Alvin Tehupeiory menemukan kembali performa terbaiknya setelah terpuruk pada 2014-2016. Sprinter putri Maluku itu kini menjadi salah satu tumpuan tim atletik Indonesia untuk meraih medali di SEA Games 2019.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Dunia atletik Indonesia tidak bisa lepas dari Tanah Maluku. Tak sedikit prestasi prestisius lahir dari para atlet yang berasal dari provinsi beribu kota Ambon tersebut. Salah satu penerus tradisi itu adalah pelari putri Alvin Tehupeiory.
Setelah era para ratu lari asal Maluku, seperti Emma Tahapary, Henny Maspaitella, dan Irene Joseph, saat ini, Alvin menjelma menjadi ratu lari nomor 100 meter, 200 meter, 400 meter, dan gawang 400 meter nasional. Pelari berusia 24 tahun itu pun diharapkan bisa menyumbangkan medali untuk Indonesia di cabang berjuluk ”induk dari segala olahraga” itu pada SEA Games 2019 Filipina.
”Almarhum papa (Welem Tehupeiory meninggal pada 2018) selalu mengingatkan saya untuk meraih prestasi di setiap lomba yang saya ikuti. Kalau gagal, beliau selalu bilang saya cuma ngabis-ngabisin uang saja. Pesan papa itu yang selalu tertanam sampai sekarang,” ujar Alvin di Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Alvin mulai menggemari atletik ketika masih duduk di kelas 5 SD Inpres 52 Ambon pada 2005. Minat itu muncul karena dia sering menyaksikan tayangan perlombaan atletik di televisi. ”Waktu itu, saya nonton Porseni Maluku. Saya lihat kayaknya ikut lomba lari itu asik. Dari situ, saya mulai tertarik berlatih lari,” kata pelari kelahiran Ambon, 5 April 1995, itu.
Potensi Alvin mulai muncul ketika dirinya duduk di kelas 1 SMP Negeri 8 Ambon dan mengikuti O2SN Ambon pada 2008. Dalam kejuaraan itu, ia berhasil menjadi juara nomor 60 meter dan peringkat kedua masing-masing di nomor lompat jauh, loncat tinggi, dan tolak peluru.
Rentetan prestasi itu membuatnya direkrut PPLP Maluku sejak 2009. Awalnya, ia fokus di nomor 100 meter. Namun, pelatih melihat dia tidak berkembang di nomor tersebut sehingga dipindahkan ke nomor gawang 400 meter sejak 2010.
Alvin sangat mendominasi gawang 400 meter dari usia remaja, yunior, hingga senior. Prestasinya antara lain beberapa kali juara gawang 400 meter Kejuaraan Nasional Remaja, juara Kejuaraan Asia Yunior 2014, beberapa kali juara nomor tersebut di Kejuaraan Nasional Senior, dan terakhir meraih emas di PON 2016 Jawa Barat. ”Karena prestasi-prestasi saat remaja, saya direkrut pelatnas sejak 2011,” katanya.
Sempat vakum
Namun, Alvin tidak selalu berada di puncak karier. Ia juga pernah mengalami masa keterpurukan. Pada 2014, ia memilih keluar dari pelatnas untuk mengikuti tes masuk Kowad. Setelah lulus, dia pun harus mengikuti rentetan pendidikan dan bekerja.
Karena itu, Alvin tidak mendapatkan latihan yang cukup. Bahkan, setelah PON 2016, ia berlatih sendiri di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Situasi itu membuat fisik dan catatan waktunya turun drastis.
Beruntung ia kenal dengan pelatih atletik DKI Jakarta, Ahmad Sumarsono Sakeh. Dia pun memohon ikut latihan bersama tim DKI Jakarta. ”Latihan tanpa pelatih itu seperti sayur tanpa garam. Saya tidak ada program latihan yang terukur sehingga latihan tidak memberikan perkembangan. Akhirnya latihan cuma untuk jaga stamina supaya tidak turun drastis,” ujarnya.
Tanpa berat hati, Sakeh melatih Alvin. Bersama Sakeh, Alvin pun kembali ke puncak performanya. Ia berhasil kembali menjadi juara gawang 400 meter Kejuaraan Nasional 2017. Dia pun memperbaiki catatan waktunya dari 60,79 detik ketika meraih emas gawang 400 meter PON 2016 menjadi 60,52 detik saat mengikuti uji coba Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. ”Karena itu, saya dipanggil lagi ke pelatnas sejak 2017,” katanya.
Sakeh menjadi salah satu orang terpenting dalam karier Alvin selain kedua orangtuanya, ayah alm Welem Tehupeiory dan ibu Mariah Kailuhu (49). Selain bisa membangkitkan lagi semangat, Sakeh juga jeli melihat potensi yang dimiliki Alvin sehingga bisa kembali ke puncak performa dan meraih sejumlah prestasi tingkat nasional.
Puncak penampilan
Puncaknya, Alvin tampil luar biasa pada Kejuaraan Nasional 2019 di Cibinong, Jawa Barat, pada awal Agustus. Ia berhasil meraih emas nomor 200 meter dengan catatan waktu 23,76 detik. Dia mempertajam rekornas milik pelari legendaris Maluku, Irene Joseph, dengan waktu 23,86 detik yang telah bertahan 20 tahun (diciptakan 17 Juli 1999).
Alvin juga meraih emas nomor 100 meter dengan waktu 11,64 detik. Catatan waktu tersebut hanya terpaut 0,08 detik dari rekornas milik Irene Joseph 11,56 detik yang telah bertahan selama 20 tahun (diciptakan 20 Oktober 1999). ”Sekarang, target saya tidak muluk-muluk di SEA Games nanti. Saya hanya ingin mempertajam catatan waktu terbaik saya di 200 meter dan 100 meter itu,” katanya.
Melihat hasil SEA Games 2017, Alvin setidaknya bisa meraih perak di nomor 100 meter. Catatan waktu terbaiknya tahun ini hanya kalah dari peraih emas 100 meter SEA Games 2017 asal Vietnam, Le Tu Chinh, yang catatan waktunya 11,56 detik. Tetapi, dia lebih baik dari peraih perak 100 meter SEA Games 2017 asal Malaysia, Zaidatul Husniah Zulkifli, dengan waktu 11,74 detik dan peraih perunggu 100 meter asal Singapura, Veronica Shanti Pereira, dengan waktu 11,76 detik.
Tetapi, Alvin masih cukup sulit untuk meraih medali di nomor 200 meter. Catatan waktu terbaiknya tahun ini masih tertinggal jauh dari peraih emas SEA Games 2017 asal Vietnam, Le Tu Chinh, dengan waktu 23,32 detik; peraih perak asal Malaysia, Zaidatul Husniah Zulkifli, dengan waktu 23,64 detik; dan peraih perunggu asal Singapura, Veronica Shanti Pereira, dengan waktu 23,68 detik.