Maraknya penjualan produk reksa dana via aplikasi dan platform e-dagang dinilai turut melipatgandakan jumlah investor dan dana kelolaan. Tiga tahun terakhir, investor reksa dana bertambah tiga kali lipat jadi 1,5 juta.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maraknya penjualan produk reksa dana melalui aplikasi dan platform e-dagang dinilai turut melipatgandakan jumlah investor dan dana kelolaan. Tiga tahun terakhir, investor reksa dana bertambah tiga kali lipat menjadi 1,5 juta investor.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga 14 November 2019, total dana kelolaan reksa dana mencapai Rp 550 triliun dengan lebih dari 1,5 juta investor. Penjualan produk melalui aplikasi dan platform e-dagang memudahkan calon investor.
Menurut Direktur Pengelolaan Investasi OJK Sujanto, peningkatan jumlah investor dan dana kelolaan reksa dana salah satunya dipengaruhi oleh penjualan daring. Dengan model penjualan seperti ini, warga di daerah pelosok bisa membeli reksa dana.
Namun, rasio investor reksa dana terhadap total populasi penduduk di Indonesia baru 0,8 persen. Padahal, di negara ASEAN lain, rasionya telah mencapai 20 persen. Teknologi komunikasi dan informasi diharapkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi produk investasi kepada masyarakat.
”Masyarakat sebaiknya diedukasi terlebih dulu produk reksa dana dengan tingkat risiko lebih rendah, tetapi tingkat pengembalian investasinya kompetitif, seperti reksa dana pasar uang. Setelah teredukasi, mereka bisa menjadi investor untuk jangka waktu lebih panjang, lalu baru ditawarkan produk reksa dana lain,” ujarnya saat peresmian kampanye #InvestasiAjaDulu di Jakarta, Senin (18/11/2019).
Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari Muljanto menyatakan, 2-3 tahun lalu, jumlah investor reksa dana stagnan di kisaran 500.000 investor. Saat ada kemudahan membeli lewat aplikasi, investor bertambah.
Kampanye #InvestasiAjaDulu merupakan kegiatan literasi produk reksa dana yang dijalankan APRDI bersama Tokopedia. Kampanye ini bagian dari Gerakan Money Market Fund yang didukung OJK dan Bursa Efek Indonesia.
Prihatmo memperkirakan ada tambahan 10.000–20.000 investor baru sampai akhir tahun. ”Komposisi dana kelolaan reksa dana saat ini masih dominan dari investor institusi. Padahal, industri reksa dana yang sehat salah satunya ditandai dengan investor ritel yang lebih banyak,” ujarnya.
Pengawasan
Pekan lalu, OJK menghentikan sementara penjualan dua produk reksa dana milik PT Narada Aset Manajemen (Narada) oleh agen penjual karena adanya gagal bayar saham senilai Rp 177,78 miliar. Gagal bayar Narada atas pembelian sejumlah transaksi efek saham diketahui dari pengawasan tanggal 7 November 2019.
Terkait kasus itu, Prihatmo menyambut baik upaya OJK. Langkah OJK dinilai sebagai bagian dari upaya mendisplinkan pelaku industri reksa dana. Industri harus tumbuh sehat sehingga cara menjual hingga mengelola portofolio yang benar harus selalu dikedepankan.
Warga yang tertarik berinvestasi reksa dana disarankan selalu mengecek keabsahan produk terlebih dulu di OJK. Saat ini tercatat sekitar 2.165 produk reksa dana. Lalu, calon pembeli perlu meneliti kinerja dan reputasi manajer investasi yang dituju. Hal lain yang tidak kalah penting adalah memperhatikan penawaran tingkat pengembalian investasi.
”Di setiap sektor industri layanan keuangan, regulator memang harus selalu meningkatkan pengawasan. Selain menjaga agar industri tetap tumbuh berkelanjutan, pengawasan juga bertujuan melindungi konsumen,” ujarnya.
Associate Vice President of Fintech Tokopedia Samuel Sentana menambahkan, pihaknya menawarkan sejumlah kemudahan berinvestasi melalui aplikasi, mulai dari pembelian lewat daring sampai kecepatan bertransaksi. Selain itu, warga juga bisa membeli reksa dana di Tokopedia mulai dari nilai Rp 10.000.
Transaksi dan jumlah pengguna Tokopedia Reksa Dana masing-masing meningkat hingga 1,5 kali lipat pada September 2019 jika dibandingkan Maret 2019. Pengguna terbesar adalah mahasiswa.
Tokopedia juga menawarkan investasi emas dengan nominal pembelian mulai dari Rp 500. Tiga bulan terakhir, pengguna Tokopedia Emas meningkat tajam. Mayoritas ibu rumah tangga. ”Penambahan pengguna baru reksa dana masih kalah ketimbang (investor) emas tiga bulan terakhir,” ujar Semuel.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Hasan Fawsi, menekankan pentingnya inklusi keuangan, khususnya terkait produk pasar modal. Penyedia layanan reksa dana daring lain diharapkan menggelar kegiatan literasi. Dengan demikian, setiap tahun tercipta rekor baru penambahan investor baru.