Bunga tabebuya yang mekar di sejumlah ruas jalan di Surabaya, Jawa Timur, mendadak menjadi primadona baru warga sebagai lokasi berfoto.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bunga tabebuya yang mekar di sejumlah ruas jalan di Surabaya, Jawa Timur, mendadak menjadi primadona baru warga sebagai lokasi berfoto. Mereka mengabadikan momen langka dua kali setahun itu karena suasananya mirip dengan mekarnya bunga sakura di Jepang.
Sejak akhir Oktober, bunga tabebuya berwarna putih, pink, dan kuning yang ditanam Pemerintah Kota Surabaya di beberapa sisi ruas jalan mulai bermekaran. Lokasinya antara lain berada di sekitar Kebun Binatang Surabaya, Jalan Raya Gubeng, Jalan Gubernur Suryo, dan Jalan Raya Kedung Baruk.
”Surabaya mendadak mirip seperti di Jepang karena bunga sakura, eh tabebuya bermekaran,” kata Galileo, salah seorang warga yang berfoto di bawah bunga tabebuya yang berada di Jalan Raya Gubeng, Senin (18/11/2019).
Dia bersama beberapa temannya mengabadikan momen mekarnya bunga tabebuya untuk diunggah ke media sosial. Menurut dia, momen itu sangat menarik dan langka sehingga harus disimpan serta dibagikan kepada teman-temannya di media sosial.
Surabaya mendadak mirip seperti di Jepang karena bunga sakura, eh tabebuya bermekaran.
Bagi Klara Avina, mekarnya bunga tabebuya sejak akhir Oktober setiap tahun membuat hati lebih tenang meski suhu udara pada periode itu cenderung panas. ”Begitu bunga muncul masih jarang saja pas di awal-awal, rasanya sudah senang sekali, seolah-olah menginformasikan musim segera berganti, seperti di luar negeri,” katanya.
Begitu tabebuya bermekaran di mana-mana di Surabaya, ia pun tak lupa berswafoto di beberapa titik. ”Begitu lihat foto di media sosial, pasti pada bertanya, sedang di Jepang, ya? Pertanyaan itu selalu dibalas dengan kalimat, ”tidak perlu jauh bertemu tabebuya atau sakura sampai ke Jepang, cukup datang ke Surabaya, sepanjang jalan pasti disambut dengan warna-warni bunga,” ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, bunga tabebuya ditanam sejak 2010 ketika dirinya masih menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau. Pohon setinggi sekitar 5 meter dan diameter kurang dari 15 sentimeter ini ditanam sebagai penghias tanaman peneduh, seperti pohon angsana, trembesi, ek gabus, dan pule.
”Jadi, pohon tabebuya ini fungsi utamanya bukan peneduh karena masih kalah rindang dengan pohon peneduh, seperti angsana. Kalau tidak ada pohon peneduh di dekat pohon tabebuya, warga yang berfoto akan kepanasan terik matahari,” ujarnya.
Pohon tabebuya pada mulanya berasal dari Brasil. Namun, pohon yang ada di Surabaya dibeli dari Malang dan Kediri. Beberapa tahun terakhir, pohon tabebuya juga dibudidayakan di Kebun Bibit Wonorejo. Tahun 2020, menurut rencana, ada penambahan 500 pohon tabebuya yang akan ditanam di kawasan Surabaya Barat.
Bunga tabebuya hanya mekar pada Juli dan November. Segera ke Surabaya, jangan sampai ketinggalan suasana seperti di Jepang.
Risma mengatakan, ada ratusan ribu pohon yang meneduhkan Surabaya dari panas yang mencapai 36 derajat celsius. Sekitar 7.000 di antaranya merupakan tanaman penghias yang ditanam berselang-seling dengan tanaman peneduh. Tanaman penghias itu antara lain pohon tabebuya, sepatu dea, jacaranda, dan corktree.
”Bunga tabebuya hanya mekar pada Juli dan November. Segera ke Surabaya, jangan sampai ketinggalan suasana seperti di Jepang,” ucap Risma.
Untuk terus menurunkan suhu udara sekaligus mempercantik kota, Pemkot Surabaya belum berhenti mencari tanaman untuk mengisi sebanyak 400 taman yang tersebar di seluruh wilayah kota seluas 350 kilometer persegi ini. Kebutuhan tanaman meningkat karena masih banyak ruang terbuka hijau yang akan dijadikan taman dengan masing-masing tema.