Keluarga Meminta Polisi Transparan Usut Tewasnya Pengendara Skuter Listrik
Keluarga berencana menemui Komisi Kepolisian Nasional pada Senin (18/11/2019). Mereka hendak meminta bantuan agar polisi transparan menangani kasus ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keluarga pengguna skuter listrik Grabwheels korban kecelakaan lalu lintas meminta polisi transparan dalam mengusut kasus itu. Sampai saat ini, keterangan polisi perihal kronologi kecelakaan yang mengakibatkan dua korban meninggal berbeda dengan keterangan korban lain.
Sekelompok remaja pengendara skuter listrik Grabwheels ditabrak DH, yang mengemudikan Toyota Camry dalam pengaruh alkohol, di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (10/11/2019), pukul 03.45. Peristiwa ini mengakibatkan Wisnu (18) dan Ammar (18) meninggal, Bagus (18) luka-luka, serta tiga korban lain mengalami trauma.
”Buka rekaman kamera pengawas di lokasi kejadian. Dari situ bisa mengungkap kejadian yang sebenarnya,” ujar Alan Darmasaputra (27), saudara Ammar, dalam aksi tabur bunga di lokasi tabrakan di Gerbang 3 Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2019).
Setidaknya terdapat empat kamera pengawas di depan Gerbang 3. Kamera itu persis menyorot kondisi lalu lintas di lokasi kejadian.
Keluarga mengajukan hal tersebut karena polisi membantah DH berusaha melarikan diri seusai menabrak para korban. Menurut Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya Komisaris Fahri Siregar, DH bersama rekannya berinisial L sempat turun dari mobil untuk melihat kondisi korban. L bahkan sempat meminta bantuan petugas keamanan di sekitar lokasi kecelakaan dan memanggil ambulans untuk membawa korban ke rumah sakit.
Polisi juga tidak menahan tersangka dengan pertimbangan tidak akan melarikan diri dan menghilangkan barang bukti. DH dikenai wajib lapor selama proses hukum berjalan.
Para korban membantah pernyataan polisi karena tidak sesuai fakta yang terjadi. Menurut korban lain, Fajar (19) dan Wanda (18), mobil melaju kencang dari arah belakang mereka, lalu menabrak dan mengempaskan para korban.
Bagus ditabrak hingga naik ke atas kap mobil. DH pun menurunkan korban dengan cara mengerem, bukan turun dari mobil.
Kemudian, mereka diantar ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo menggunakan mobil warga yang melintas di lokasi kejadian. Mobil itu dihentikan korban yang selamat. Bahkan, mereka sempat kebingungan menolong korban luka karena tidak tahu nomor darurat layanan ambulans.
”Kami minta polisi periksa kamera pengawas di lokasi, tetapi polisi bilang kamera pengawas dalam keadaan mati saat tabrakan,” kata Fajar.
Permintaan itu disampaikan saat pemeriksaan para korban, yaitu Fajar, Wulan, dan Wanda (18), Kamis (14/11/2019), di Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa tujuh saksi terkait kecelakaan itu. Menurut Fahri, para saksi yang diperiksa adalah teman-teman korban yang berada di lokasi kejadian sebanyak tiga orang. Selain itu, polisi juga meminta keterangan dari petugas satpam yang saat kejadian berada di sekitar lokasi tabrakan.
”Nanti tergantung perkembangan penyidikan dan pemeriksaan saksi. Kami terus memanggil saksi. Awalnya, kami tahu korban tiga orang, dua meninggal, satu luka. Kami kembangkan ternyata ada enam orang,” ujarnya.
Kasus tabrakan membutuhkan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut. Polisi menilai perlu menggali informasi lebih dalam terkait kronologi sebelum dan sesudah kecelakaan.
Menuntut keadilan
Sepekan pascatabrakan, keluarga dan rekan-rekan korban melakukan tabur bunga di lokasi tabrakan. Puluhan orang dengan mengenakan kaus hitam terlibat dalam aksi itu.
Mereka membawa poster, spanduk, dan mawar. Aksi dimulai dengan berjalan kaki dari Istora Mandiri sampai ke Gerbang 3 Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.
Poster-poster itu berisi foto Wisnu dan Ammar serta tulisan seperti ”Justice for Wisnu”, ”Justice for Ammar”, dan ”Tegakkan Keadilan yang Seadil-adilnya”. Sementara spanduk lain berisi tanda tangan dan dukungan untuk penuntasan kasus ini. Mereka mengakhiri aksi dengan berdoa dan tabur bunga bersama di trotoar Gerbang 3.
Keluarga berencana untuk menemui Komisi Kepolisian Nasional pada Senin (18/11/2019). Mereka hendak meminta bantuan agar polisi transparan menangani kasus ini.