Berpotensi Tsunami, Gempa M 7,1 di Laut Maluku Guncang Sulut
Gempa bumi bermagnitudo 7,1 dirasakan di Manado, Sulawesi Utara, pada Jumat (15/11/2019) dini hari. Warga di tiga daerah di Maluku Utara dan Sulawesi Utara diminta waspada terjadi bahaya tsunami.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS – Gempa bumi bermagnitudo 7,1 dirasakan di Manado, Sulawesi Utara, pada Jumat (15/11/2019) dini hari. Warga di tiga daerah di Maluku Utara dan Sulawesi Utara diminta waspada bahaya tsunami akibat gempa yang berpusat di Laut Maluku itu.
Gempa bumi dirasakan di Manado sekitar 30 menit lewat tengah malam. Warga merasakan pintu-pintu rumah terguncang cukup kuat, begitu juga perabotan, meski tidak sampai merobohkannya. Warga pun berhamburan keluar rumah, meski sesaat kemudian gempa mereda. Gempa bumi hanya terasa sekitar 20-30 detik. Hingga 20 menit setelahnya, tidak ada guncangan susulan.
Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat guncangan M 7,4 dengan kedalaman 10 kilometer, tetapi dikoreksi menjadi M 7,1 dengan kedalaman 73 km. Gempa terjadi pada pukul 23.17 WIB, atau 00.17 Wita. Pusat gempa terletak di Laut Maluku, 137 km barat laut Jailolo, Maluku Utara, atau 175 km dari Manado.
“Terasa sekali, sampai pintu kamar saya seperti digedor-gedor,” kata Paulus Awang, warga Kelurahan Kleak, Malalayang. Ia memilih menunggu sesaat di luar rumah, mengantisipasi gempa bumi susulan.
Kepanikan juga dirasakan Michelle (21), penghuni indekos milik Paulus. “Saya lagi bikin presentasi untuk kuliah besok. Tiba-tiba sudah bergetar semua,” katanya, masih dalam keadaan setengah syok.
Meski berasal dari Laut Maluku, getaran terasa hingga ke daerah lain di Sulut, seperti Tondano, Minahasa. Dihubungi dari Manado, Andreas (23), warga Tondano, mengatakan gempa kuat terasa kuat sekali meski daerah itu berada di dataran tinggi.
Sementara itu, warga Pateten, Bitung, berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Selat Lembeh dan Laut Maluku. Dihubungi dari Manado, Citra (26), warga setempat, mengatakan, jaringan listrik di bilangan Pateten dan pusat kota terputus.
Banyak warga bawa koper ke dataran tinggi, di Kakenturan dan Aertembaga. Info dari BMKG, ada potensi tsunami, tapi cuma setinggi 0,5 meter (Citra)
“Karyawan-karyawan perusahaan semen, ikan, dan Pertamina Trans Kontinental bubar semua. Banyak warga bawa koper ke dataran tinggi, di Kakenturan dan Aertembaga. Info dari BMKG, ada potensi tsunami, tapi cuma setinggi 0,5 meter,” kata Citra.
Berdasarkan foto yang dibagikan Citra, warga Bitung sudah siap mengevakuasi diri dengan sepeda motornya. Sebab, berdasarkan data BMKG, Bitung dan bagian selatan Minahasa Utara berpotensi terkena gelombang tsunami. Status keamanannya Waspada.
Dalam status ini, pemerintah kota/kabupaten diharap memerhatikan dan mengarahkan masyarakat menjauhi pantai dan tepian sungai. Status Waspada tsunami juga ditetapkan dua daerah di Maluku Utara, yaitu Ternate dan Halmahera.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado Edward Henry Mengko mengimbau masyarakat tetap tenang. Status ancaman, sekaligus Waspada, tidak membahayakan masyarakat.
“Ancaman ketinggian gelombang maksimum 0,5 meter. Status memang Waspada, tetapi tidak perlu sampai evakuasi,” katanya.
Gempa bumi yang berasal dari pergerakan di dasar Laut Maluku juga terjadi pada Juli lalu. Saat itu gempa M 7 berkedalaman 49 km dengan jarak 133 km di barat Ternate terasa hingga Manado. Menurut catatan BMKG Stasiun Geofisika Ternate, Maluku Utara diguncang gempa 862 kali pada 2016, 852 kali pada 2017, dan 903 kali pada 2018 (Kompas, 9 Juli 2019).