Pada Kamis malam, Israel menyerang Deir al-Balah di Gaza. Warga Gaza mengatakan, serangan udara Israel di Deir al-Balah itu terjadi tanpa peringatan.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·3 menit baca
GAZA, JUMAT -- Gencatan senjata yang baru dimulai Kamis (14/11/2019) pagi di Gaza sempat terkoyak. Pada Kamis malam Israel menyerang Deir al-Balah di Gaza. Warga Gaza mengatakan, serangan udara Israel di Deir al-Balah itu terjadi tanpa peringatan.
Dua ledakan keras mengguncang dan menghancurkan rumah Rasmi Abu Malhous serta menewaskan delapan anggota keluarganya, termasuk dua wanita dan lima anak di bawah usia 13 tahun. Serangan udara itu sejatinya diarahkan pada saudara Rasmi, seorang komandan Jihad Islam, yang kebetulan pada saat serangan terjadi tidak berada di rumah.
Abdelhaj Musleh, warga Gaza, mengatakan, banyak anak yang tinggal di rumah-rumah di Deir el-Balah. ”Jika ada peringatan, tentu tidak akan ada yang tewas,” katanya.
Namun, pihak Israel, Jumat (15/11), mengatakan, mereka menyerang ”infrastruktur militer Jihad Islam” di Deir al-Balah dan tak berniat menyakiti warga sipil. ”Menurut informasi yang tersedia untuk IDF saat serangan tidak ada warga sipil yang diperkirakan akan dirugikan sebagai akibat dari serangan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Saat ini penyelidikan tengah dilakukan. Israel menegaskan bahwa mereka bersedia mematuhi gencatan senjata jika tidak ada serangan roket lagi.
Gencatan senjata
Pada Kamis pagi, Jihad Islam mengumumkan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB dan Mesir. Gencatan senjata itu disepakati setelah eskalasi pertempuran antara Israel dan Jihad Islam meningkat. Ini dipicu pembunuhan atas komandan Jihad Islam oleh tentara Israel. Kamis pagi dikabarkan situasi di Gaza kembali tenang.
”Kami berharap perdamaian, kami tidak menginginkan perang,” kata Mahmoud Jarda, seorang warga Gaza.
Namun, gencatan senjata itu membuat sebagian pendukung Jihad Islam marah dan menggelar aksi protes di Gaza. Pada Kamis malam, beberapa roket ditembakkan ke arah Israel, yang dibalas dengan serangan udara.
Hamas, yang diketahui mengontrol Gaza, tampak menahan diri. Kelompok itu disebut mematuhi gencatan senjata terbaru yang dimediasi PBB dan Mesir.
Sebagaimana diberitakan, pertempuran awal pekan ini di Gaza telah menewaskan puluhan orang, termasuk warga sipil. Situasi itu memperburuk kondisi sebelumnya di mana ratusan warga sipil Palestina tewas dalam pertempuran di Gaza.
Hal itu menuai kecaman internasional. Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag pun telah membuka penyelidikan awal terhadap taktik-taktik yang diterapkan Israel di medan pertempuran.
Israel menolak kritik tersebut. Tel Aviv mengatakan telah melakukan banyak langkah pencegahan untuk mencegah jatuhnya korban sipil.
”Operasi kami melawan Jihad Islam sangat akurat, sangat terarah berdasarkan level intelijen tertinggi yang kami miliki,” kata Letnan Kolonel Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, kepada wartawan, Kamis, setelah gencatan senjata diumumkan.
”Salah satu pertimbangan utama adalah kami masih membatasi dampak ikutan sejauh mungkin dan pengaruhnya terhadap mereka yang bukan anggota kelompok militan,” kata Conricus.
Israel juga menuduh kelompok militan Palestina menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan menembakkan roket dari daerah permukiman. Israel mengatakan, komandan militan sering memiliki senjata atau pusat komando di dalam rumah mereka, yang menjadikannya sebagai sasaran yang sah.
Militan Palestina juga mendapat kecaman internasional karena menembakkan roket tanpa pandang bulu ke wilayah sipil Israel. Israel mengatakan, puluhan roket yang ditembakkan kelompok militan Palestina jatuh di wilayah Gaza. Satu roket disebut merusak kantor Komisi Internasional untuk Hak Asasi Manusia, lembaga pengawas di Palestina. Kelompok itu pun mendesak agar dilakukan penyelidikan atas insiden tersebut.