Kebakaran hutan bisa terjadi kapan saja di Australia, tetapi puncak musim kebakaran hutan berbeda-beda di tiap-tiap wilayah. Bencana kebakaran kali ini, menurut ahli, terjadi di luar perkiraan.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·4 menit baca
Kebakaran hebat melanda hutan di kawasan pantai timur Australia. Sejauh ini, 3 orang tewas, 21 orang luka-luka, dan lebih dari 200 rumah musnah akibat kebakaran itu. Pemerintah Australia telah melakukan berbagai upaya untuk meredakan kebakaran hutan tersebut, tetapi kesulitan menaklukkan api. Bencana kebakaran kali ini, menurut ahli, terjadi di luar perkiraan.
Belum seminggu David dan Holy Kemp rampung merenovasi rumah mereka, kobaran api menerjang dan melumat rumah pasangan keluarga muda ini. ”Kami melihat asap di kejauhan, tetapi sebelum kami sadar, tiba-tiba dinding api yang lebar menjelma di depan rumah,” kata Holy, seperti dikutip Australian Broadcasting Corporation (ABC), Selasa (12/11/2019).
Holy meloncat ke mobilnya bersama David dan Ruby, anak perempuan mereka yang berusia 2 tahun, untuk mengungsi pada Jumat (8/11) dari rumahnya di Cooroibah, Sunshine Coast, sekitar 100 kilometer di utara Brisbane, ibu kota Negara Bagian Queensland, Australia. Dua hari kemudian, keluarga itu kembali ke rumah mereka dan bertekad membangunnya kembali.
Kisah Holy juga dialami ratusan warga Australia lainnya, terutama yang tinggal di New South Wales (NSW) dan Queensland, dua negara bagian di kawasan timur Benua Australia yang paling menderita dalam kebakaran hutan yang tengah melanda seluruh pelosok Australia. Sampai Rabu (13/11), tercatat 3 orang tewas, 21 orang luka-luka, dan lebih dari 200 rumah musnah.
Pada Selasa (12/11), 300 titik api baru ditemukan di NSW selain 70 titik api yang sedang berkobar dan lebih dari separuhnya belum tertangani. Sehari sebelumnya, Badan Meteorologi Australia mencatat sejarah karena untuk pertama kali tak ada hujan setitik pun yang jatuh di seluruh Benua Australia yang luasnya 7,6 juta kilometer persegi atau hampir empat kali luas daratan Indonesia.
Pada siang itu, Marble Bar, kota kecil di kawasan Pilbara di barat laut Negara Bagian Australia Barat, mencatat panas tertinggi di seluruh Australia, yaitu 44,4 derajat celsius.
Badan Meteorologi Australia mencatat sejarah karena untuk pertama kali tak ada hujan setitik pun yang jatuh di seluruh Benua Australia yang luasnya 7,6 juta kilometer persegi.
Di Queensland jumlah titik api dalam dua hari terakhir melonjak dari 11 titik menjadi 67 titik pada Rabu (13/11). Adapun suhu di negara bagian itu mencapai 35 derajat celsius dan saat bersamaan tiupan angin yang senantiasa berganti arah.
Penduduk Noosa North Shore di Sunshine Coast, 100 kilometer di utara Brisbane, untuk kedua kali dalam lima hari terakhir diminta mengungsi. Pasukan pemadam kebakaran di darat dibantu 40 pesawat pengebom air mencoba menjinakkan api.
Menteri Besar (Premier) Queensland Annastacia Palaszczuk meminta murid-murid sekolah tetap tinggal di kelas pada jam istirahat.
Pakar manajemen kebakaran hutan, Ross Bradstock, dari Universitas Wollongong mengatakan bahwa kebakaran di NSW yang mencapai area seluas satu juta hektar memecahkan rekor kebakaran pada Januari 1994 dan Desember 2001. ”Kami sekarang kehilangan arah,” katanya, seperti dikutip ABC, Rabu (13/11).
Untuk mengurangi tingkat keparahan kebakaran, kadang sengaja dilakukan pembakaran hutan di lokasi tertentu (prescribed burning atau hazard reduction burning). Namun, menurut Bradstock, hal itu tidak banyak dilakukan pada musim semi ini karena prediksi bahwa musim kebakaran akan tiba lebih dini.
Perubahan iklim
Sarah Perkins-Kirkpatrick dari Universitas New South Wales, yang mempelajari kebakaran tahun lalu di Queensland, mengatakan, kebakaran yang disebabkan kenaikan suhu udara memiliki empat kali kemungkinan lebih besar karena perubahan iklim. Hal ini sudah bertahun-tahun dikemukakan ilmuwan lain.
Para ahli juga sudah memperingatkan datangnya kebakaran hutan akan menjadi lebih sering. David Bowman, ahli kebakaran di alam terbuka (pyrogeography) dari Universitas Tasmania mengatakan, kebakaran hutan yang terjadi di Australia akhir-akhir ini benar-benar di luar perkiraan.
”Cara api bergerak dari satu tempat ke tempat lain juga sedang berubah dan cocok dengan model yang dibuat para ahli iklim,” katanya kepada ABC.
Bowman mengatakan, metode yang dipakai orang Aborigin dalam menangani kebakaran hutan perlu ditiru. ”Cara mereka menangani kebakaran hutan sangat menakjubkan,” kata Bowman, yang pernah belajar pada orang Aborigin di Arnhem Land, Northern Territory, pada acara diskusi ABC TV, Rabu (13/11) sore.
Ia mengatakan, untuk saat ini tak ada cara lain daripada menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Orang Aborigin yang sudah tinggal di Benua Australia lebih dari 65.000 tahun sering membantu pemerintah dalam menangani kebakaran hutan.
Kebakaran hutan bisa terjadi kapan saja di Australia, tetapi puncak musim kebakaran hutan berbeda-beda di tiap-tiap wilayah. Di bagian utara Benua Australia, puncak musim kebakaran terjadi pada Juni sampai November, yaitu ketika bagian selatan Benua Australia mengalami musim dingin dan semi.
Hal ini karena kawasan utara Australia beriklim tropis, sama dengan di Indonesia. Di bagian selatan Australia, puncak kebakaran hutan terjadi pada musim panas dan gugur, yaitu dari Desember sampai Mei.