Djaduk Ferianto, musisi dan seniman asal Yogyakarta, berpulang pada Rabu (13/11/2019) pukul 02.30, di rumahnya, di Dusun Kembaran, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Djaduk Ferianto, musisi dan seniman asal Yogyakarta, berpulang pada Rabu (13/11/2019) pukul 02.30, di rumahnya, di Dusun Kembaran, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dunia musik Indonesia kehilangan salah satu maestro musik tradisi.
”Beliau tadi malam masih rapat mengurus Ngayogjazz, kemudian pulang (ke rumah). Menurut kabar dari keluarga, beliau istirahat. Pukul 02.30 terbangun terus seda (meninggal). Karena tidak dibawa ke rumah sakit, penyebabnya kami tidak berani memastikan,” kata Aji Wartono, founder Warta Jazz, saat dihubungi, Rabu pagi.
Jenazah Djaduk akan disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiarja di Dusun Kembaran. Di sana akan diadakan misa pemberkatan pada pukul 14.00. Pemakaman akan dilangsungkan sekitar pukul 15.00 di makam keluarga, Sembungan, Kecamatan Kasihan.
Beliau tadi malam masih rapat mengurus Ngayogjazz. Pukul 02.30 terbangun terus seda (meninggal). (Aji Wartono)
Djaduk merupakan salah satu penggagas Ngayogjazz, festival jazz tahunan yang dilangsungkan di kawasan perdesaan Yogyakarta sejak tahun 2007. Tahun ini, acara itu bakal digelar di Desa Kwagon, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (16/11/2019). Menurut rencana, Djaduk bakal tampil bersama Kua Etnika. Bersama grup itu, Djaduk telah melanglang buana ke berbagai panggung megah di kancah musik dunia.
Tahun lalu, grup itu baru saja merilis album berjudul Sesaji Nagari. Djaduk menginginkan album itu menjadi doa bagi Indonesia yang dirasakannya sedang dirundung beragam persoalan tentang kebinekaan. Sebanyak 10 lagu yang terdapat dalam album itu menceritakan persatuan di tengah keragaman.