Siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Malaka di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, tidak lagi belajar dengan segala keterbatasan di tenda darurat setelah bencana gempa 2018. Sekolah baru berdiri dari bantuan DKK.
Oleh
Ismail Zakaria / Khaerul Anwar
·3 menit baca
TANJUNG, KOMPAS—Lebih dari setahun setelah gempa mengguncang Nusa Tenggara Barat pada 2018, para siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Malaka di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, belajar dengan segala keterbatasan di bangunan temporer. Kisah itu kini menjadi masa lalu setelah gedung sekolah baru, bantuan dari pembaca harian Kompas yang disalurkan lewat Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas, selesai dibangun.
Penyerahan sekaligus peresmian gedung baru SDN 2 Malaka dilakukan pada Kamis (14/11/2019), dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara Suardi, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy, dan Ketua Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) Rusdi Amral. Sejumlah tokoh masyarakat dan orangtua siswa turut hadir dalam acara itu.
Sebelumnya, pascagempa Lombok, Yayasan DKK juga membangun dua gedung SDN di Lombok Timur dan Lombok Barat serta gedung puskesmas di Lombok Utara.
Gedung baru SDN 2 Malaka berdiri di lahan seluas 1.672 meter persegi, berada sekitar 28 kilometer sebelah utara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat (NTB). Sekolah itu sebelumnya rusak berat akibat gempa bermagnitudo 7,0 pada 5 Agustus 2018.
Selama menanti pembangunan gedung baru, kegiatan belajar-mengajar dipindahkan ke tenda-tenda darurat.
Gedung baru sekolah tersebut terdiri atas enam ruang kegiatan belajar, ruang guru dan kepala sekolah, satu ruang pustaka, satu rumah dinas, dan empat toilet. Ruang kelas dilengkapi dengan papan tulis, meja kursi, serta kipas angin. Paving block juga dipasang di halaman sekolah.
Antusiasme menyambut gedung baru terpancar dari wajah ceria para siswa. SDN 2 Malaka memiliki 188 siswa.
Selama menanti pembangunan gedung baru, kegiatan belajar-mengajar dipindahkan ke tenda-tenda darurat yang dibangun di lokasi pengungsian warga, sekitar 1 kilometer dari gedung sekolah tersebut. Akibatnya, kegiatan belajar-mengajar tidak optimal.
Setahun terakhir, di lokasi yang sama, mereka mendapat bantuan sekolah temporer. Sekolah temporer itu terdiri atas dua bangunan terpisah, berjarak sekitar 20 meter. Bangunan pertama berupa empat ruangan berdinding bambu dan beratap ilalang. Bangunan kedua berupa dua ruang berdinding papan dan beratap spandek.
Dari enam ruangan itu, lima digunakan untuk ruang belajar. Satu lagi untuk ruang guru. Akibatnya, tidak semua kelas mendapat ruangan. Siswa kelas IV harus belajar di bawah pohon besar di belakang sekolah temporer itu.
”Setiap kelas I pulang, siswa kelas IV pindah belajar ke ruang yang kosong. Beruntung sedang tidak musim hujan,” kata Mohammad Padil, salah satu guru di SDN 2 Malaka.
Cerdaskan bangsa
Semoga ini bisa meningkatkan kualitas dan mutu peserta didik sehingga lahir generasi penerus bangsa yang cerdas, bermoral, dan taat aturan.
Suardi menyampaikan rasa syukur atas rampungnya gedung baru bantuan pembaca Kompas,yang jauh lebih bagus daripada gedung sebelumnya. Bantuan itu menunjukkan komitmen semua pihak dalam mencerdaskan tunas bangsa.
”Semoga ini bisa meningkatkan kualitas dan mutu peserta didik sehingga lahir generasi penerus bangsa yang cerdas, bermoral, dan taat pada aturan yang berlaku,” kata Suardi.
Ninuk berharap, solidaritas para pembaca harian Kompas bisa menggerakkan banyak pihak ataupun dermawan lain untuk terlibat dalam pemulihan Lombok. Ia berpesan, gedung dan fasilitas yang diberikan bisa dijaga sebaik-baiknya oleh para guru dan siswa.
”Dengan dijaga, maka harapannya fasilitas yang ada bisa bertahan lama serta bisa melahirkan pemimpin masa depan. Tidak hanya di Lombok, tetapi juga tingkat nasional. Mungkin dari sini akan lahir Pak Habibie lain atau Pak Joko Widodo lain,” kata Ninuk.
Kepala SDN 2 Malaka Abdul Manap berterima kasih atas gedung baru itu. ”Dengan adanya gedung baru ini, berarti tanggung jawab kami semakin besar,” kata Abdul.
Gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang NTB pada 29 Juli 2018. Bencana itu membuat 20 orang meninggal dan lebih dari 10.000 bangunan rusak. Sementara gempa bermagnitudo 7 pada 5 Agustus 2018 mengakibatkan 564 orang tewas serta 216.489 rumah rusak.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB, 830 unit sarana dan prasarana pendidikan, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menegah atas, mengalami kerusakan akibat bencana tersebut. Sekolah yang rusak paling banyak berada di Lombok Utara, yakni 204 unit.