Untuk menjaga tradisi dagang masyarakat Banjar di atas Sungai Martapura itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar kembali menggelar Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan, Minggu (17/11/2019).
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Keaslian Pasar Terapung Lok Baintan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tetap dipertahankan. Untuk menjaga tradisi dagang masyarakat Banjar di atas Sungai Martapura itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar kembali menggelar Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan, Minggu (17/11/2019).
Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan 2019 dipusatkan di Sungai Martapura sekitar Dermaga Bawah Jembatan Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk. Lokasi perhelatan festival tersebut berada di sebelah hulu lokasi sehari-hari Pasar Terapung Lok Baintan. Jarak antara lokasi festival dan lokasi pasar lebih kurang 4 kilometer.
Ratusan pedagang yang sehari-hari berjualan dengan menggunakan jukung atau perahu di Pasar Terapung Lok Baintan meramaikan kegiatan festival tahun ini. Para pedagang menghiasi jukung dengan berbagai ornamen yang unik dan menarik. Mereka mulai memadati lokasi kegiatan festival sejak pukul 04.30 Wita.
Hj Usnah (50), pedagang Pasar Terapung Lok Baintan, menuturkan, kegiatan festival memotivasi para pedagang untuk menampilkan kreasi dagangan yang unik dan menarik. Di atas jukungnya, Usnah memajang ayunan untuk tradisi baayun maulid dan kembang barenteng. Hiasan itu mendapat nilai tertinggi dari para juri sehingga Usnah pun menyabet juara pertama lomba jukung hias tradisional. ”Festival ini bagus untuk menyemangati acil-acil (bibi) yang berjualan di pasar terapung,” katanya.
Menurut Hj Masitah (40), pedagang lainnya, kegiatan festival bisa menarik banyak orang untuk datang ke Pasar Terapung Lok Baintan. Sebab, pada saat festival, para pedagang berlomba-lomba menampilkan kreasi dagangan yang unik dan menarik. ”Kalau banyak yang datang, dagangan kami juga banyak yang laku,” kata Masitah yang menyabet juara kedua lomba jukung hias tradisional.
Kalau banyak yang datang, dagangan kami juga banyak yang laku.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar Haris Rifani mengatakan, kegiatan festival bertujuan melestarikan sekaligus mempromosikan Pasar Terapung Lok Baintan yang dikenal masih asli. ”Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan Nusantara dan mancanegara,” ujarnya.
Kegiatan festival tahun ini mengusung tema ”Menggenggam Semangat Tradisi” dan diikuti 558 pedagang Pasar Terapung Lok Baintan. Untuk menyemarakkan festival yang berlangsung satu hari itu, digelar lomba jukung tanglong (lampion), lomba jukung hias tradisional, lomba fotografi, dan lomba formasi jukung. Total hadiah yang diperebutkan Rp 51,6 juta.
”Dengan penyelenggaraan Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan ini, kami juga ingin membentuk opini Kabupaten Banjar sebagai tempat yang aman, nyaman, serta potensial untuk berinvestasi dan berwisata,” kata Haris.
Warisan budaya
Bupati Banjar KH Khalilurrahman mengatakan, sejak dulu daerahnya memiliki budaya masyarakat yang tumbuh dan berkembang di atas sungai. Di Banjar, sungai tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga sumber perputaran roda ekonomi masyarakat. Hingga saat ini, Banjar masih memiliki budaya pasar terapung yang beraktivitas di atas Sungai Martapura.
”Keunikan Pasar Terapung Lok Baintan sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dan mendapat sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai warisan budaya, Pasar Terapung Lok Baintan harus terus dijaga dan dilestarikan agar dapat menjadi warisan bagi generasi mendatang,” tuturnya.
Menurut Khalilurrahman, Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan juga mengingatkan semua kalangan akan pentingnya melestarikan sungai. ”Kita semua wajib menjaga kebersihan sungai dari pencemaran sampah rumah tangga. Dengan demikian, sungai bisa tetap menjadi sarana transportasi dan penggerak perekonomian masyarakat,” katanya.
Budayawan dan Seniman Banjar, Mukhlis Maman, mengatakan, berdagang di atas jukung merupakan bagian dari tradisi yang sudah lama dihidupi masyarakat Banjar yang ditinggal di daerah aliran Sungai Martapura. Sejak dulu, Pasar Terapung Lok Baintan adalah pusat perdagangan hasil bumi dari desa-desa di sekitarnya. ”Keberadaan pasar terapung ini perlu dilestarikan untuk kepentingan masyarakat setempat dan wisatawan,” ujarnya.
Menurut Mukhlis Maman yang akrab disapa Julak Larau, keberadaan pasar terapung bisa tergerus seiring perkembangan zaman. Kondisi itu terjadi pada Pasar Terapung Kuin di Kota Banjarmasin yang kini telah sepi. ”Tradisi berjualan di pasar terapung dilakukan masyarakat secara turun-temurun. Perlu dukungan pemerintah agar regenerasi pedagang bisa terus berjalan,” katanya..