Jurnalis dituntut bijak dalam menyikapi era disrupsi media. Kehadiran media sosial dan berkembangnya jurnalisme warga jangan menjadi halangan bagi jurnalis untuk mempertahankan karya yang berimbang dan sesuai kaidah.
Oleh
IRMA TAMBUNAN/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Jurnalis dituntut bijak menyikapi era disrupsi media. Kehadiran media sosial dan berkembangnya jurnalisme warga jangan menjadi halangan, tapi dorongan untuk mempertahankan karya jurnalistik berimbang dan sesuai dengan kaidah.
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Abdul Manan menyikapi luar biasanya era disrupsi belakangan ini. Disrupsi dapat dikatakan sebagai era perubahan yang terjadi begitu cepat dengan perkembangan teknologi mengalami pergeseran. Teknologi digital merajai dunia dengan kemampuan data yang menjadi informasi penting. Namun, ketergantungan pada medsos juga berdampak pada munculnya informasi tak berimbang serta rentan tanpa melalui kaidah jurnalistik yang benar.
”Harus diakui saat ini pembaca koran berkurang karena berpindah ke media sosial. Wartawan tidak lagi dapat memonopoli sumber informasi karena ada media sosial dan jurnalisme warga,” katanya dalam acara pembukaan Festival Media 2019 yang digelar AJI, di Kota Jambi, Sabtu (16/11/2019).
Ia pun mengingatkan agar jurnalis tetap independen. Aliansi terus dibangun dengan menekankan advokasi kebebasan pers, peningkatan profesionalisme, dan kesejahteraan pers.
”Anggota AJI tidak menerima ’amplop’. Itu bagian dari kebaikan profesi. Kalau ada yang ajukan proposal ke pemda, tolong laporkan,” lanjutnya.
Anggota AJI tidak menerima ’amplop’. Itu bagian dari kebaikan profesi. Kalau ada yang ajukan proposal ke pemda, tolong laporkan.
Pembukaan Festival Media 2019 bertajuk ”Literasi di Era Disrupsi” itu dibuka Gubernur Jambi Fachrori Umar. Dalam sambutannya, Fahrori mendorong festival media ini jadi wadah edukatif bagi para jurnalis. Di satu sisi, keberadaan media sosial melahirkan informasi yang begitu cepat mengalir. Namun, hal itu menuntut ketelitian dan kesabaran pembaca melakukan verifikasi sendiri.
Ketua AJI Kota Jambi Ramond Eka Putra mengatakan, Festival Media 2019 memunculkan potensi alam dan budaya Jambi yang selama ini menarik perhatian masyarakat. Sejumlah kelas pelatihan digelar untuk meningkatkan kapasitas jurnalis serta literasi lingkungan dan budaya.
Ketua Panitia Festival Media 2019 Suang Sitanggang memaparkan, ada 25 AJI kota yang berpartisipasi, termasuk lembaga swadaya masyarakat, korporasi, media, dab pers kampus, dalam ajang ini. Sebelas pelatihan digelar dengan jumlah peserta lebih dari 2.000 orang. Festival ini akan berlangsung hingga 17 November 2019.
Pada Sabtu, beberapa rangkaian kelas yang digelar yakni Talkshow Pemeliharaan Cagar Budaya di Era Bigdata, Hoaks Busting and Digital Hygiene, Workshop Menjadi Presenter, Meliput Isu Lingkungan: Hutan dan Eksistensi Orang Rimba, bincang vlog, jurnalisme data, dan penulisan isu cagar budaya.
Sementara pada hari Minggu, sejumlah pelatihan lainnya digelar, mulai dari Mobile Journalism, Klinik Fotografi Heritage, Seminar Bahaya Hoaks dan Cara Menangkalnya, Workshop Konservasi dan Dokumenter Lingkungan, serta Seminar Jurnalisme Damai: Refleksi Konflik Papua.