Mereka Menyabung Nyawa untuk Lolos dari Kepungan Api
Bangunan sekolah dinilai tak laik fungsi lantaran tak ada jalur evakuasi. Idealnya bangunan bertingkat dilengkapi jalur evakuasi yang mudah dijangkau saat terjadi musibah kebakaran atau bencana alam, misalnya gempa bumi.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Yadika 06 Bekasi, Jawa Barat, menghadapi situasi pelik saat gedung sekolah mereka terbakar, Senin (18/11/2019). Saat api terus merambat dan membesar, sebagian siswa masih terjebak di lantai empat, lantai tertinggi Gedung A yang terbakar.
Untuk lolos dari situasi sulit itu, mereka hanya punya dua pilihan, yakni melompat ke bawah setinggi 20 meter atau menerobos asap pekat dan api yang berkobar. Jika terlambat memutuskan, siswa yang berusia belasan tahun itu bisa saja tewas terpanggang atau kehabisan oksigen akibat kepulan asap pekat yang memenuhi kelas.
Alif (16), siswa kelas X SMK Yadika 06, ketika ditemui di lokasi kebakaran di Jalan Wadas Ujung, Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/11/2019) malam, mengaku masih trauma. Dia dengan terbata-bata menuturkan peristiwa yang hampir berujung maut tersebut.
Menurut siswa jurusan multimedia itu, api berkobar sekitar pukul 15.00. Saat musibah terjadi, mereka sedang belajar di kelas di lantai empat.
Alif bersama siswa lain di lantai atas tak ada yang tahu sedang terjadi kebakaran. Api bermula dari lantai dasar, lalu merambat hingga lantai tiga. Hiruk pikuk kepanikan orang-orang dan teriakan siswa lain di lantai bawah juga tak terdengar ke lantai empat.
”Saat ada bau hangus seperti bau kabel terbakar, baru kami sadar (kebakaran). Ketika kami keluar (kelas) untuk cek, ternyata sebagian lorong lantai empat sudah penuh asap hitam,” kata Alif.
Situasi itu membuat para siswa panik, ketakutan, hingga menangis histeris. Mereka kesulitan menyelamatkan diri karena tangga akses ke lantai empat sudah penuh kepulan asap. Gedung sekolah itu memang hanya memiliki satu tangga akses untuk naik dan turun.
Nekat menerobos
Di tengah kepanikan, Alif mengomandoi teman-temannya untuk menerobos asap hitam menuruni tangga guna menyelamatkan diri. Beruntung, Alif masih mengingat dengan baik anak tangga turun meski dengan meraba-raba dinding.
”Saya ajak teman-teman yang sudah menangis, ayo kita turun, kalau bertahan di sini, kita bisa mati. Saat turun kami tidak lihat apa-apa, bernapas juga tidak bisa. Saat berhasil keluar, itu, teman-teman banyak yang pingsan,” ujarnya.
Kisah lain diceritakan Ilham (16), siswa kelas X SMK Yadika 06. Dia mengatakan, saat asap mulai memenuhi seluruh ruangan lantai empat, dia bersama beberapa temannya mencari cara dengan mengikat kain gorden di jendela. Kain itu lalu digunakan untuk menjangkau asbes lantai satu yang lebih rendah.
”Kalau yang sudah sampai asbes lantai satu sudah pasti selamat. Di bawah guru-guru siapkan matras sebagai alas (tumpuan) untuk lompat,” kata pelajar jurusan teknik komputer jaringan itu.
Ilham juga melihat sendiri beberapa temannya yang panik nekat melompat dari lantai empat, termasuk dua sahabatnya yang saat ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Dua sahabatnya itu bernama Albio (16) dan Stiven (16).
Kedua siswa terluka parah lantaran menderita patah tulang di tangan, kaki, dan leher. Seorang di antaranya juga menderita luka bakar lantaran ketika melompat mendarat di tempat yang terdapat bara api.
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi menyebutkan, akibat musibah itu, 14 pelajar menderita luka-luka. Rinciannya, 2 siswa menderita patah tulang dan 12 orang lainnya menderita luka bakar hingga sesak napas.
Tanpa jalur evakuasi
Dari informasi yang dihimpun, bangunan SMK Yadika 06 yang terbakar adalah Gedung A. Di gedung itu terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang belajar-mengajar siswa kelas X, ruang laboratorium, dan perpustakaan.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi Aceng Solahudin mengatakan, sebagian besar bangunan Gedung A itu ludes terbakar atau kebakaran terjadi di lantai satu, dua, dan tiga. Dugaan sementara, titik api pertama muncul dari lantai dasar dan diduga akibat hubungan pendek arus listrik.
Aceng mengatakan, kebakaran dengan korban luka hingga 14 orang seharusnya bisa diminimalkan jika kompleks sekolah dilengkapi dengan sarana proteksi kebakaran. Namun, dari hasil pemeriksaan, petugas Damkar Kota Bekasi tidak menemukan satu pun alat pemadam api untuk mencegah kebakaran.
Bangunan sekolah dinilai tak laik fungsi lantaran tak ada jalur evakuasi. Idealnya, bangunan bertingkat dilengkapi jalur evakuasi yang mudah dijangkau saat terjadi musibah kebakaran atau bencana alam, misalnya gempa bumi.
Keadaan ini diperparah dengan lambatnya pemadam kebakaran tiba di lokasi karena waktu untuk menjangkau lokasi kebakaran paling cepat sekitar 30 menit. Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, memang belum memiliki pos sektor pemadam kebakaran.
”Saat kebakaran, teman-teman pemadam kebakaran dari Jakarta, Pos Sektor Duren Sawit, justru lebih duluan sampai dengan waktu tiba 10 menit. Waktu terbaik merespons kebakaran itu tidak boleh sampai setengah jam,” kata Aceng.
Jika pemadaman terlambat, suhu ruangan akan terus memanas atau mencapai 200-300 derajat celsius dan menyebabkan potensi perambatan semakin besar. Akibatnya, upaya meminimalkan kebakaran tak akan signifikan.
Data Dinas Damkar Kota Bekasi menyebutkan, selama 2019, sedikitnya sudah terjadi tujuh kebakaran di Kecamatan Pondok Gede. Kerugian dan korban akibat kebakaran di wilayah itu jumlahnya lebih besar daripada kecamatan lain karena lambatnya unit pemadam kebakaran tiba di lokasi.
Diselidiki
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota, Selasa (19/11/2019), mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan di lokasi kebakaran. Pemeriksaan itu bertujuan mencari tahu penyebab kebakaran yang menghanguskan tiga dari empat lantai di gedung tersebut. Polisi juga akan memeriksa saksi-saksi di sekitar lokasi kebakaran untuk mencari tahu kemungkinan ada unsur kelalaian.
Sementara itu, menurut Kepala SMK Yadika 06 Bekasi Rellus Manurung, aktivitas belajar di sekolah tersebut dihentikan sementara hingga tiga hari ke depan. Pihak sekolah tengah menyiapkan tempat baru agar siswa segera kembali belajar.
”Artinya, KBM (kegiatan belajar-mengajar) akan tetap berjalan seperti biasa,” katanya.
Hasil pendataan SMK Yadika 06 Bekasi menyebutkan, ada 18 ruangan yang terbakar. Beberapa di antaranya, 10 ruang belajar, 1 ruang laboratorium, 1 ruang guru dan ruang kepala sekolah, serta ruang rapat.
”Ijazah dan laporan siswa-siswa kami yang masih ada di sini juga selamat. Paling dokumen-dokumen milik guru, tetapi itu masih ada soft copy-nya,” ujar Rellus.