Ada sekitar 20 sekolah dasar di Kota Palembang yang kondisinya kurang layak untuk dijadikan tempat belajar. Pemerintah Kota Palembang telah menganggarkan dana Rp 70 miliar untuk membenahi sekolah itu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
TALANG KELAPA, KOMPAS — Ada sekitar 20 sekolah dasar di Kota Palembang, Sumatera Selatan, yang kondisinya kurang layak untuk dijadikan tempat belajar. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kualitas pendidikan siswa di ibu kota Sumsel tersebut. Pemerintah Kota Palembang telah menganggarkan dana Rp 70 miliar untuk membenahi sekolah itu.
Founder Sriwijaya Membaca, sebuah komunitas yang bergelut di bidang pendidikan dan literasi, Sepri Belliansyah, Rabu (12/11/2019), menuturkan, walau merupakan kota yang cukup maju, masih ada sekolah yang tidak layak di Palembang. ”Setelah kami data, setidaknya ada sekitar 20 sekolah yang tidak layak digunakan di Palembang,” katanya.
Setelah kami data, setidaknya ada sekitar 20 sekolah yang tidak layak digunakan di Palembang.
Untuk di Sumsel, jumlahnya bisa mencapai ratusan sekolah. Hal ini disebabkan keterbatasan akses, anggaran, dan sumber daya. Untuk di Palembang, ada sekolah dasar yang hanya memiliki satu ruang kelas dan satu guru untuk mendidik siswa di semua tingkatan.
Tidak hanya itu, ungkap Sepri, di kawasan Jakabaring yang tak jauh dari tempat pelaksanaan Asian Games 2018 juga berdiri sebuah sekolah yang dulunya adalah pabrik pembuatan dedak (pakan ternak).
Di seluruh Sumsel, ada ratusan sekolah yang termarjinalkan. Sekolah itu tersebar di Ogan Komering Ulu, Lubuk Linggau, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan sejumlah kabupaten lain. ”Bahkan, ada sekolah yang siswanya tidak bisa berbahasa Indonesia,” ucapnya.
Kompas mengunjungi salah satu sekolah yang tidak layak itu, yakni Sekolah Dasar Muhammadiyah IV Palembang Filial yang letaknya di Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin. Walau berdiri di Kabupaten Banyuasin, sekolah ini berada di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Kota Palembang.
Sudah 17 tahun sekolah ini berdiri, tetapi fasilitasnya jauh dari kata memadai. Sekolah dengan luas sekitar 6 meter x 3 meter tersebut hanya berupa susunan batubata tanpa dilapisi semen dan beratapkan seng. Fasilitas pendukung, seperti listrik dan air, juga tidak tersedia.
Sekolah ini digunakan sebagai tempat belajar untuk 25 siswa dari kelas I sampai VI. Mereka belajar di satu ruang tanpa sekat satu pun. Meja yang digunakan terbuat dari kayu yang terlihat lapuk dan kursi plastik yang juga sudah nyaris rusak.
Walau berada di tengah keterbatasan, siswa tetap semangat belajar. Mereka tidak memiliki banyak pilihan karena di daerah itu hanya ada dua sekolah dasar. ”Orangtua siswa tetap percaya untuk mendidik anaknya di sini karena memang tidak ada pilihan,” kata Siti Komariah yang merupakan satu-satunya guru di sekolah tersebut.
Siti menuturkan, walau daerah ini tidak terlalu jauh dari pusat Kota Palembang, lokasinya sangat sulit diakses. Jalan darat berupa tanah merah dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Baca :Sekolah Ambruk Diterpa Hujan
Kondisi akan lebih buruk jika hujan. Jalan tanah merah yang belum diaspal akan berubah jadi lumpur. ”Siswa pun memilih menggunakan kapal cepat,” kata Siti.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumsel Romli mengatakan, sejak awal tahun ajaran baru, pihaknya sudah mendengar kabar tersebut. ”Tim juga telah turun ke lapangan untuk melihat kondisi terakhir sekolah itu,” katanya.
Selain itu, ujar Romli, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah terkait kondisi sekolah tersebut. ”Memang, sekolah tersebut ada banyak keterbatasan, tetapi akan terus kami benahi,” ucapnya.
Romli meminta agar pemerintah turut turun tangan menangani permasalahan ini. ”Kami sudah membantu pemerintah, seharusnya pemerintah bantu kami,” katanya.
Kepala Subbagian Perencanaan dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kota Palembang Masikun mengatakan, ada sekitar 350 sekolah setingkat SD dan SMP di Palembang. Dari jumlah tersebut, terdata ada lebih dari 30 sekolah yang masih perlu diperbaiki.
Untuk itu, Pemerintah Kota Palembang sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 70 miliar untuk memperbaiki sekolah tersebut. Perbaikan masih terbatas untuk sekolah negeri, adapun untuk sekolah swasta harus ada kriteria yang harus dilalui. ”Syarat itu seperti eksistensi dan prestasi dari sekolah itu,” katanya.