Amerika Serikat dan Korea Selatan mengumumkan penundaan latihan militer bersama sebagai pesan pada Korea Utara bahwa mereka ingin menciptakan situasi kondusif untuk perundingan denuklirisasi.
Oleh
·3 menit baca
BANGKOK, MINGGU -- Amerika Serikat dan Korea Selatan, Minggu (17/11/2019), menyatakan bahwa mereka akan menunda latihan militer bersama guna menghidupkan upaya perdamaian yang terhenti dengan Korea Utara. Washington menepis anggapan bahwa langkah tersebut merupakan pemberian konsesi terhadap Korut.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, militer AS dan Korsel akan tetap siaga tinggi. ”Saya tidak melihat ini sebagai konsesi. Saya melihat ini sebagai upaya itikad baik untuk memungkinkan perdamaian,” kata Esper dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo di sela-sela pertemuan para menhan ASEAN di Bangkok, Thailand.
”Saya pikir, menciptakan lebih banyak ruang bagi diplomat kami untuk mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi di Semenanjung Korea adalah sangat penting,” kata Esper.
Latihan militer bersama antara AS dan Korsel, menurut rencana semula, akan menyimulasikan skenario pertempuran udara serta melibatkan sejumlah pesawat tempur AS dan Korsel. Semula, latihan militer bersama itu akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.
Awal November ini, seorang diplomat senior Korut mempersoalkan latihan militer tersebut. Selama ini, Korut terus menentang latihan militer gabungan AS-Korsel. Pyongyang memandang hal itu sebagai latihan untuk invasi Korut.
Namun, masih belum jelas apakah keputusan Washington dan Seoul itu akan berujung pada dimulainya kembali perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut. Esper berharap Korut menanggapi isyarat itu. ”Kami juga mendesak DPRK untuk kembali ke meja perundingan tanpa prasyarat atau keraguan,” ujar Esper, merujuk singkatan resmi negara Korut.
Kementerian Luar Negeri Korut dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA menjelaskan, pihaknya mencoba menginterpretasikan keputusan AS secara positif. Namun, lanjut Pyongyang, resolusi terbaru PBB tentang HAM di Korut baru-baru ini memperlihatkan, Washington tak tulus dalam perundingan ke depan.
Korut melukiskan kritik PBB itu sebagai produk ”kebijakan permusuhan” AS yang ditujukan untuk menggulingkan rezim di negaranya. ”Sekalipun dialog dibuka lagi, isu nuklir tak akan pernah dibahas sebelum penarikan kebijakan permusuhan AS dimasukkan dalam agenda untuk memperbaiki hubungan dengan kami,” demikian pernyataan Kemlu Korut.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un sudah dua kali berunding soal denuklirisasi Korut. Namun, kedua perundingan tidak membuahkan hasil apa pun.
Sementara pada pertemuan segitiga antara Esper, Jeong, dan Menhan Jepang Taro Kono, Kono memperingatkan untuk tidak terlalu optimistis dan meminta ketiga negara memastikan kesiapan militer. ”Tidak ada yang bisa optimistis terkait Korut. Mereka telah berulang kali meluncurkan lebih dari 20 rudal pada tahun ini, termasuk jenis baru rudal balistik, serta rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam,” kata Kono.
Adapun Jeong menolak menyebutkan secara jelas saat ditanya kapan AS dan Korsel akan menggelar kembali latihan militer bersama. Dia hanya mengatakan hal itu akan diputuskan melalui koordinasi dengan AS. (AP/REUTERS/LOK)