Perkembangan teknologi menciptakan disrupsi dan mengubah lanskap ketenagakerjaan. Perubahan itu menuntut kesiapan tenaga kerja.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi merasuk ke berbagai sektor industri dan menciptakan disrupsi. Pekerjaan baru muncul, sementara sebagian lainnya hilang tergantikan robot atau mesin. Perubahan tersebut menjadi tantangan.
Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi mendukung peran perempuan untuk berkiprah lebih luas dan meningkatkan kompetensi di dunia kerja. Menurut Direktur Bina Pemagangan Kementerian Ketenagakerjaan Siti Kustiati, kemajuan teknologi informasi membuka jalan untuk menciptakan peluang kerja.
Tingkat partisipasi kerja perempuan terus meningkat meski masih di bawah laki-laki. Saat ini tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki 83,13 persen, sedangkan perempuan 51,83 persen. Perempuan cenderung kerja paruh waktu sehingga berdampak pada upah dan perlindungan sosial yang lebih sedikit.
Tantangan dalam revolusi industri 4.0 adalah transformasi pekerjaan. Sejumlah pekerjaan di sektor manufaktur diprediksi akan digantikan oleh robot. Meski demikian, hingga kini belum pasti berapa lapangan pekerjaan yang akan tumbuh.
”Belum semua perusahaan melaporkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan dan berapa kebutuhan tenaga kerja,” kata Siti dalam diskusi bertajuk ”Kepemimpinan Perempuan: Membangun Budaya Kerja Kompetitif di Era Digital”, salah satu rangkaian acara Kompas100 CEO Forum ke-10 2019 yang digelar di Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, hingga tahun 2030 akan ada 27-46 juta jenis pekerjaan baru, sekitar 10 juta jenis pekerjaan di antaranya belum pernah ada sebelumnya.
Di sisi lain, 23 juta jenis pekerjaan terdampak otomatisasi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja. Sementara 6-29 juta orang atau 20 persen tenaga kerja di Indonesia harus mengikuti pelatihan lagi untuk menghadapi jenis pekerjaan baru.
Pada tahun 2020, pemerintah berencana meningkatkan keahlian dan melatih ulang 20.000 tenaga kerja agar lebih siap menghadapi jenis pekerjaan baru. ”Kami tangkap kebutuhan industri dan susun programnya agar tenaga kerja bisa tersambung ke dunia industri,” kata Siti.
Menurut CEO PT XL Axiata Dian Siswarini, di tengah iklim kompetitif, budaya kerja yang memberikan kesempatan yang setara antara laki-laki dan perempuan, serta memberikan fasilitas untuk pekerja perempuan, akan mendukung peningkatan produktivitas perempuan.
Fasilitas itu, antara lain, tempat penitipan anak dan ruang menyusui. ”Jika perusahaan ingin kompetitif, pemimpin harus menciptakan iklim agar karyawan lebih nyaman dalam meniti karier,” katanya.
Peran perempuan
Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi membuka peluang bagi perempuan untuk memperbaiki kualitas hidup. Saat ini pertumbuhan pengguna internet sebesar 30 persen per tahun. Adapun pengguna internet saat ini mencapai 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Tantangan yang muncul, ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan selama ini membuat perempuan masih ragu untuk mempelajari digital. Oleh karena itu, kata Dian, pihaknya mengembangkan kanal sisternet.co.id untuk memfasilitasi perempuan belajar internet. Program ini memfasilitasi sekitar 20.000 perempuan untuk mempelajari internet dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan.
VP Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak menambahkan, platform e-dagang menjadi salah satu jembatan bagi perempuan untuk memiliki kesempatan dan akses berjualan secara daring.
Berdasarkan riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia dan Tokopedia tahun 2019, Tokopedia menciptakan 10,3 juta lapangan pekerjaan baru melalui bisnis e-dagang. Sekitar 94 persen dari 6,6 juta pedagang di Tokopedia merupakan usaha ultra mikro dengan omzet di bawah Rp 100 juta per bulan.
Penjualan melalui platform e-dagang dinilai membuat harga barang menjadi 21 persen lebih murah karena pedagang tidak perlu menyewa toko, kios, atau rumah. Penjualan melalui platform e-dagang juga tidak menuntut kerja penuh waktu atau paruh waktu.
Direktur Utama dan Pemimpin Redaksi CNN Indonesia Titin Rosmasari mengemukakan, peluang perempuan di dunia kerja semakin terbuka luas. Meski demikian, masih ada stigma bahwa perempuan tidak fleksibel karena perannya terbagi dengan keluarga.
Menurut Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk M Pambudy, perempuan bisa melakukan hal di luar stereotip yang menghambat untuk bekerja serta menghadapi dunia digital. Revolusi industri 4.0 diharapkan membuat perempuan tidak tertinggal dari segi upah dan jabatan serta bisa mengikuti perkembangan.