Modal Ventura Incar Tekfin
Usaha rintisan bidang teknologi finansial membantu kelancaran transaksi dan akses keuangan masyarakat. Bidang ini diincar investor yang ingin menyuntikkan dana.
BADUNG, KOMPAS--Sasaran modal ventura saat ini adalah perusahaan rintisan bidang teknologi finansial. Sebab, solusi yang diciptakan usaha rintisan itu dinilai mampu membantu meningkatkan pemerataan akses keuangan bagi masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, potensi tingkat pengembalian investasi juga diperkirakan besar.
Berdasarkan data Yayasan Next Indonesia Unicorn (Nexticorn), sekitar 169 investor menghadiri acara Nexticorn International Summit 2019. Sekitar 126 investor di antaranya berasal dari perusahaan modal ventura yang baru pertama kali mengikuti acara ini.
Nexticorn International Summit 2019 diisi antara lain pertemuan investor dan perusahaan rintisan bidang teknologi yang sedang perlu pendanaan. Ada lebih dari 800 agenda pertemuan pada 14-15 November 2019.
Sekitar 169 investor bisa dikelompokkan menjadi 63 persen perusahaan modal ventura asing dan 37 persen perusahaan modal ventura lokal. Setidaknya ada lima bidang solusi populer yang jadi incaran investor. Lima bidang itu adalah layanan finansial, perdagangan secara elektronik (e-dagang) dan ritel, agroteknologi, eduteknologi, dan teknologi untuk menunjang kegiatan logistik.
Founder Yayasan Nexticorn, Donald Wihardja, di sela-sela Nexticorn International Summit 2019, Kamis (14/11/2019), di Jimbaran Hub, Badung, Bali, mengatakan, lima bidang solusi teknologi itu paling siap di Indonesia. Apalagi, penggunanya sudah banyak.
Dia juga menjelaskan, pada tahun-tahun sebelumnya, investor \'mengincar\' perusahaan rintisan bidang teknologi perjalanan, angkutan umum berbasis aplikasi (ride hailing), dan e-dagang. Setelah ketiga industri itu tumbuh pesat, muncul solusi teknologi finansial jenis pembayaran untuk memperlancar transaksi. Belakangan, lahir layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi yang dianggap layak disuntik investasi.
Laporan riset Google, Temasek Holdings Pte, dan Bain & Co berjudul "e-Economy SEA 2019" disebutkan, dari hampir 400 juta orang dewasa di Asia Tenggara, hanya sekitar 104 juta orang di antaranya yang sudah menikmati akses penuh layanan finansial. Sekitar 98 juta orang lainnya tergolong underbanked, artinya mempunyai rekening bank, tetapi tidak memiliki cukup akses ke kredit, investasi, dan asuransi.
Sementara, sekitar 198 juta orang lainnya unbanked atau tidak mempunyai rekening bank. Jutaan perusahaan kecil dan menengah masuk kelompok ini sehingga menghadapi kesenjangan pendanaan.
"Kelima bidang solusi teknologi tersebut merupakan pendukung industri e-dagang yang kini pertumbuhan bisnisnya cepat. Tentunya, investor akan mempertimbangkan fase pertumbuhan calon usaha rintisan bidang teknologi sebelum terjadi kesepakatan pendanaan," kata Donald.
Membuka akses
Founder Yayasan Nexticorn Rudiantara berpendapat, keberadaan solusi teknologi finansial membantu warga dalam mendapat akses layanan keuangan, seperti perbankan. Dengan demikian, dampak yang dihasilkan masif.
Business Development Head Astra Digital, Suwandi, menyampaikan hal senada. Perusahaan rintisan bidang teknologi digital untuk angkutan berbasis aplikasi, e-dagang, dan media daring sudah tumbuh matang. Sementara, perusahaan rintisan bidang teknologi finansial, teknologi kesehatan, dan teknologi pendidikan baru mulai berkembang. Ketiga sektor ini dianggap juga mempunyai peluang bisnis tak kalah besar pada jangka panjang.
Dia mengemukakan, Astra juga tertarik berinvestasi di perusahaan rintisan bidang teknologi finansial, misalnya perusahaan yang mampu mengembangkan solusi teknologi pendukung bisnis asuransi. Tujuannya agar memudahkan lini bisnis Astra, terutama bidang asuransi, untuk mengelola risiko dan menjangkau konsumen lebih luas.
Sebelumnya, Astra telah mempunyai unit bisnis di bidang pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi bernama PT Astra Welab Digital Arta (Maucash). Maucash sudah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan.
Suwandi menyebutkan, Astra mempunyai bermacam lini bisnis. Saat perusahaan berminat investasi ke perusahaan rintisan bidang teknologi, manajemen mempertimbangkan apakah perusahaan itu dapat bersinergi positif untuk bisnis Astra.
"Di luar teknologi finansial, kami juga tertarik menyuntikkan pendanaan ke perusahaan rintisan penyedia solusi benda terhubung internet untuk bisnis perkebunan atau agroteknologi. Salah satu unit bisnis Astra adalah minyak kelapa sawit. Agroteknologi bisa membantu meningkatkan bisnis kami itu," ujar dia.
Suwandi menambahkan, ada kriteria-kriteria yang sangat ditekankan Astra pada saat akan berinvestasi di perusahaan rintisan bidang teknologi digital. Kriteria itu, di antaranya, peluang sinergi, model bisnis berkelanjutan, dan karakteristik pendiri.
Founder DailySocial.id -perusahaan media teknologi yang fokus pada penyampaian informasi, opini, dan pencarian- Rama Mamuaya menyampaikan, pihaknya menggelar survei terhadap 1.500 orang di seluruh Indonesia yang 40 persen di antaranya belum mempunyai perbankan mobil atau mobile banking.
Dari hasil survei itu adalah temuan menarik, misalnya KoinWorks, Investree, dan Modalku termasuk layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi yang banyak digunakan. Temuan lainnya adakah E-mas.com, Bareksa, Invisee, dan TanamDuit menjadi aplikasi layanan investasi emas berbasis teknologi paling banyak dipakai.
Dompet digital yang paling banyak digunakan berturut-turut yaitu Go-Pay, OVO, DANA, dan LinkAja. Sekitar 85 persen pengguna Go-Pay dan OVO berusia 20-29 tahun.
Sementara, keberadaan layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mampu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) sekitar Rp 60 triliun. Nilai ini merupakan perkiraan dampak langsung maupun tidak langsung.
Dari temuan riset tersebut, Rama berpendapat, ada kemungkinan pertarungan mengejar status perusahaan rintisan teknologi bervaluasi satu juta dollar AS atau unicorn oleh sektor teknologi finansial.
Secara terpisah, penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi syariah Alami mengumumkan mendapat suntikan pendanaan tahap awal dari empat perusahaan modal ventura. Pendanaan dipimpin Golden Gate Ventures.
CEO Alami Dima Djani, dalam siaran pers, menjelaskan, keempat perusahaan modal ventura tersebut sepakat menyuntikkan modal dengan prosedur sesuai syariah Islam.
Alami berupaya mengenalkan nilai-nilai syariah dalam setiap prosedur kerja sama dengan pihak mitra, termasuk dengan calon investor. Hal ini untuk menunjukkan komitmen Alami dalam mengimplementasikan nilai syariah, tidak hanya dalam produk dan layanan, namun juga sampai ke sumber pendanaan yang menjadi landasan Alami menjalankan kegiatan operasionalnya. (MED)