Pendidikan merupakan kunci bagi kemajuan bangsa. Ini didasari sifat pendidikan yang memicu individu untuk melahirkan beragam teknologi dan inovasi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pendidikan merupakan kunci bagi kemajuan bangsa. Ini didasari sifat pendidikan yang memicu individu untuk melahirkan beragam teknologi dan inovasi. Kemampuan membuat teknologi dan inovasi itu selanjutnya menjadi nilai tambah yang mampu dimaksimalkan untuk penguatan perekonomian.
Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla saat menjadi pembicara dalam acara bertajuk ”Seminar Kebangsaan dan Moderasi Islam” yang diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Sabtu (16/11/2019).
”Kemajuan itu hanya diciptakan dengan teknologi dan ilmu. Ilmu hanya diciptakan oleh pendidikan. Pendidikan adalah dasar dari kemajuan bangsa,” kata Kalla.
Kalla menyampaikan, perguruan tinggi hendaknya juga tidak hanya menyajikan keragaman bidang studi. Ia menginginkan agar setiap perguruan tinggi itu turut mendalami satu bidang studi secara fokus. Ini untuk menghasilkan kepakaran dalam suatu bidang itu.
Kemajuan itu hanya diciptakan dengan teknologi dan ilmu. Ilmu hanya diciptakan oleh pendidikan. Pendidikan adalah dasar dari kemajuan bangsa.
Selanjutnya, Kalla menyatakan, kepakaran itu juga tidak bisa berhenti sebagai ilmu pengetahuan saja. Ilmu pengetahuan itu perlu disambungkan terhadap industri. Dengan demikian, diharapkan ada kontribusi langsung terhadap perekonomian atas inovasi yang sudah dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi.
Namun, itu tidak bisa dilakukan sendirian. Perguruan tinggi dengan kepakarannya masing-masing perlu mengoptimalisasikan penelitian-penelitian mereka. Setelah itu, berbagai perguruan tinggi tersebut melakukan kerja sama guna mengisi kekurangan yang terdapat pada setiap pihak.
”Kerja sama antaruniversitas ini juga menjadi sangat penting. Perlu dukungan yang kuat dari tiap-tiap pihak. Kerja sama ini harus dijalin secara riil. Bukan hanya di rapat kerja maupun seminar,” kata Kalla.
Lebih dari itu, Kalla mengungkapkan, segala inovasi dan teknologi yang akan dihasilkan tidak berarti jika kurang bermanfaat bagi masyarakat. Penguatan perekonomian harus dilakukan bersamaan dengan upaya tersebut. Ini disampaikannya melihat dari kondisi perekonomian nasional yang masih belum cukup baik.
”Semoga kerja sama benar-benar bisa terjalin dengan baik. Mari kita meraih kemakmuran bagi bangsa ini. Tidak ada bangsa yang maju tanpa kemakmuran,” kata Kalla.
Selain itu, Kalla berpesan, moderasi beragama harus senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh masyarakat. Kerukunan itu merupakan salah satu faktor yang menjamin kemajuan bangsa. Tanpa adanya perpecahan, anak bangsa fokus untuk mengembangkan kemampuan masing-masing dan bersatu demi meraih kemajuan itu.
Sepakat untuk bersatu
Terkait hal itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan hal serupa. Sejak awal, bangsa ini sepakat untuk bersatu di tengah beragam perbedaan yang ada. Cara menghargai kesepakatan para pendiri bangsa adalah dengan menjalankan moderasi beragama.
”Di dalam keberbedaan itu kita hidup bersama. Sebab, keberbedaan itu adalah fitrah. Kita bersaudara di tengah perbedaan,” kata Mahfud.
Mahfud menambahkan, hendaknya tidak terjadi perselisihan di antara sesama anak bangsa yang amat beragam ini. Sebaliknya, anak bangsa perlu bahu-membahu mencapai tujuan akhir dari bangsa ini. Adapun tujuan yang dimaksud yaitu bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sesuai dengan yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
”Keadilan masih harus diperjuangkan. Dari waktu ke waktu, kita masih harus berjuang. Maka, negara harus hadir mengatasi ketidakadilan itu. Jadi, merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Itu tujuan akhirnya,” kata Mahfud.
Sementara itu, Rektor UII Fathul Wahid menyatakan, keragaman merupakan fakta sosial yang tak dapat dimungkiri. Bersatu dalam kebinekaan telah dipilih pendiri bangsa sebagai semboyan pemersatu anak bangsa. Semua pihak harus bahu-membahu menciptakan itu.
”Persatuan yang menjadikan kita bangsa besar. Besar bukan hanya karena cacah penduduknya, melainkan juga karena hatinya dapat menerima perbedaan untuk hidup berdampingan dalam kedamaian,” kata Fathul.