Presiden sementara Bolivia, Jeanine Anez, membantah melakukan kudeta. Dia menyatakan, tidak ada kudeta di Bolivia, yang ada penggantian secara konstitusi. Satu-satunya kudeta di negeri ini dilakukan oleh Evo Morales.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
LA PAZ, KAMIS — Presiden sementara Bolivia, Jeanine Anez (52), membantah tuduhan dirinya terlibat dalam upaya kudeta atas mantan Presiden Evo Morales (60). Morales menolak kesahan jabatan Anez. Pendapat atas pemerintahan saat ini pun terbagi dua.
Anez mengklaim diri sebagai presiden sementara Bolivia meskipun kongres gagal mencapai status kuorum, Selasa (12/11/2019). Sebelumnya, Anez adalah wakil kedua pemimpin senat dan oposisi pemerintah.
Secara konstitusi, Anez merupakan satu-satunya pejabat senior yang masih menjabat sehingga dapat menjabat presiden. Selain Morales, Wakil Presiden Bolivia Álvaro García Linera, pemimpin senat, dan sejumlah pejabat dari Majelis Rendah telah mengundurkan diri.
”Tidak ada kudeta di Bolivia, yang ada penggantian secara konstitusi. Satu-satunya kudeta di negeri ini dilakukan oleh Evo Morales,” kata Anez dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Rabu (13/11/2019).
Tidak ada kudeta di Bolivia, yang ada penggantian secara konstitusi. Satu-satunya kudeta di negeri ini dilakukan oleh Evo Morales.
Pernyataan Anez merujuk upaya Morales sehingga Mahkamah Konstitusi membatalkan referendum 2016. Akibatnya, Morales kembali dapat mencalonkan diri sebagai presiden untuk kali keempat.
”Saya berencana mengadakan pemilihan umum sesegera mungkin. Saya sekarang menyerukan transisi pemerintahan yang damai dan demokratis, mencabut kondisi yang telah membuat kami menjadi negara totaliter,” kata politisi berhaluan kanan itu.
Anez juga telah menunjuk 11 menteri dan seorang komando tinggi militer baru. Sejumlah pejabat terpilih, antara lain Karen Longari sebagai menteri luar negeri, Arturo Murillo sebagai menteri dalam negeri, dan Jose Luis Parada sebagai menteri ekonomi.
Morales yang tengah menerima suaka politik di Meksiko menyebut Anez sebagai senator sayap kanan yang melakukan kudeta. Selain itu, jabatan Anez juga tidak sah.
Ia beralasan, kongres tidak dalam status kuorum atau dengan kata lain jumlah anggota yang hadir tidak memadai untuk mengesahkan suatu putusan. Anggota yang ada saat itu hanya oposisi penentang Morales, sedangkan pendukung Morales memboikot untuk hadir.
”Jika rakyat meminta saya, kami siap kembali guna menenangkan situasi. Perlu dialog nasional untuk menyelesaikan krisis yang terjadi,” kata Morales dalam sebuah konferensi pers di Mexico City.
Morales menyatakan akan tinggal sementara di Meksiko. Ia juga mengecam Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui pemerintahan Anez.
Jika rakyat meminta saya, kami siap kembali guna menenangkan situasi. Perlu dialog nasional untuk menyelesaikan krisis yang terjadi.
Morales merupakan presiden pribumi pertama di Bolivia. Ia menjabat sekitar 14 tahun sehingga menjadi presiden terlama di Amerika Latin. Morales mengundurkan diri setelah ditekan publik dan militer atas dugaan kecurangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Pendapat warga juga terbagi dua mengenai posisi Anez. ”Anez tidak mewakili rakyat, tetapi para masyarakat elite yang memiliki uang. Tidak mewakili orang miskin,” kata Ruth Moscoso, seorang wirausaha bidang kuliner di La Paz.
Anez tidak mewakili rakyat, tetapi para masyarakat elite yang memiliki uang. Tidak mewakili orang miskin.
Sementara warga lain justru sepakat. ”Tampaknya dia akan bertindak dengan cara yang adil dan akan mengeluarkan kita dari kekacauan ini,” ujar Jose Clarens, warga La Paz lainnya.
Reaksi dunia internasional juga pro-kontra. Negara sekutu sayap kiri mendukung tudingan Morales atas upaya kudeta. Adapun negara konservatif lainnya melihat pengunduran diri Morales sebagai kemajuan demokrasi.
Belum berhasil
Menjabatnya Anez sebagai presiden sementara Bolivia guna mengisi kekosongan kekuasaan belum membuahkan hasil. Kerusuhan terus terjadi, termasuk dari para pendukung Morales.
Pasukan keamanan Bolivia bentrok dengan pendukung Morales di jalan-jalan ibu kota La Paz, Rabu (13/11/2019). Titik kerusuhan berada sekitar tiga blok dari Istana Presiden. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan yang melempar batu dan melakukan pembakaran.
Kerusuhan juga terjadi di kota El Alto dan El Chapare. Satu laki-laki berusia 20 tahun tertembak dan tewas di sebuah desa di Santa Cruz.
”Kami melakukan segala yang mungkin untuk kembali menormalkan situasi. Puluhan kantor polisi telah digeledah dan dibakar oleh para pendukung Morales setelah ia mengundurkan diri,” kata Komandan Polisi Bolivia Yuri Calderon.
Hingga kini, tercatat 10 orang meninggal dan lebih dari 400 orang terluka akibat kerusuhan.
Pasukan keamanan Bolivia telah membongkar barikade di jalan raya utama yang menghubungkan dua kota terbesar di negara itu, yakni Santa Cruz dan Cochabamba. Layanan transportasi umum di La Paz juga mulai normal. Sejumlah bank dan kantor bisnis telah buka.
Langkah itu merupakan upaya agar Bolivia kembali beroperasi dengan normal. Negara itu lumpuh selama tiga minggu terakhir akibat unjuk rasa serta bentrok antara pendukung dan oposisi Morales. (AFP/AP/Reuters)