Sistem Pengamanan Berlapis di Mapolrestabes Surabaya Dievaluasi
Setelah teror bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan, Sumatera Utara, Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho mengevaluasi sistem pengamanan di Mapolrestabes Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Setelah teror bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan, Sumatera Utara, Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho mengevaluasi sistem pengamanan di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur. Evaluasi untuk menutup celah sistem pengamanan berlapis yang dilakukan sejak 1,5 tahun lalu tidak dimanfaatkan teroris.
”Meskipun dalam 1,5 tahun terakhir sistem pengamanan kami tidak bisa ditembus teroris, kami tetap akan mengevaluasi agar celah yang muncul bisa segera diperbaiki,” ujar Sandi, Rabu (13/11/2019), di Surabaya.
Setelah teror bom di Mapolrestabes Surabaya 14 Mei 2018, pengamanan di pintu masuk diperketat. Akses pintu masuk yang sebelumnya ada dua pintu kini hanya dibuka satu pintu utama. Parkir kendaraan pengunjung yang sebelumnya ada di dalam kawasan Mapolrestabes Surabaya kini dialihkan di luar.
Meskipun dalam 1,5 tahun terakhir sistem pengamanan kami tidak bisa ditembus teroris, kami tetap akan mengevaluasi agar celah yang muncul bisa segera diperbaiki.
Setiap pengunjung harus melepas jaket ketika masuk. Mereka harus melewati pendeteksi metal dan memeriksa tas bawaan dalam sinar X. Jika ada barang mencurigakan terdeteksi, aparat akan memeriksa barang bawaan pengunjung.
Sandi menuturkan, evaluasi dilakukan seusai teror bom di Mapolrestabes Medan. Kejadian teror itu menandakan teroris masih menemukan celah pengamanan untuk masuk ke kantor kepolisian dan menyerang anggota. Polisi juga masih menjadi sasaran teror.
Bahkan, selama 2019, terdapat dua serangan teror oleh simpatisan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di kantor polisi. Pertama, ledakan di pos polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Juni lalu. Kedua, serangan di Markas Kepolisian Sektor Wonokromo, Surabaya, 17 Agustus.
”Kejadian teror di Surabaya ataupun di tempat lain selalu kami jadikan bahan evaluasi untuk memperkuat sistem pengamanan di Surabaya,” ucap Sandi.
Kepala Kepolisian Daerah Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan menambahkan, pengamanan di polres dan polsek di Jatim diperketat seusai kejadian teror di Medan. Pengamanan diperlukan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di Jatim.
”Untuk kendaraan ojek dalam jaringan memang dilarang masuk ke dalam Mapolda Jatim. Mereka harus menunggu di luar. Jadi, kejadian di Mapolrestabes Medan sudah kami antisipasi,” kata Luki.