Dinas Kesehatan Sidoarjo Periksa Telur, Tahu, dan Susu di Tropodo
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo melakukan pemeriksaan terhadap produk makanan dari Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo melakukan pemeriksaan terhadap produk makanan dari Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hal itu dilakukan karena ada dugaan sejumlah produk makanan terkontaminasi zat berbahaya yang bersumber dari pembakaran sampah plastik pada industri tahu.
Ada tiga jenis produk makanan yang diperiksa, yakni telur ayam kampung, tahu, dan susu segar yang dihasilkan oleh peternak sapi perah. Sampel dari tiga jenis produk itu telah diambil dan dikirim ke laboratorium kesehatan milik Provinsi Jawa Timur di Surabaya.
”Pengambilan sampel dilakukan pada Minggu (17/11/2019). Harapannya, segera diperoleh hasil pemeriksaan untuk mengetahui apakah produk makanan tersebut mengandung zat kimia berbahaya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman, Senin (18/11/2019).
Sebelumnya, Dinkes Sidoarjo pernah memeriksakan produk tahu yang diproduksi di Desa Tropodo. Hasilnya, produk tahu itu aman untuk dikonsumsi dan tidak mengandung zat kimia berbahaya yang mengancam kesehatan tubuh.
Pengambilan sampel dilakukan pada Minggu (17/11/2019). Harapannya, segera diperoleh hasil pemeriksaan untuk mengetahui apakah produk makanan tersebut mengandung zat kimia berbahaya.
Syaf Satriawarman mengatakan, pemeriksaan produk makanan kali ini dilakukan untuk merespons temuan kandungan dioksin, zat yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, pada telur ayam kampung di Desa Tropodo, Sidoarjo, dan Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto. Temuan itu dilaporkan oleh peneliti dari jaringan global bagi advokasi kebijakan dan kesehatan lingkungan IPEN, Arnika Association, Nexus 3, dan Ecoton.
Berdasarkan hasil penelitian itu, telur ayam kampung yang diambil dari Desa Tropodo dan Desa Bangun memiliki kadar dioksin terbesar kedua di dunia atau 70 kali lebih tinggi dari kandungan dioksin yang bisa ditolerasi oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (European Food Safety Authority/EFSA).
Desa Tropodo merupakan sentra industri tahu. Ada sekitar 50 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi tahu. Dalam proses produksinya, mereka menggunakan sampah plastik impor residu dari industri kertas di Jatim sebagai bahan bakar. Hal ini telah berlangsung sepuluh tahun. Sampah plastik tercampur dalam kertas daur ulang impor untuk bahan baku industri kertas.
Pantauan di Desa Tropodo, pelaku industri tahu masih menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar dalam proses produksinya. Sampah dipasok dari pengepul di Desa Bangun, Mojokerto, dengan harga Rp 250.000 hingga Rp 500.000 per truk. Harga sampah ini jauh lebih murah dibandingkan harga kayu yang mencapai Rp 750.000 hingga Rp 1 juta per truk.
Sampah plastik dibakar di dalam tungku untuk memanaskan ketel uap (boiler). Selanjutnya, uap panas disalurkan ke kompor untuk memasak kedelai menjadi tahu. Selain itu, uap panas disalurkan ke kompor untuk menggoreng tahu atau memproduksi tahu pong (tahu yang dalamnya kosong).
Pembakaran sampah plastik itu menghasilkan asap hitam pekat yang mengandung sejumlah zat berbahaya bagi kesehatan, seperti dioksin dan furan. Asap yang terhirup masuk ke saluran pernapasan atas menyebabkan sesak napas. Dinkes Sidoarjo melaporkan jumlah penderita ISPA yang tinggi di Desa Tropodo. Jumlahnya jauh melebihi temuan di desa-desa lain di Sidoarjo.
Prigi Arisandi dari Ecoton mengatakan, jumlah telur ayam yang dijadikan sampel sebanyak enam butir dengan rincian tiga butir diambil di Desa Tropodo dan tiga butir lainnya diambil di Desa Bangun. Sampel diambil pada pertengahan Mei lalu di Dusun Klagen, Desa Tropodo, dan Dusun Kali Tengah, Desa Bangun.
Dilepasliarkan
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo Handajani mengatakan, telur yang diteliti oleh aliansi organisasi lingkungan hidup itu berasal dari ayam kampung yang dilepasliarkan di Desa Tropodo. Telur itu tidak berasal dari ayam petelur (broiler) yang dibudidayakan di peternakan dengan cara dikandangkan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, telur produksi peternak ayam petelur di sentra-sentra di Jatim dan beredar di masyarakat merupakan telur yang aman dikonsumsi serta tidak mengandung zat berbahaya. Para peternak telah menerapkan praktik peternakan yang baik (good farming practices).
Jatim merupakan produsen telur ayam broiler terbesar nasional dengan surplus produksi mencapai 8,2 miliar telur per tahun. Sebanyak 96,3 persen telur di Jatim dihasilkan dari peternakan ayam petelur dengan tata laksana peternakan yang baik. Hanya ada 3,7 persen telur dari ayam kampung yang belum dikandangkan secara permanen seperti di Desa Tropodo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan, sampah plastik dari sejumlah negara di dunia masuk ke Indonesia, terutama Jatim, melalui impor kertas daur ulang untuk bahan baku industri kertas. Residu dari industri itu kemudian dijual ke industri tahu dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar produksi.
”Selama keran impor sampah plastik masih dibuka, selama itu pula pasokan sampah plastik ke industri tahu terus mengalir. Kewenangan dan pengawasan sampah plastik impor ini di Kementerian LHK,” kata Sigit.
Pemkab Sidoarjo sudah mengumpulkan pengusaha tahu dan mengimbau mereka beralih menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Namun, hingga saat ini belum ditemukan bahan bakar ramah lingkungan yang ekonomis seperti sampah plastik.