Pemerintah berjanji memperhatikan pengembangan biomassa sebagai sumber energi pembangkit listrik. Biomassa adalah bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau limbah organik.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berjanji memperhatikan pengembangan biomassa sebagai sumber energi pembangkit listrik. Biomassa adalah bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau limbah organik. Pertumbuhan energi jenis ini terbilang sangat rendah di Indonesia.
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) FX Sutijastoto, sumber daya biomassa yang melimpah bisa menjadi sumber energi yang dikombinasikan dengan sumber energi lain, seperti tenaga hidro atau tenaga surya. Dalam rencana pemerintah, selain dari tenaga hidro, bayu, panas bumi, dan tenaga surya, biomassa juga akan dioptimalkan sebagai sumber energi pembangkit listrik.
”Rumput gajah, misalnya, bisa diekstrak untuk dijadikan bahan baku pembangkit listrik. Tenaga biomassa cocok dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga hidro atau tenaga surya. Hal ini akan menjadi salah satu prioritas pemerintah,” kata Sutijastoto dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2019), di Jakarta.
Selain rumput gajah, sampah kebun dan palet kayu juga bisa menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga biomassa. Bahan baku tersebut umumnya banyak diperoleh di perdesaan yang belum tersambung jaringan listrik. Hanya saja, belum ada pengukuran pasti berapa potensi biomassa di Indonesia.
Oleh pemerintah, biomassa dimasukkan dalam klasifikasi pembangkit listrik tenaga bioenergi. Selain biomassa, pembangkit listrik ini terdiri dari biogas, sampah, dan bahan bakar nabati. Tahun ini, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang listrik tenaga bioenergi 1.894 megawatt.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air Riza Husni, biomassa dari palet kayu bisa dicampurkan dengan batubara yang menjadi sumber energi pembangkit listrik tenaga uap. Biomassa cocok dikembangkan di wilayah terpencil yang belum teraliri listrik PLN. Ongkosnya jauh lebih hemat ketimbang listrik dari diesel yang berbahan bakar solar.
”Pemanfaatan biomassa bisa menjadi bagian rencana transisi energi dari fosil ke sumber energi terbarukan,” ujar Riza.
Pemerintah sedang mengejar target bauran energi nasional dari energi terbarukan. Dalam Kebijakan Energi Nasional, energi terbarukan harus menyumbang sedikitnya 23 persen di dalam bauran energi nasional di 2025. Selanjutnya, porsinya dinaikkan menjadi sedikitnya 31 persen di 2050. Realisasi energi terbarukan saat ini baru sekitar 8 persen dalam bauran energi nasional.
Dalam bauran energi primer pembangkit listrik PLN, energi terbarukan menyumbang 12,24 persen; gas 19,46 persen; solar 4,23 persen; dan batubara 62,07 persen.