Diduga terkait isu dukun santet, pria asal Desa Kalidilem, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dibunuh oleh orang tak dikenal. Hingga kini, polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Diduga terkait isu dukun santet, pria asal Desa Kalidilem, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dibunuh oleh orang tak dikenal. Hingga kini, polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
Jumat (16/11/2019) sekitar pukul 22.45, Mursam (64), pria asal Dusun Curahlapak, Desa Kalidilem, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, ditemukan tewas dengan luka bacokan di leher dan punggung. Tidak diketahui siapa pelaku pembacokan itu.
Senin (18/11/2019), Kepolisian Resor Lumajang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta meminta keterangan sejumlah pihak terkait kasus tersebut.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lumajang Ajun Komisaris Hasran Cobra mengatakan, korban ditemukan dengan beberapa luka di tubuh. ”Dari olah TKP yang kami lakukan, ditemukan adanya dua luka yang ada di tubuh korban. Keduanya adalah luka potong pada leher sebelah kiri serta luka potong pada pundak sebelah kiri,” ungkap pria yang juga Kepala Tim Cobra Polres Lumajang tersebut. Tim Cobra adalah tim buru sergap Polres Lumajang untuk kejahatan jalanan.
Dari olah TKP yang kami lakukan, ditemukan adanya dua luka yang ada di tubuh korban.
Dugaan isu santet menjadi penyebab pembunuhan mengemuka dari keterangan masyarakat. Kepala Desa Kalidilem Abdullah mengatakan bahwa Mursam sudah lama diduga warga sebagai penganut ilmu hitam. ”Pak Mursam pada 2006 pernah disumpah pocong karena diduga sebagai dukun santet oleh warga. Isu ini sudah tenggelam, namun muncul kembali pada 2014 dan dilakukan kembali pengambilan sumpah pocong. Ketika akan dilangsungkan sumpah tersebut, warga mulai ragu dan tidak jadi melaksanakan pengambilan sumpah tersebut,” ujar Abdullah.
Kecurigaan warga tersebut, menurut dia, bermula empat tahun lalu. Saat itu, Mursam tinggal di rumah Ismail. Namun, tak berselang lama, Ismail meninggal sehingga keluarga pun mengusir Mursam dari rumah duka.
Sempat tidur di gubuk penarikan amal, Mursam pun akhirnya menumpang tinggal di rumah Husen di Desa Kalidilem selama lebih kurang enam bulan. Namun, Husen pun meninggal. Setelah 40 hari kematian Husen, Mursam meninggalkan Desa Kalidilem.
Setelah diusir oleh warga Desa Kalidilem (empat tahun lalu), Mursam beberapa waktu lalu kembali ke desa tersebut sebab ada kerabatnya yang meninggal. Setelah mengikuti tahlilan di malam hari, korban begadang dengan beberapa warga. Saat begadang tersebut, Mursam pamit ke kamar mandi. Sejak itu, Mursam tidak kembali lagi dan ditemukan meninggal dengan luka bacok.
Mengenai keterkaitan dengan dukun santet, Kepala Kepolisian Resor Lumajang Ajun Komisaris Besar Muhammad Arsal Sahban mengatakan, seharusnya warga tidak boleh menghakimi orang lain sebagai dukun santet, apalagi tidak ada fakta yang konkret.
Arsal mengatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum sehingga apa pun persoalan tidak boleh diselesaikan dengan main hakim sendiri, tetapi harus dengan jalur hukum.
”Saat ini, peradaban sudah sangat maju serta modern, sudah sepatutnya pola pikir masyarakat ikut berkembang dan jangan mudah termakan isu. Ini menjadi tanggung jawab kami untuk mengungkapnya. Pelaku pembunuhan akan kami cari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” kata Arsal.