Lolos ke putaran final Piala Eropa 2020 belum menjamin keberhasilan pelatih dalam membangun sebuah tim. Belanda merasakan hal itu dan masih punya pekerjaan rumah untuk diselesaikan.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
BELFAST, MINGGU — Belanda akhirnya kembali tampil di kompetisi mayor setelah bermain imbang 0-0 melawan Irlandia Utara pada laga Kualifikasi Piala Eropa 2020 di Stadion Windsor Park, Belfast, Minggu (17/11/2019) dini hari WIB. Namun, Pelatih Belanda Ronald Koeman masih harus mengatasi masalah yang terjadi di lini depan tim ”Oranye” jika ingin menjadi mimpi buruk bagi tim lain di putaran final Piala Eropa mendatang.
Satu poin dari laga di Belfast itu sudah cukup bagi Belanda untuk mendapatkan tiket ke putaran final yang akan berlangsung Juni 2020. Satu tiket lainnya di Grup C diraih Jeman yang mengalahkan Belarusia, 4-0, pada laga Minggu kemarin. Dengan satu laga tersisa, Jerman kini memimpin Grup C dengan 18 poin dan Belanda di peringkat kedua dengan 16 poin.
Seusai laga, tim Oranye bergembira karena bisa mengakhiri keterpurukan selama enam tahun terakhir. Sejak menjadi tim peringkat keempat di Piala Dunia Brasil 2014, Belanda kemudian gagal tampil di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018. ”Momen ini sangat berarti bagi kami para pemain dan warga Belanda. Sekarang kami harus memastikan bahwa kami benar-benar siap menjalani turnamen ini,” kata bek sekaligus kapten Belanda, Virgil van Dijk.
Jika melihat hasil laga kemarin, ucapan Van Dijk ada benarnya. Mereka belum siap sepenuhnya untuk tampil konsisten, terutama dalam hal menyerang. Pada awal November lalu di Rotterdam, Belanda bisa melibas Irlandia Utara, 3-1. Namun, mereka sangat kesulitan melakukan hal yang sama di Belfast.
Bahkan, Belanda nyaris kalah jika kapten Irlandia Utara, Steven Davis, tidak menendang bola ke atas mistar gawang saat mendapat penalti pada babak pertama. Pelatih Irlandia Utara Michael O’Neill menilai bahwa Davis menjadi kehilangan konsentrasi karena pemain Belanda terlalu lama memprotes keputusan wasit. ”Tidak diragukan lagi protes mereka mempengaruhi Davis. Dia tidak pernah gagal dalam menendang penalti, setidaknya selama saya melatih tim ini,” kata O’Neill dikutip BBC.
Jika Davis sukses mencetak gol malam itu, Belanda dalam kesulitan besar karena serangan mereka sangat tidak efektif. Berdasarkan statistik laga, Belanda menguasai bola hingga 71 persen dan melakukan total tembakan sebanyak 13 kali. Tiga tembakan di antaranya tepat ke arah gawang lawan, tetapi tidak ada satu pun yang menjadi gol.
Masih diragukan
Tidak mengherankan jika beberapa surat kabar kemudian meragukan peluang Belanda di putaran final Piala Eropa nanti. Surat kabar Jerman, Bild, misalnya, terang-terangan mengatakan, ”Penampilan Belanda tidak cukup sebagai modal untuk bertarung di putaran final meskipun mereka mendapatkan poin yang cukup untuk melaju ke sana.” Mantan bek Liverpool, Steve Nicol, kepada ESPN juga mengatakan bahwa Belanda masih kehilangan sesuatu di lini depannya.
Tim Oranye di bawah kendali Koeman sudah memiliki lini belakang dan lini tengah yang solid. Di belakang mereka memiliki duet Van Dijk dan Matthijs de Ligt, sedangkan di lini tengah mereka punya Frenkie de Jong dan Donny van de Beek. Namun, mereka hanya punya satu Memphis Depay, penyerang yang harus absen karena mengalami cedera.
Belanda sangat terlihat merindukan Depay yang selama ini berperan sebagai false nine atau penyerang bayangan yang menjadi andalan Koeman. Pemain klub Lyon ini mampu menjadi sosok yang membangun kohesi antarlini. Bahkan, laman Squawka sampai menyebut bahwa tim Belanda sesungguhnya dibangun Koeman untuk Depay.
”Serangan kami seharusnya bisa lebih baik lagi. Saya pikir kami sudah bisa mengancam dengan adanya Ryan Babel,” kata Koeman dikutip Algemeen Dagbald. Malam itu Koeman juga menyadari kekeliruan dalam memilih pemain utama. Pada menit ke-36, ia mengganti Marteen de Roon dengan Davy Propper dan penampilan tim sedikit membaik.
Masih adanya masalah di tim ini juga dirasakan De Jong. ”Jujur saya masih kecewa kami tidak memenangi laga ini. Kami tidak menghadapi banyak kendala di lapangan dan bahkan memiliki banyak peluang gol,” kata De Jong dikutip UEFA.
Tiket yang diraih Belanda di Belfast merupakan pijakan awal bagi Koeman untuk kembali mematangkan tim sebelum menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih tangguh dibandingkan Irlandia Utara. Italia, yang senasib dengan Belanda karena tidak ikut Piala Dunia 2018, misalnya, kini sudah memperlihatkan taringnya dengan memenangi sembilan laga di Grup J.
Jerman pun merasa masih harus banyak berbenah meski berpeluang besar menjuarai Grup C. Pelatih Jerman Joachim Loew merasa para pemainnya masih terlalu sering membuang peluang gol. Gelandang Jerman, Toni Kroos, juga belum merasa percaya diri. ”Saat ini saya tidak merasa Jerman sebagai salah satu favorit juara Piala Eropa,” ujarnya. (AFP)