logo Kompas.id
UtamaDaniel Alamsjah Jalan Sunyi...
Iklan

Daniel Alamsjah Jalan Sunyi Pemulih Jiwa

Bukan rohaniwan dan sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, Daniel aktif dalam misi penyembuhan bagi mereka yang membutuhkan.

Oleh
Haris Firdaus dan Regina Rukmorini
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GAFxjJ7Q6LGzI0pwy3okVd_dEG0=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20191113_-SOSOK_B_web_1573635530.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Daniel Alamsjah

Daniel Alamsjah (76) terpanggil membangun rumah doa dan panti rehabilitasi untuk membantu sesama yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Meski bukan rohaniwan dan sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, Daniel terus aktif dalam misi penyembuhan bagi mereka yang membutuhkan.

Selama ini, Daniel lebih dikenal sebagai pendiri Rumah Doa Bukit Rhema yang berlokasi di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Rumah doa itu berupa bangunan tujuh lantai yang berbentuk menyerupai burung merpati. Meski bentuknya serupa burung merpati, Rumah Doa Bukit Rhema justru lebih dikenal dengan nama Gereja Ayam.

Berada di kawasan perbukitan Menoreh, popularitas Bukit Rhema melonjak drastis setelah menjadi tempat pengambilan gambar film Ada Apa dengan Cinta? 2 beberapa tahun lalu.

Mulai dibangun tahun 1992, Bukit Rhema merupakan rumah doa yang juga menjadi obyek wisata. Setiap hari, tempat itu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Saya sedang berdoa di rumah, lalu tembok kamar doa saya yang berwarna putih tiba-tiba berubah menjadi gunung dengan pemandangan yang indah.

Pembangunan Bukit Rhema dilakukan Daniel setelah ia mendapat pengalaman spiritual pada 1988 saat masih bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. "Waktu itu, saya sedang berdoa di rumah, lalu tembok kamar doa saya yang berwarna putih tiba-tiba berubah menjadi gunung dengan pemandangan yang indah. Tapi itu cuma beberapa detik lalu hilang," ujar Daniel saat ditemui Kompas, Jumat (18/10/2019), di Bukit Rhema.

Meski hanya sekilas, pengalaman spiritual itu begitu membekas dan sangat menentukan perjalanan hidup Daniel setelahnya. Beberapa waktu sesudah kejadian itu, ia berkunjung ke kampung halaman istrinya di wilayah Borobudur.

Di sana ia bertemu seorang pemuda setempat yang mengajaknya berjalan-jalan ke sebuah bukit. Begitu sampai ke bukit yang dituju, Daniel kaget bukan kepalang, sebab bukit yang dia kunjungi ternyata sama dengan pemandangan bukit yang ia lihat saat sedang berdoa di rumahnya.

"Setelah saya balik ke Jakarta, tiap hari saya ingat terus dengan tempat ini. Rasanya kayak ada magnet yang menarik," tuturnya.

Daniel akhirnya memutuskan kembali ke bukit di Borobudur. Ia naik ke bukit itu sendirian dan berdoa di sana semalaman. Sejak saat itu, ia bertekad membangun sebuah rumah doa di bukit tersebut. Secara bertahap, Daniel lalu membeli lahan di bukit itu dan sedikit demi sedikit membangun Rumah Doa Bukit Rhema.

Menurut Daniel, lahan Bukit Rhema memiliki luas sekitar 1,5 hektar dan terletak di dua desa di Kecamatan Borobudur, yakni Kembanglimus dan Karangrejo. Yang menarik, Bukit Rhema merupakan rumah doa bagi semua kalangan, tak terbatas pada umat agama tertentu saja.

Oleh karena itu, di tempat tersebut terdapat ruangan untuk berdoa dan beribadah bagi umat agama yang berbeda. Kondisi ini menunjukkan, di Bukit Rhema tecermin semangat toleransi dan kebhinekaan yang sangat kuat.

https://cdn-assetd.kompas.id/GBHByrmzvovoxJa-cZkVOYJdhdU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F487526_getattachment27962a96-1704-43cb-9359-7917ecb243f4478916.jpg
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ

Salah satu tempat favorit wisatawan, Gereja Ayam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (17/11/2017)

Perjuangan

Iklan

Meski berhasil membangun rumah doa di lahan yang cukup luas, Daniel tidak dilahirkan dari latar belakang keluarga yang kaya raya. Bahkan, dalam perjalanan hidupnya, Daniel yang lahir dari keluarga sangat sederhana itu mesti berjuang keras untuk mencapai keberhasilan.

