Parlemen Amerika Serikat mulai memeriksa saksi terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Donald Trump. Meskipun belum merugikan Trump, komite penyelidik yakin upaya ini berdampak serius.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemeriksaan terbuka dalam upaya pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum memberikan ”pukulan keras” atau keterangan yang memberatkan terkait skandal Ukraina. Namun, Partai Demokrat tetap yakin upaya ini akan berdampak serius.
Partai Demokrat sebagai pemimpin penyelidikan DPR AS menggelar pemeriksaan terbuka perdana di Capitol Hill, Washington DC, Rabu (13/11/2019). Saksi yang dipanggil kali ini adalah Kuasa Usaha Kedutaan AS untuk Ukraina William Taylor serta Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia George Kent.
Fokus pemeriksaan berorientasi pada hubungan antara tekanan Trump kepada Ukraina dengan menunda bantuan agar menyelidiki Joe Biden dan putranya, Hunter, sehingga dapat menguntungkan Trump secara politik untuk Pilpres AS 2020. Joe Biden merupakan bakal calon terpopuler Demokrat.
Dalam beberapa kesempatan, pemeriksaan sempat diwarnai perdebatan, termasuk antara para anggota parlemen Demokrat dan Republik. Kesaksian Taylor dan Kent menunjukkan kekhawatiran mereka atas tekanan Trump, tetapi mereka gagal memberikan amunisi bagi Demokrat untuk berargumen bahwa Trump telah melakukan kesalahan.
”Gordon Sondland (Utusan AS untuk Uni Eropa) mengatakan bahwa Presiden Trump lebih peduli mengenai investasi Biden, yang juga ditekankan oleh Rudy Giuliani (pengacara pribadi Trump),” kata Taylor, menceritakan laporan salah satu stafnya soal pendapat Trump mengenai Ukraina.
Taylor menyampaikan, sehari setelah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, staf tersebut mendengar Sondland berbicara dengan Trump melalui telepon pada 26 Juli 2019. Sondland pun menjawab Ukraina siap untuk melanjutkan permintaan Trump.
Menurut Taylor, ada dua jalur kebijakan AS terhadap Ukraina, yaitu jalur biasa dan tidak biasa. Rencana pertemuan Trump dan Zelensky memiliki syarat yang tidak lazim karena membutuhkan persetujuan Ukraina untuk menyelidiki Biden dan membantah campur tangan Ukraina dalam Pilpres AS 2016.
Sementara itu, menanggapi kesaksian Taylor, Trump membantah bahwa dirinya tidak pernah mengetahui tentang teleponnya dengan Sondland. Sejak awal, Trump membantah telah menyalahgunakan kekuasaan presiden untuk kepentingan pribadinya.
”Ini pertama kali saya mendengar tentang hal itu,” kata Trump, dalam konferensi pers di Gedung Putih bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.
Para Republikan mengkritik kesaksian Taylor yang merupakan kabar angin dari orang lain. Mereka juga menekankan, Zelensky sendiri belum mengatakan merasa tertekan oleh permintaan Trump.
DPR AS mengirim surat pemanggilan kepada salah satu staf Taylor, David Holmes. Ia akan memberikan kesaksian tertutup pada Jumat (15/11/2019). Holmes merupakan staf yang mendengar Sondland menelepon Trump dari Ukraina itu.
Seperti yang diwartakan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengumumkan penyelidikan resmi pemakzulan presiden pada 24 September 2019. Penyelidikan dilakukan setelah seorang pembisik melaporkan Trump menyalahgunakan kekuasaannya sebagai presiden untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Pada Juli 2019, Trump menelepon dan meminta Zelensky menyelidiki keterlibatan bakal calon kandidat dari Demokrat, Joe Biden dan putranya, Hunter, dalam kasus korupsi di perusahaan gas alam Burisma Holdings, Ukraina. Sebelum menelepon, Trump menunda pengiriman bantuan internasional untuk Ukraina senilai 391 juta dollar AS.
Pemeriksaan terbuka yang disiarkan langsung dari televisi merupakan upaya Demokrat untuk membangun dukungan publik atas penyelidikan pemakzulan Trump. Pemeriksaan berlangsung selama hampir 6 jam dan dipimpin oleh Ketua Komisi Intelijen DPR Adam Schiff.
”Pertanyaan yang diajukan adalah apakah Presiden Trump berusaha mengeksploitasi kerentanan negara sekutu dan mengundang campur tangan Ukraina dalam pemilu AS. Jawaban pertanyaan ini tidak hanya memengaruhi masa depan kepresidenan ini, tetapi juga masa depan kepresidenan AS. Jika ini (tindakan Trump) bukan perilaku layak makzul, apa itu?” kata Schiff.
Tuduhan Schiff ditolak keras salah satu anggota panel pemeriksaan dari Republik, Devin Nunes. Menurut Nunes, Demokrat sedang melakukan kampanye hitam yang diatur dengan cermat.
”Demokrat menggunakan proses sepihak yang mengerikan. Demokrat, media, dan para birokrat partisan juga berusaha membalikkan hasil Pilpres 2016 yang dimenangi Trump,” ujar Nunes, merujuk pada teori baru bahwa Ukraina terlibat dalam Pilpres 2016, bukan Rusia.
Penyelidikan pemakzulan ini dilakukan ketika kampanye Pilpres 2020 mulai memanas. Jajak pendapat menunjukkan, Demokrat sangat mendukung pemakzulan dan Republik menentang keras. Sementara kelompok independen belum mengambil keputusan.
”Saya harap akan ada momen yang mengubah rakyat Amerika lebih kuat melawan presiden. Tetapi, mengingat cara dengar pendapat kongres tadi, saya tidak begitu yakin itu akan terjadi,” kata ahli strategi Demokrat, Jim Manley. (AP/Reuters)