghindar dari kekalahan kedua untuk bisa lolos ke semifinal.
Medvedev, yang dikalahkan Tsitsipas, 6-7 (5-7), 4-6, tampil baik dalam persaingan di lapangan keras sejak awal Agustus. Dia tampil di final pada enam turnamen beruntun yang memberinya tiga gelar juara.
Salah satu momen penting dalam karier Medvedev juga terjadi pada salah satu final itu, yaitu melawan Nadal pada Grand Slam AS Terbuka. Meski akhirnya kalah, Medvedev memaksa Nadal bermain lima set.
Akan tetapi, melawan petenis Rusia berusia 23 tahun itu di lapangan cepat dalam ruangan akan menjadi tantangan lebih berat. Medvedev memiliki servis dengan kecepatan hingga 209 kilometer per jam yang menjadi senjata di lapangan berkarakter cepat tersebut. Apalagi, laga berlangsung dalam best of three sets, bukan best of five sets seperti Grand Slam.
”Saya masih berpikir positif dan kompetitif. Saya kecewa karena itu yang tidak ada pada diri saya saat melawan Sascha. Saya tahu akan tampil dengan kondisi tidak seratus persen dan itu memengaruhi gerakan serta kepercayaan diri saat memukul bola. Padahal, tak ada rasa sakit pada perut saya,” tutur Nadal.
Nadal datang ke London dengan cedera otot perut yang diderita saat tampil pada ATP Masters 1000 Paris, dua pekan lalu. Hal itu menjadi kendala saat berlatih, terutama saat servis. Latihan servis dengan kekuatan penuh baru dilakukan Nadal pada Minggu. Sebelumnya Nadal selalu berlatih dengan servis pelan.
Hadirnya empat petenis berusia 23 tahun ke bawah sebagai pesaing tiga kekuatan senior, Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer atau ”Big 3”, membuat persaingan Final ATP kali ini lebih berwarna. Selain Zverev, Medvedev, dan Tsitsipas, petenis muda lain di London adalah Matteo Berettini.
Sehari sebelum kekalahan Nadal, Federer juga kalah pada persaingan di Grup Bjorn Borg. Enam kali juara Final ATP itu kalah dari Dominic Thiem, 5-7, 5-7. Hasil ini juga membuat Federer tak boleh kalah dalam dua laga berikutnya, salah satunya melawan Berrettini, Selasa malam WIB.
Satu-satunya petenis ”Big 3” yang menang pada laga pertama adalah Djokovic yang mengalahkan Berettini, 6-2, 6-1. Pada Rabu dini hari WIB, Djokovic akan berhadapan dengan Thiem. (AFP)