Berdasarkan informasi di situs resmi Bukit Rhema, Daniel hanya mengenyam pendidikan formal hingga lulus Sekolah Rakyat atau setingkat SD. Setelah itu, ia menekuni berbagai pekerjaan. Ketika muda, Daniel disebut pernah bekerja sebagai kenek truk angkutan batu bata. Namun, ia kemudian diterima bekerja di perusahaan ekspor-impor.

Daniel lalu belajar ilmu kepabeanan secara otodidak dan sempat membuka kursus mengenai seluk-beluk ekspor dan impor. Pada 1978, Daniel diterima bekerja di sebuah perusahaan asing di Jakarta. Kariernya di perusahaan itu kemudian terus naik sehingga ia bisa memperbaiki kondisi finansialnya dan akhirnya membuka bisnis percetakan sendiri.

Selain membangun Rumah Doa Bukit Rhema, Daniel juga membangun Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda. Panti yang berlokasi di dekat Bukit Rhema itu menjadi tempat perawatan bagi para penyandang gangguan kesehatan jiwa. "Seperti Bukit Rhema, panti itu mulai dibangun tahun 1992. Beda beberapa bulan saja," kata Daniel.

Ada sekitar 15 persen pasien yang tidak membayar.

Daniel menuturkan, pembangunan panti tersebut tidak hanya dibiayai oleh dirinya sendiri, tetapi juga mendapat bantuan dari sejumlah pihak. Salah satu bantuan itu datang dari beberapa umat Budha yang secara tak sengaja datang ke Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda ketika proses pembangunan belum selesai.

"Jadi, waktu itu, pembangunan panti baru berjalan enam bulan dan baru sepuluh kamar yang selesai. Lalu ada peringatan Waisak oleh umat Budha di Candi Borobudur sehingga hotel-hotel di sekitar sini penuh. Beberapa orang umat Budha itu kemudian datang ke panti dan meminta izin menginap," ujar Daniel.

Daniel menambahkan, beberapa umat Budha yang menginap itu kemudian menjadi donatur untuk membantu pembangunan Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda. Berkat bantuan dari donatur itu, pembangunan panti tersebut akhirnya bisa selesai tahun 1994. "Panti ini diresmikan pada 12 November 1994," katanya.

Di panti tersebut, para penderita gangguan kesehatan jiwa menjalani terapi dengan aneka bentuk, misalnya bernyanyi dan berdoa. Selain itu, mereka juga menjalani perawatan secara medis oleh dokter dari Rumah Sakit Jiwa Prof dr Soerojo, Magelang.

Saat ini, menurut Daniel, Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda merawat sekitar 100 orang penderita gangguan kesehatan jiwa. Mereka yang dirawat itu mengalami gangguan kesehatan jiwa karena berbagai pemicu, misalnya depresi, kecanduan narkoba, hingga kecanduan gim daring.

https://cdn-assetd.kompas.id/UaBdBOVsdZWM39vAzIPSY-6VZZc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20191114_ENGLISH-SOSOK_B_web_1573742336.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Daniel Alamsjah (pendiri gereja ayam)

Dalam hal biaya perawatan, Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda memberlakukan aturan yang fleksibel. Daniel menyebut, apabila ada pasein yang berasal dari keluarga tidak mampu, manajemen panti biasanya membebaskan mereka dari keharusan membayar biaya perawatan. "Ada sekitar 15 persen pasien yang tidak membayar," katanya.

Daniel menambahkan, untuk mensubisidi biaya operasional Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda, manajemen kadang mengambil kelebihan pendapatan dari Bukit Rhema. Oleh karena itu, keberadaan kedua institusi tersebut memang bisa saling melengkapi, bukan hanya dalam hal finansial tetapi juga dalam pelaksanaan penyembuhan.

Daniel Alamsjah

Lahir: Lampung, 17 Oktober 1943

Istri: Jumarni (35)

Pendidikan: Sekolah Rakyat (SR) di Lampung

Profesi: Pendiri Rumah Doa Bukit Rhema dan Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda

Editor:
Maria Susy Berindra
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000