Perbedaan agama, keyakinan, dan ras kerap menimbulkan perpecahan dan konflik. Diperlukan upaya keras untuk menyebarluaskan, mengingatkan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbedaan agama atau keyakinan juga ras merupakan sebuah keniscayaan yang tidak semestinya menimbulkan perpecahan dan konflik. Sayangnya, yang terjadi sering kali justru sebaliknya, agama menjadi pembenar terjadinya konflik. Untuk itu, perlu upaya sungguh-sungguh untuk kembali menyebarluaskan dan mengingatkan agar nilai-nilai kemanusiaan harus terus dijunjung tinggi.
Demikian pesan penting yang mengemuka dari diskusi ”Towards United Human Values: Tolerance, Understanding, and Coexistence, Oman Message\'s of Islam” yang diadakan Pemerintah Oman di Jakarta, Sabtu (16/11/2019), sekaligus memperingati Hari Toleransi Internasional.
Menteri Urusan Wakaf dan Agama Oman, Sheikh Abdullah al Salmi, mengatakan, perubahan yang pesat di segala aspek yang terjadi secara global memberikan dampak yang positif maupun negatif. Di sisi positif, hadirnya teknologi informasi seperti internet dan kecerdasan buatan telah membawa banyak kemudahan bagi manusia. Namun, ada juga sisi negatif yang terjadi, yaitu terjadinya perpecahan atau konflik yang dilatarbelakangi perbedaan agama, kepercayaan, ras, juga kelompok.
Padahal, menurut al-Salmi, perbedaan adalah suatu keniscayaan yang harus diterima dan dihormati. Perbedaan agama, misalnya, tidak seharusnya justru membawa manusia pada peperangan. Dunia harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dibandingkan dengan kepentingan kelompok.
Oleh karena itu, perlu upaya sungguh-sungguh dan bersama-sama untuk mencegah terjadinya perang antarsesama manusia. Situasi seperti itulah yang pada akhhirnya melatarbelakangi Kesultanan Oman mendorong koordinasi internasional dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan.
Tolerance, Understanding, and Coexistence, Oman Message\'s of Islam merupakan program Kesultanan Oman yang diinisiasi Sultan Oman, Qaboos bin Said. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya toleransi beragama, saling pengertian, dan hidup berdampingan dengan damai di dalam masyarakat.
Program ini kemudian diterjemahkan ke dalam sejumlah kegiatan, seperti pameran, diskusi dan kuliah umum, dialog lintas agama, dan kontraterorisme. Sejak tahun 2010, pameran dan diskusi dalam mempromosikan inisiatif ini telah dilakukan Kesultanan Oman di puluhan negara.
”Pelaksanaan pameran dan diskusi yang diadakan di Indonesia yang multietnis saat ini sangat tepat. Indonesia dengan Pancasila-nya dan Oman memiliki nilai-nilai yang sejalan dalam toleransi beragama,” kata al Salmi.
Duta Besar Oman untuk Indonesia Sayyed Nizar Al Said menyebutkan, inisiatif menyebarluaskan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi penting sebab sebagian masyarakat masih memiliki pemahaman bahwa Islam tidak toleran dengan perbedaan. Ketakutan akan Islam pun kemudian muncul. Hal tersebut memang tidak bisa dilepaskan dari segelitir umat Islam yang melakukan tindakan kejam atas nama agama.
Islam yang sesungguhnya justru sangat toleran dan jauh dari kekerasan. Umat Islam bisa hidup berdampingan dengan kelompok agama lain dalam situasi yang harmonis. Inisiatif yang digagas Oman ini mencoba menyebarluaskan pandangan Islam yang sesungguhnya ke dalam berbagai aktivitas di tingkat global.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Amany Burhanudin Umar Lubis mengatakan, sikap toleransi memerlukan keterbukaan pemikiran dan sikap yang moderat.
Piagam Madinah di zaman Nab Muhammad juga telah menunjukkan bahwa umat Islam saat itu mampu hidup berdampingan dengan umat agama lain. Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam saat ini pun mampu toleran dan hidup berdampingan dengan masyarakat yang beragam latar belakangnya.
Dalam konteks dalam negeri, Indonesia memiliki Pancasila sebagai falsafah negara. Nilai-nilai Pancasila menjadi perekat berbagai kelompok masyarakat yang berbeda di Tanah Air. Dalam konteks diplomasi, pemerintah bisa menyebarkan nilai-nilai Pancasila ini di tataran global.