Tim nasional sepak bola Inggris menandai laga ke-1.000 sepanjang sejarah dengan melumat Montenegro 7-0, Jumat dini hari. Kemenangan itu sekaligus menyegel tiket Inggris ke babak utama Piala Eropa 2020.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LONDON, KAMIS – Duel kontra Montenegro di kualifikasi Piala Eropa 2020, Jumat (15/11/2019) dini hari WIB menjadi hari istimewa bagi tim nasional sepak bola Inggris. Hari itu, tim “Tiga Singa” menjalani tepat laga ke-1.000 sejak debutnya di Eropa pada 1872 silam.
Tidak heran, sejumlah legenda Tiga Singa seperti Wayne Rooney, Paul Gascoigne, Glen Johnson, Jermain Defoe, dan David Seaman, ikut menjejakkan kakinya di atas rumput Stadion Wembley di laga itu. Kehadiran para legenda yang ikut membesarkan Tiga Singa itu menjadi pusat perhatian 77.277 penonton pada jeda turun minum di Wembley.
Melalui parade para mantan pemainnya itu, Inggris ingin menghormati masa lalunya yang panjang di kancah sepak bola dunia. Untuk mengenang perjalanan itu, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) mencetak seragam edisi khusus bagi para mantan atau pemain aktif Tiga Singa. Di bawah emblem Tiga Singa tertulis kode angka unik bagi setiap pemain yang pernah membela tim itu sejak 147 tahun silam.
Angka 1 misalnya, diberikan untuk Robert Baker, mantan kiper pertama Tiga Singa. Total 1.244 nomor dan seragam yang dikeluarkan, termasuk untuk Gareth Southgate, mantan pemain yang kini menjadi pelatih timnas Inggris. Ia mendapatkan seragam bernomor 1.071. “Ini (laga ke-1.000) adalah momen yang menyentuh,” ujar Southgate dikutip Express.
Inggris boleh saja bernostalgia dan mengenang para legenda yang menjadi bagian dari lika-liku perjalanan mereka selama ini. Namun, panggung pertunjukkan malam itu sejatinya tetap menjadi milik Harry Kane dan kawan-kawan, barisan aktif pemain Tiga Singa saat ini. Malam itu, seolah tidak ingin kalah dari para legenda, mereka menunjukkan level permainan di atas rata-rata.
Pada jeda turun minum, Tiga Singa telah unggul telak 5-0. Kane memborong tiga gol, adapun dua gol lainnya dicetak Marcus Rashford dan Alex Oxlade-Chamberlain. Tiga Singa menunjukkan permainan agresif dan atraktif seperti halnya dua klub energik di Liga Inggris saat ini, yaitu Liverpool dan Chelsea. Tiga gol pada babak pertama itu tercipta dari bek sayap yang tampil sangat ofensif, yaitu Benjamin Chilwell.
Di hari yang sebetulnya untuk mengenang masa lalunya itu, Tiga Singa justru ingin memperlihatkan masa depannya yang sangat cerah. Pesan itu disampaikan melalui gol debut striker muda Inggris, Tammy Abraham (22), di penghujung laga itu. Tampil sebagai pemain pengganti, ujung tombak Chelsea itu memanfaatkan asis penyerang muda Inggris lainnya, Jadon Sancho, untuk menggenapi tujuh gol Tiga Singa.
“Gol pertama selalu menjadi momen spesial. Saya meyakini bakal banyak gol lainnya yang tercipta darinya (Abraham) untuk Inggris. Tim ini terus berkembang. Mengingat betapa banyaknya talenta muda yang mereka miliki, mereka bakal semakin baik. Piala Eropa 2020 mungkin terlalu dini bagi tim ini. Namun, di 2022 (Piala Dunia Qatar), mereka bakal sangat kompetitif,” ujar Gary Lineker, mantan striker timnas Inggris, lewat Twitter-nya.
Abraham dan Sancho mewakili revolusi Tiga Singa di bawah asuhan Southgate, yaitu muda, antusias, penuh motivasi, dan lapar gelar. Usia rata-rata pemain Inggris yang tampil di laga kontra Montenegro itu adalah 23 tahun dan 255 hari. Ini merupakan skuad termuda Tiga Singa dalam enam dekade terakhir atau sejak 1959. Meskipun sangat muda, tim ini sangatlah menakutkan.
Tidak tertandingi
Inggris, yang dipastikan lolos ke babak utama Piala Eropa 2020 berkat kemenangan atas Montenegro, kini mengemas total 33 gol dari tujuh laga di kualifikasi grup A. Tidak satu pun tim lainnya yang mampu menandingi ketajaman mereka sekali pun juara dunia Perancis (23 gol dari sembilan laga), Jerman (20 gol, enam laga), maupun Spanyol (19 gol, delapan laga). Untuk kali pertama sejak 1982, mereka mampu mengemas 30 gol dalam satu kalendar tahun.
Tak hanya itu, untuk kali pertama sejak 1987, Inggris mampu mencetak tujuh gol atau lebih di Wembley—stadion kebanggaan mereka. “Di masa lalu, kami mungkin kesulitan saat menghadapi tim-tim yang tampil sangat defensif. Namun, kini kami memiliki pemain-pemain yang mampu dan memiliki gaya untuk membongkarnya. Kualitas serangan kami sangatlah baik,” ujar Southgate seusai laga itu.
Southgate kini memiliki opsi pemain yang sangat melimpah, khususnya di lini tengah dan depan. Itu tidak terlepas dari bersinarnya sejumlah “muka” baru seperti James Maddison dan Mason Mount di level klub. Keduanya ikut diturunkan Southgate, kemarin. Solidaritas di tim pun kini semakin baik. Itu diperlihatkan lewat sikap Raheem Sterling, pemain yang absen akibat dihukum Southgate.
Melalui Twitter-nya, Sterling membela bek Joe Gomez yang disoraki penonton ketika turun menggantikan Mount di menit ke-70 pada laga itu. Padahal, beberapa hari sebelumnya, Sterling sempat menyerang Gomez di markas latihan Inggris. Keributan keduanya itu adalah buntut dari cekcok di laga Liverpool kontra Manchester City, Minggu. “Sulit bagi saya untuk melihat rekan setim saya (Gomez) disoraki atas sesuatu hal yang disebabkan kesalahan saya,” ujar Sterling. (AFP)