Soim, Menjaga Kawasan Marmer Merah Ngargoretno Lewat Pariwisata
Eksploitasi tambang marmer merah di Desa Ngargoretno, Magelang, Jawa Tengah sejak tahun 2000 tak membuat warga sejahtera. Mereka justru merana karena harus menanggung bencana. Soim yang sejak awal penambangan marmer di desanya, berhasil mengubah lokasi tambang itu menjadi daerah tujuan wisata. Kini, warga bisa mendapatkan rezeki tanpa merusak alam dan wajah desa.
Ngargoretno bermakna gunung yang sejahtera. Namun, di mata Soim, kesejahteraan masih belum terwujud di desa itu. Pertambangan marmer merah yang dulu dianggap sejumlah orang bisa mendatangkan kesejahteraan, justru mendatangkan ancaman bencana seperti longsor dan kekeringan.
Kini, Soim bersama para relawan di komunitas Selorejo Peduli Menoreh serta Garuda (Gabungan Relawan Muda) mesti aktif berpatroli mencari rekahan tanah setiap menjelang musim hujan. Di sana, dipasang alat deteksi rekahan tanah sederhana menggunakan dua tiang kayu. Jika jarak keduanya semakin melebar, maka kesiapsiagaan ditingkatkan. Dulu, sebelum ada penambangan, warga tak perlu repot melakukan hal itu.
Selain kerusakan lingkungan, pertambangan marmer nyaris tak memberi kontribusi terhadap kemajuan desa. Ngargoretno yang berada sekitar 9 kilometer arah barat daya dari Candi Borobudur, tetap saja jadi desa terpencil dengan infrastruktur dan akses informasi terbatas.
Untuk mencapai desa yang terletak di Perbukitan Menoreh dengan ketinggian sekitar 550 meter di atas permukaan laut itu dari kawasan Candi Borobudur, kita akan melewati jalan yang telah dicor beton tua. Jalan yang bisa dilewati kendaraan roda dua itu berkelok meniti tebing Perbukitan Menoreh dengan jurang di sebelah kiri. Kondisi ini memaksa pengendara mesti berhati-hati apalagi jika berpas-pasan dengan kendaraan roda empat lainnya.
Memasuki desa itu, kita akan menemukan bebatuan berwarna kemerahan di sela-sela pepohonan jati yang meranggas. Itulah marmer merah yang luas kawasannya mencapai 70 hektar dan sekitar 20 hektar di antaranya ditambang oleh sebuah perusahaan.
“Marmer merah ini ibaratnya seperti pondasi bagi desa ini. Jikalau terus dikeruk dan ditambang, maka potensi longsor akan sangat besar. Apalagi getaran dari mesin alat berat itu bisa memengaruhi kesolidan tanah,” papar Soim.
Selain itu, kehadiran tambang membuat warga Ngargoretno terkotak-kotak dan saling berhadapan. Ada yang pro-tambang ada yang kontra. Sejak awal, Soim berada di pihak yang kontra. Ia bahkan pernah dianggap sebagai provokator lantaran tegas menolak pertambangan marmer merah.
Penolakan itu mesti dibayar mahal. Karena muncul konflik horizontal antara warga, Soim pernah meninggalkan kampungnya ke Yogyakarta selama 10 hari pada 2008 supaya situasi mereda. “Saat itu suasana tidak nyaman. Saat kenduri misalnya, warga duduknya berkelompok antara yang pro dan kontra,” kata suami dari Tri Wahyuningsih (37) ini.
Wisata desa
Soim berpikir keras bagaimana menghentikan kerusakan alam akibat pertambangan marmer merah di desanya. Namun, di sisi lain ia mesti memberikan alternatif pemasukan lain pada sebagian warga yang telanjur menggantungkan hidupnya dari pertambangan marmer. Ia menemukan jawabannya pada pariwisata.
"Saya berpikir lewat parwisata potensi yang ada di desa bisa memberikan keuntungan ekonomi, tetapi alam bisa tetap lestari," katanya di Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/10/2019).
Soim yang dipercaya sebagai Ketua BUMDes Argo Inten mulai mengembangkan paket wisata desa sejak 2016. Paket wisata itu terdiri dari berwisata ke kawasan batuan marmer merah yang disebut Museum Alam Marmer Indonesia dan juga Borobudur Dino Park yang dilengkapi dengan wahana swafoto. Kunjungan ke kawasan marmer merah merupakan paket wajib.
Untuk menarik minat wisatawan, Soim tidak bekerja sendiri. Soim membangun jaringan dan bekerja sama dengan pegiat wisata di desa bahkan kabupaten sekitar. Melalui komunitas jeep, wisatawan bisa menikmati paket wisata mulai dari Desa Sedayu di Purworejo, Desa Ngargoretno di Magelang, dan Nglinggo di Kulon Progo. “Paket tiga desa tiga kabupten ini disebut Gelang Projo atau Magelang-Kulon Progo-Purworejo. Biayanya Rp 1 juta per orang,” katanya.
Di luar itu, Soim mengembangkan aktivitas lain sebagai penunjang wisata desa. Ia misalnya menawarkan paket wisata belajar memerah susu kambing etawa, membatik di galeri Batik Kere Blirik Gendis, belajar mengolah kotoran kambing menjadi pupuk, memanen madu, dan membuat gula semut. “Ini bukan desa wisata, tapi wisata ke desa. Bagaimana aktivitas riil masyarakat desa bisa dinikmati orang lain,” katanya.
Melalui wisata yang dirintis Soim, kotak-kotak dan ketegangan sosial di masyarakat akibat pertambangan marmer di desanya mulai luruh. Orang-orang yang tadinya berkonflik dan enggan berkomunikasi, mulai saling menyapa dan bekerja sama demi menyambut tamu. Lama kelamaan warga makin guyub, rukun, kompak, dan bersatu.
Penjabat Kepala Desa Ngargoretno Supomo mengapresiasi kreativitas dan kegigihan Soim dalam mengembangkan wisata desa. “Saya senang dengan Mas Soim karena semangatnya. Dia baik. Saya mendukung di belakangnya,” kata Supomo.
Sampai sekarang, Soim terus berupaya menyadarkan warga tentang pentingnya konservasi dan menjaga lingkungan. Bersama sejumlah warga dan pemuda yang tergabung dalam Komunitas Selorejo Peduli Menoreh, Soim mendorong warga untuk menanam kopi, beringin, dan aren agar tanah di sekitar desanya kian solid dan terhindar dari longsor. Warga juga diingatkan untuk memanfaatkan mata air secara bijak.
“Tiga bulan terakhir ini desa kami mendapatkan bantuan air bersih. Tapi itu bukan solusi. Yang harus dilakukan adalah reboisasi,” tegasnya.
Soim juga berharap agar kawasan marmer merah yang konon merupakan bagian dari gunung api purba ini, bisa menjadi objek studi perguruan tinggi. Dengan demikian, semakin banyak pihak yang ikut melestarikannya. Jika itu terwujud, Soim merasa hidupnya telah bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan.
Soim
Lahir: Magelang, 6 Juli 1981
Istri: Tri Wahyuningsih (37)
Anak: Bagus Deni Hermanto (17) dan Nadia Rihadatul Ays (14)
Pendidikan:
- SDN 1 Ngargoretno (1994)
- SMPN 1 Samigaluh (1997)
- SMK Muhammadiyah Salaman Jurusan Sekretaris (2001)
Aktivitas:
- Pegiat Wisata Desa Ngargoretno
- Ketua Kelompok Ternak Karya Tani
- Ketua BUMDes Ngargoretno Argo Inten