Harapan Italia berada di pundak para pemain muda yang dipilih oleh sang pelatih, Roberto Mancini. Melalui para pemain muda itu, kerusakan di lini tengah tim sudah mulai diperbaiki.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
ZENICA, RABU - Lini tengah tim nasional Italia pernah menjadi aib yang membuat mereka terpuruk hingga gagal mengikuti Piala Dunia Rusia 2018. Masalah itu mulai teratasi ketika beberapa pemain muda diberi kesempatan untuk menyalakan asa kebangkitan Italia di Eropa.
Kesempatan bagi para pemain muda semakin terbuka lebar ketika Italia sudah memastikan tiket ke babak utama Piala Eropa 2020 dan kini memimpin Grup J dalam ajang kualifikasi dengan memenangi kedelapan laga yang sudah berlangsung. Mereka tinggal menjalani dua laga kualifikasi tersisa tanpa beban, yaitu melawan Bosnia-Herzegovina dan Armenia dalam dua pekan ini.
“Kami telah memanggil beberapa pemain muda untuk menghadapi kedua laga itu karena tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk tampil hingga Maret 2020,” kata pelatih timnas Italia, Roberto Mancini. Setelah kualifikasi Piala Eropa ini selesai hingga Maret tahun depan, timnas Italia tak punya jadwal berlaga. Sementara babak utama Piala Eropa berlangsung mulai 12 Juni 2020.
Mancini kini lebih leluasa untuk mematangkan tim maupun bereksperimen. Ia sudah memanggil tiga pemain baru yang berusia 22 tahun untuk menghadapi laga kontra Bosnia-Herzegovina, Sabtu (16/11/2019) pukul 02.45 WIB. Mereka adalah Andrea Cistana (bek), Gaetano Castrovilli (gelandang), dan Riccardo Orsolini (penyerang).
Pemanggilan ini menjadi pengalaman baru bagi Cistana dan Castrovilli, sedangkan Orsolini pernah dipanggil ke timnas pada April lalu. Ketiganya berharap bisa menjalani debutnya di timnas senior pada laga kontra Bosnia. “Dipanggil ke timnas adalah impian semua anak-anak. Namun, ini baru permulaan dan saya harus menjalaninya dengan antusias dan penuh percaya diri,” kata Castrovilli dilansir Federasi Sepakbola Italia (FIGC).
Mancini total memanggil 27 pemain yang berusia rata-rata 25 tahun. Lini tengah menjadi sektor yang diperkuat enam pemain dengan usia termuda atau rata-rata 22 tahun. Selain Castrovilli, masih ada Nicolo Barella (22), Rolando Mandragora (22), Sandro Tonali (19), Nicolo Zaniolo (20), dan Jorginho (27) sebagai gelandang tertua. Rata-rata usia pemain di lini belakang 26,5 tahun, lini depan 25,4 tahun, dan kiper 24,5 tahun.
Pada beberapa laga sebelumnya, Mancini dengan skema 4-3-3 sering menurunkan gelandang berpengalaman seperti Marco Veratti dan Jorginho yang dikombinasikan dengan pemain yang lebih muda seperti Barella dan Stefano Sensi (24). Adapun Sensi yang kini bermain untuk Inter Milan masih dibekap cedera.
Susunan lini tengah Italia hasil racikan Mancini ini terbukti membuat serangan tim menjadi lebih efektif. Para gelandang mampu menjalankan tugas sebagai jembatan antara lini belakang dan penyerang dengan baik. Hasilnya, dalam delapan laga kualifikasi, Italia mencetak 25 gol dan baru kebobolan tiga gol.
Hal ini belum terlihat ketika Italia masih ditangani pelatih Giampiero Ventura pada tahun 2017. Lini tengah yang tidak solid membuat Italia bisa dilibas Spanyol 0-3 dalam laga Kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018. Kelemahan ini sulit diperbaiki hingga akhirnya Italia gagal tampil di Piala Dunia dan surat kabar Italia Corriere dello Sport sampai menulis, “Ventura, Apakah Ini Italia?”
Melihat masa depan
Mancini sebagai pengganti Ventura sudah mulai menunjukkan keberhasilan dalam membangkitkan tim berjuluk “Azzurri” ini. Namun, ia menahan diri agar tidak terlalu cepat puas mengingat ujian yang sebenarnya adalah pada saat babak utama Piala Eropa nanti.
Di Grup J, Italia selama ini menghadapi tim-tim non-favorit Eropa seperti Liechtenstein, Finlandia, Bosnia, Armenia, dan juara Piala Eropa 2004 yang sedang menurun, yaitu Yunani. Mancini sadar bahwa mereka akan menghadapi lawan yang jauh lebih tangguh pada babak utama nanti. Oleh karena itu, persiapan matang harus segera dilakukan.
Itulah alasan utama memanggil pemain muda seperti Castrovilli, Orsolini, dan Cistana. Mereka adalah harapan masa depan skuad Azzurri. “Mereka kami panggil karena kami menyiapkan sebuah tim yang diharapkan bakal jauh lebih kuat setelah Piala Eropa nanti. Kami perlu memahami apa yang bisa mereka berikan, sekarang dan pada masa depan,” katanya.
Pemilihan pemain itu sudah dilakukan melalui pengamatan berbulan-bulan. Mancini juga tidak mau hanya sekadar memberikan panggung kepada para pemain muda melainkan tetap bertekad memenangi kedua laga terakhir kualifikasi ini. Apalagi Bosnia merupakan lawan tangguh yang berisikan para bintang yang juga berlaga di Liga Italia seperti Edin Dzeko (AS Roma) dan Miralem Pjanic (Juventus).
Bagi bek Italia sekaligus Lazio, Francesco Acerbi, laga kontra Bosnia bagaikan laga derbi antara Lazio dan Roma atau dirinya dan Dzeko. “Dzeko adalah salah satu striker terbaik yang bisa menggunakan kedua kakinya, dan sundulannya sangat tajam,” ujar Acerbi. (AFP/REUTERS)