Indonesia menargetkan tiga medali emas cabang balap sepeda di SEA Games 2019. Ketiga potensi emas itu ada pada nomor-nomor ekstrem dari disiplin BMX dan sepeda gunung.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·5 menit baca
Cabang balap sepeda di ajang SEA Games 2019 di Filipina bukanlah cabang yang diharapkan menjadi lumbung bagi Indonesia untuk mendulang emas sebanyak-banyaknya. Persaingan yang semakin ketat di Asia Tenggara membuat Indonesia bersikap realistis.
Pada SEA Games kali ini hanya tersedia 13 emas dari tiga disiplin yang dipertandingkan, yaitu disiplin BMX, jalan raya, dan sepeda gunung. Disiplin trek tidak dipertandingkan sehingga Indonesia juga tidak bisa mengharapkan peluang dari pebalap andalannya seperti Crismonita Dwi Putri. Meski demikian, disiplin trek ini masih didominasi Malaysia yang pada SEA Games 2017 meraup 11 emas dari disiplin ini.
Nomor BMX putri pun ditiadakan sehingga menghilangkan peluang Elga Kharisma Novanda yang sukses meraih emas pada 2017. Harapan Indonesia untuk menyabet emas di Filipina nanti praktis hanya bertumpu pada BMX dan sepeda gunung (nomor downhill dan lintas alam). Disiplin jalan raya hanya mendapat satu perunggu pada 2017 dan kali ini tidak dibebani target emas.
Dari BMX, emas diharapkan datang dari I Gusti Bagus Saputra yang tampil pada nomor race. Bagus sudah membuktikan kemampuannya dengan menyabet emas pada SEA Games 2017 dan perak pada Asian Games 2018. Di nomor race ini, Bagus akan tampil bersama Rio Akbar.
Target emas pada nomor downhill dibebankan kepada Tiara Andini Prastika. Awalnya, Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) hanya membidik dua emas sebagai target minimal. ”Kami menjadi lebih percaya diri mendapat tiga emas karena ada Zaenal Fanani,” kata Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari, akhir pekan lalu di Jakarta.
Zaenal, atlet yang turun pada nomor lintas alam, pada Oktober lalu menjuarai Cross Country Olympic C3 di Timor Leste. Ia mencatat waktu 20 menit 36 detik dan mengalahkan pebalap Filipina dan Thailand. Hasil inilah yang membuat PB ISSI merasa lebih yakin Zaenal mampu meraih emas pada SEA Games nanti.
Potensi
Okto, yang saat ini juga menjabat Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, mengatakan disiplin jalan raya sebenarnya juga berpotensi, tetapi pihaknya merasa perlu untuk bersikap realistis dengan membebankan target emas pada nomor yang lebih menjanjikan. Pebalap dari Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina menjadi pesaing berat pada disiplin ini.
”Walaupun tidak ada proyeksi emas dari kami, tetapi kami tetap akan berusaha maksimal karena kami sudah melakukan banyak persiapan,” kata pebalap dari disiplin jalan raya, Aiman Cahyadi, ketika dihubungi, Selasa (20/11/2019).
Aiman dan beberapa atlet sepeda jalan raya sejauh ini sudah cukup kenyang mengikuti sejumlah lomba yang dimanfaatkan untuk persiapan menuju ke SEA Games. Lomba tersebut antara lain Tour d’Indonesia 2019 pada Agustus dan Tour de Banyuwangi Ijen 2019 pada September.
Aiman yang tampil bersama PGN Road Cycling Team tampil sebagai runner up pebalap terbaik Asia pada Tour d’Indonesia 2019 dan menjuarai etape kedua Tour de Banyuwangi Ijen.
Sebagai pemantapan sebelum bertarung di SEA Games, para atlet sepeda jalan raya berlatih intensif di Yogyakarta. Dalam pemusatan latihan ini, mereka tidak hanya fokus melatih teknik bersepeda, juga bisa fokus memperhatikan faktor detail lainnya seperti menjaga pola makan dan nutrisi dari makanan yang mereka santap.
Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga PB ISSI Budi Saputra mengakui bahwa saat ini Indonesia baru bisa banyak berbicara pada disiplin yang ekstrem seperti BMX dan sepeda gunung. ”Persaingan di Asia Tenggara semakin merata. Kita juga masih kalah dalam hal teknologi,” katanya.
Menurut Budi, perkembangan teknologi yang diterapkan terutama pada disiplin jalan raya dan trek cukup pesat. Di sisi lain, anggaran untuk menyiapkan peralatan tempur para atlet juga terbatas. Anggaran yang didapat dari pemerintah lebih banyak digunakan untuk membiayai uji coba, sedangkan kebutuhan untuk membeli peralatan dibiayai para pengurus PB ISSI.
Para atlet BMX yang sudah menjadi unggulan pun harus bersabar menggunakan peralatan yang sudah tidak layak. Rio Akbar, misalnya, beberapa kali harus mengulang saat berlatih start di Sirkuit BMX Pulomas, Jakarta Timur, Sabtu (16/11/2019). Kaki kirinya selalu terlepas dari pedal dan ia kehilangan momentum.
”Pedalnya memang sudah harus ganti. Pengaruhnya besar sekali karena dalam balapan ini tidak boleh kehilangan satu detik pun,” katanya. Ia bercerita, pernah jatuh saat latihan di Belanda tahun lalu karena masalah pedal. Ia pun mengalami cedera ringan.
Di SEA Games, sepeda yang optimal sangat dibutuhkan karena Rio dan Bagus akan menghadapi lawan yang paling tangguh, yaitu Daniel Caluag dari Filipina. Caluag ketika masih menjadi warga Amerika Serikat pernah menyabet perak pada Kejuaraan Dunia BMX UCI 2007. Ia kemudian menjadi warga negara Filipina dan mempersembahkan emas pada Kejuaraan BMX Asia 2013 dan Asian Games 2014.
Di Asian Games 2018 di Jakarta, Caluag hanya mampu meraih perunggu. Namun, Caluag kini memiliki keuntungan karena sudah sangat memahami lintasan yang akan dipakai dalam SEA Games nanti. ”Setiap lintasan pasti berbeda dan kami harus bisa beradaptasi,” ujar Rio.
Pelatih Kepala Tim Nasional Balap Sepeda Dadang Haris Purnomo mengatakan, meski masih ada tantangan berat di BMX, tim masih sangat optimistis karena para atlet BMX sudah banyak teruji dalam berbagai kompetisi internasional. Salah satunya dalam kejuaraan elite Banyuwangi BMX International, Oktober lalu ketika, para atlet nasional berhadapan dengan pebalap elite dunia level olimpiade.
Hal terpenting, kejuaraan di Banyuwangi itu merupakan kesempatan untuk meraih poin UCI yang dibutuhkan untuk tampil ke Olimpiade. Di BMX, poin UCI Indonesia sudah naik dan berada di peringkat ke-18. ”Target utama tentu ke Olimpiade dan tahun depan masih banyak agenda untuk mencari poin,” kata Dadang.