Rabbial sebenarnya akan meledakkan bom di tempat lain. Namun, bom lebih dulu meledak saat dia masih berada di halaman Mapolrestabes Medan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aparat kepolisian masih menjadi target serangan teror. Kematian pemimpin kelompok teror Negara Islam di Irak dan Suriah, Abu Bakar al-Baghdadi, diduga memicu retaliasi kelompok teroris sehingga menimbulkan serangan bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11/2019).
Ledakan terjadi pukul 08.45 di halaman Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Medan. Mapolrestabes Medan saat itu sedang ramai karena banyak orang tengah mengurus izin penerbitan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK).
Akibat ledakan tersebut, satu orang yang diduga pelaku bom bunuh diri, Rabbial Muslim Nasution (34), tewas dan enam korban luka-luka. Korban luka terdiri dari 4 polisi, 1 pekerja harian lepas, dan 1 warga. Empat kendaraan juga dilaporkan rusak akibat terkena ledakan.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo menerangkan, pelaku berstatus mahasiswa dan cukup aktif di media sosial. Dia menyaru sebagai pengemudi ojek daring untuk mengecoh polisi. Adapun Rabbial, kata Dedi, menyembunyikan bom di balik jaketnya.
”Dugaan sementara pelaku melakukan aksi teror ini lonewolf (pelaku tunggal). Pengembangan nanti sangat ditentukan tim di lapangan. Dari hasil olah TKP masih didalami tim Detasemen Khusus (Densus) 88 bersama Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) dan Laboratorium Forensik,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta.
Tim Inafis dan Labfor Polri mengumpulkan semua partikel yang ditemukan di TKP. Partikel-partikel temuan itu diuji secara forensik untuk mengetahui jenis bom yang digunakan pelaku. Demikian juga dengan senyawa-senyawa kimia yang digunakan pelaku untuk merakit bom.
Dedi menyebutkan, kondisi Mapolrestabes Medan kini dikendalikan oleh aparat keamanan. Penjagaan dan pengamanan diperketat. Agar fungsi pelayanan publik tidak terganggu, pengurusan SKCK dialihkan ke markas kepolisian sektor (polsek) terdekat.
Sudah digeledah
Awalnya, pengamanan di pintu masuk Mapolrestabes Medan berlangsung sebagaimana biasa. Pengunjung yang hendak masuk harus melalui pemeriksaan barang bawaan. Banyaknya masyarakat yang bermaksud mengurus penerbitan SKCK dimanfaatkan Rabbial untuk menyusup.
Dedi menyebutkan, Rabbial sebenarnya akan meledakkan bom di tempat lain. Namun, bom lebih dulu meledak saat dia masih berada di halaman Mapolrestabes Medan. Dedi mengatakan, jarak antara pos penjagaan dan lokasi bom meledak terpaut 30 hingga 50 meter.
”Tempat yang dia jadikan target sebenarnya masih akan didalami dari hasil olah TKP. Akan bisa dibuktikan apakah pelaku itu meledakkannya secara spontan atau ada pemicu lainnya,” kata Dedi.
Dihubungi terpisah, pengamat teroris dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, mengatakan, aparat kepolisian masih menjadi target serangan teroris. Polisi dianggap sebagai musuh besar. Pelaku memanfaatkan keramaian di Mapolrestabes Medan untuk menyusup dan meledakkan bom.
”Dari jenis bom dan karakteristiknya, yang menjadi target jelas polisi,” ujar Ridwan.
Ridwan meyakini Rabbial merupakan kelompok pro Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Kematian pemimpin kelompok teror NIIS Abu Bakar al-Baghdadi pada akhir Oktober 2019 diduga menjadi pemicu peristiwa bom bunuh diri di Medan.
”Saya kira ini bagian dari retaliasi kematian Baghdadi yang ditembak Amerika Serikat. Ini bagian dari upaya balas dendam itu,” kata Ridwan.
Sementara itu, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rahman mengatakan, aksi teror di Medan merupakan kejahatan dari kelompok tidak manusiawi. Pemerintah tidak akan memberikan toleransi sedikit pun terhadap aksi terorisme. Presiden telah memerintahkan aparat keamanan untuk mengusut tuntas peristiwa tersebut.
”Para pelaku atau kelompok teroris akan terus dikejar, ditangkap, dan diadili oleh sistem hukum yang berlaku. Negara memiliki aparatur keamanan berkualitas secara pengorganisasian dan keterampilan yang selalu siap bekerja mengatasi aksi-aksi terorisme,” ujar Fadjroel dalam keterangan tertulis.