Informasi yang disusun Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan, area bagian utara Jakarta masuk area yang rentan mengalami likuefaksi jika guncangan gempa berdampak sampai DKI.
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Informasi yang disusun Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan, area bagian utara Jakarta masuk area yang rentan mengalami likuefaksi jika guncangan gempa berdampak sampai DKI Jakarta. Namun, informasi ini masih perlu dirinci lagi agar langkah antisipasi—jika memang diperlukan—tepat sasaran.
”Jadi, kalau dikatakan kerentanannya ada, ya, ada, tetapi seperti apa potensi secara detailnya, belum bisa kami sampaikan,” ucap Kepala Sub-Bidang Evaluasi Geologi Teknik Badan Geologi Kementerian ESDM Ginda Hasibuan, Kamis (21/11/2019), di Jakarta, seusai berbicara pada diskusi ”Rekomendasi Geologi Lingkungan di Cekungan Bandung dan Jabotabekpunjur serta Mengenal Kerentanan Likuefaksi di Indonesia”. Acara diselenggarakan Bidang Geologi Lingkungan Badan Geologi Kementerian ESDM.
Badan Geologi telah meluncurkan Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia pada tahun ini, yang menginformasikan zona-zona kerentanan likuefaksi pada 34 provinsi. Likuefaksi adalah fenomena hilangnya kekuatan pada lapisan tanah akibat guncangan gempa dan bisa memberikan efek kerusakan di permukaan tanah.
Badan Geologi baru menggunakan data regional untuk penyusunan peta zonasi, antara lain bersumber dari Peta Sistem Lahan Indonesia yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial (BIG), Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (Pusat Studi Gempa Nasional), Peta Geologi Indonesia Kebijakan Satu Peta (KSP) Skala 1:100.000 (Badan Geologi), Peta Geologi Indonesia Skala 1:100.000 (Badan Geologi), Peta Topografi KSP Skala 1:25.000 (BIG), serta Seamless Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri Nasional (BIG).
Jadi, kalau dikatakan kerentanannya ada, ya, ada, tetapi seperti apa potensi likuefaksi secara detailnya, belum bisa kami sampaikan.
Berdasarkan atlas itu, Jakarta bagian utara digolongkan rentan mengalami likuefaksi pascagempa. Wilayahnya adalah sebagian besar Jakarta Utara, sebagian besar Jakarta Pusat, sebagian besar Jakarta Barat, sebagian kecil Jakarta Timur, serta sebagian kecil Jakarta Selatan.
Mayoritas masuk zona kerentanan likuefaksi sedang, yang berarti area di zona itu rentan mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak. Tipe kerusakan struktur tanah jika terjadi likuefaksi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah, serta semburan pasir.
Menurut Ginda, Jakarta punya kerentanan likuefaksi karena rawan terdampak gempa. Selain itu, terdapat struktur tanah berpasir yang nonkohesif dan muka air tanah di Jakarta relatif dekat dengan permukaan tanah. Semakin dekat, kerentanan likuefaksi semakin tinggi.
Ginda mengatakan, meski berada dalam zona kerentanan yang sama, tipe likuefaksi yang berpotensi terjadi di satu titik bisa berbeda dengan titik yang lain. Karena itu, studi lebih lanjut diperlukan guna mendetailkan potensi likuefaksi.
Ia mencontohkan, jika sudah ada studi lebih detail terhadap suatu titik yang punya risiko pergeseran lateral, kemungkinan arah bergesernya tanah permukaan bisa diketahui sehingga adaptasi bisa diprogramkan. Contohnya, dengan cara melindungi bagian bangunan yang menjadi arah pergerakan.
Terkait informasi dalam Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia, Kepala Seksi Geologi Dinas Perindustrian dan Provinsi DKI Jakarta Togas Braini menilai, potensi likuefaksi di DKI cenderung rendah. Kerawanan terdampak gempa serta kondisi jenuhnya air tanah memang dimiliki Jakarta, tetapi menurut dia jenis struktur tanah di Jakarta tidak cocok untuk terjadinya likuefaksi.
Berdasarkan pengeboran-pengeboran oleh Pemerintah Provinsi DKI, mayoritas tanah di Jakarta berjenis lempung masif yang tebal, sesuai karakteristik pengendapan delta, yaitu pengendapan aluvial. ”Jadi, kohesinya tinggi sehingga saat guncangan itu tidak mudah bergerak,” ujar Togas.
Namun, warga DKI tidak boleh mengendurkan kewaspadaan. Kerawanan gempa mengancam Jakarta, salah satunya karena jenis struktur tanahnya yang berupa endapan aluvial yang lunak sehingga bakal menguatkan amplifikasi gelombang gempa dan menambah daya rusak pada yang ada di permukaan tanah. Togas menganalogikannya dengan mangkuk berisi agar-agar, kemudian sebuah benda ditaruh di atas agar-agar. Saat mangkuk digerakkan, benda di atas agar-agar bakal bergoyang kuat.
Kerawanan gempa mengancam Jakarta, salah satunya karena jenis struktur tanahnya yang berupa endapan aluvial yang lunak sehingga bakal menguatkan amplifikasi gelombang gempa dan menambah daya rusak pada yang ada di permukaan tanah.
Mochamad Wachyudi Memed, Kepala Bidang Geologi Lingkungan Badan Geologi ESDM, mengatakan, sejumlah risiko terkait kebencanaan sudah terpetakan untuk wilayah Jakarta. Beragam pembangunan, meski bertujuan menciptakan kemajuan, berisiko menimbulkan bencana jika tidak mengindahkan kendala-kendala dari sisi geologi yang sudah terpetakan.
”Sama seperti mobil yang punya risiko mogok, macet, dan bertabrakan, membangun sebuah kota pun ada risiko jika tidak diantisipasi, seperti banjir, kekeringan, amblesan, gempa, dan longsor,” ucapnya.