Senator Bolivia Klaim Diri sebagai Presiden Sementara
Jeanine Anez (52) mengklaim diri sebagai presiden sementara Bolivia seusai kongres gagal mencapai kuorum, Selasa (12/11/2019). Anez menggantikan mantan Presiden Evo Morales (60) yang mengundurkan diri akibat kontroversi.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
LA PAZ, RABU — Jeanine Anez (52) mengklaim diri sebagai presiden sementara Bolivia setelah kongres gagal mencapai kuorum, Selasa (12/11/2019). Anez menggantikan mantan Presiden Evo Morales (60) yang mengundurkan diri akibat kontroversi hasil pemilihan presiden pada 20 Oktober 2019.
Anez sebelumnya adalah wakil kedua pemimpin senat. Secara konstitusi, ia dapat menjadi pemimpin negara setelah presiden, wakil presiden, dan para pemimpin majelis di kongres mengundurkan diri.
Sebelum mengklaim diri sebagai presiden, Anez mengangkat diri sendiri sebagai Pemimpin Majelis Tinggi Bolivia.
”Atas ketiadaan presiden dan wakil presiden... sebagai presiden senat, saya langsung menerima presidensi seperti yang tertera dalam tatanan konstitusi,” kata Anez, yang juga politisi sayap kanan.
Anez melanjutkan, penting untuk menciptakan iklim perdamaian sosial di Bolivia. Untuk itu, Bolivia akan mengadakan pemilihan presiden yang baru pada 22 Januari 2020.
Klaim Anez terjadi ketika kongres tidak berada dalam status kuorum atau dengan kata lain jumlah anggota yang hadir tidak memenuhi untuk pengesahan suatu putusan. Anggota yang hadir hanyalah para oposisi yang menentang Morales. Anggota lainnya, pendukung Morales, memboikot sidang dengan menolak hadir.
Anez menjadi perempuan kedua yang menjadi presiden sementara di Bolivia. Presiden sementara perempuan pertama adalah Lidia Gueiler yang menjabat pada 1979 dan 1980.
Selain pernah bekerja sebagai presenter televisi, Anez juga pernah bekerja sebagai pengacara sebelum terjun ke dunia politik. Ia bergabung dalam partai oposisi Persatuan Demokrat yang dipimpin Rubén Costas.
Saingan Morales dalam Pilpres 2019, Carlos Mesa, mengucapkan selamat atas terpilihnya Anez. ”Negara kami memperkokoh rasa kepemilikan, demokrasi, dan keberanian untuk melakukan tindakan yang sah, damai dan heroik. Semoga sukses dalam tantangan yang Anda hadapi,” tuturnya, melalui Twitter.
Tidak jelas apakah menjabatnya Anez dapat meredakan kerusuhan di ibu kota La Paz dan kota-kota lainnya. Petugas keamanan menembakkan gas air mata ke jalan di La Paz segera setelah sesi kongres selesai. Sebuah rekaman video pada Selasa (12/10/2019) menunjukkan, polisi melawan para pendukung Morales di Cochabamba.
Pukulan paling licik dan menghancurkan dalam sejarah telah terjadi... dikelilingi oleh kaki tangan dan dipimpin kekuatan militer serta polisi yang menindas rakyat.
Morales mengundurkan diri sebagai presiden pada Minggu (10/11/2019). Ia mendapat tekanan dari publik dan politik atas dugaan curang dalam pilpres. Ia pun gagal menjabat untuk kali keempat sebagai presiden.
Pemerintah Meksiko menawarkan suaka untuk Morales. Ia berangkat dengan pesawat khusus dari Bolivia pada Senin (11/11/2019) malam.
Tanggapan Morales
Morales langsung mengomentari situasi di Bolivia. Ia menyebut kejatuhannya sebagai kudeta yang paling licik dan jahat dalam sejarah.
”Pukulan paling licik dan menghancurkan dalam sejarah telah terjadi. Seorang pelaku kudeta sayap kanan menyebut dirinya sendiri sebagai pemimpin senat dan kemudian presiden sementara Bolivia tanpa legislatif yang kuorum. Ia dikelilingi kaki tangan dan oleh dipimpin kekuatan militer serta polisi yang menindas rakyat,” ujar Morales, melalui Twitter.
Morales melanjutkan, tindakan Anez melanggar konstitusi dan aturan internal DPR. Secara rinci, ia mengutip, proklamasi sebagai presiden melanggar konstitusi Pasal 161, 169, dan 410.
Morales merupakan presiden pertama Bolivia yang berasal dari masyarakat adat. Ia menjabat selama 14 tahun sehingga menjadi presiden terlama di Amerika Latin. (AFP/AP)