Penguatan kesatuan dan sentralitas ASEAN sangat penting. Inisiatif juga tetap diperlukan. Terbukti inisiatif negara-negara anggota ASEAN bermanfaat bagi kawasan.
Oleh
KRIS MADA DAN EDNA CAROLINA PATTISINA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Sebagai bagian integral dari asosiasi regional, Indonesia sangat membutuhkan ASEAN, demikian pula sebaliknya. Selama ini, dinamika Indonesia dan ASEAN memengaruhi satu sama lain.
Keterlibatan Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan di kawasan, dan sebaliknya, membuat kawasan ini stabil. Indonesia pun akan diuntungkan jika ASEAN berkembang. Oleh karena itu, Indonesia harus aktif untuk terus terlibat dan aktif mengembangkan ASEAN.
”Saat Indonesia tidak melibatkan diri, ASEAN tidak berkembang. Bagi saya, itu kenyataan selama beberapa dekade,” kata mantan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dalam diskusi ”Indonesia in ASEAN: Is There More to Gain?” yang diselenggarakan CSIS di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Marty mengatakan, ASEAN memang sangat menjunjung prinsip tidak saling mencampuri urusan dalam negeri. Walakin, sejarah membuktikan, sejumlah inisiatif Indonesia mampu menyelesaikan masalah dalam negeri pada anggota ASEAN.
Jakarta Informal Meeting (JIM) sepenuhnya mengurus masalah dalam negeri Kamboja. JIM berperan penting dalam menyelesaikan perang saudara di Kamboja.
Indonesia juga berinisiatif membantu menyelesaikan masalah Filipina selatan. Seperti JIM untuk Kamboja, Jakarta membuat forum untuk mempertemukan faksi berseberangan di Filipina. ”Semua itu masalah dalam negeri dan Indonesia berinisiatif terlibat,” ujarnya.
Sebaliknya, Indonesia pun membuka diri bagi negara lain di kawasan. Hal itu, antara lain, terjadi pada kasus Aceh. Indonesia mengundang Thailand dan Malaysia menjadi pemantau proses rekonsiliasi di Aceh.
Fokus
Melihat pentingnya ASEAN, anggota Dewan Penyantun CSIS, Jusuf Wanandi, yang juga menjadi pembahas dalam diskusi itu mengatakan, para pemimpin ASEAN harus fokus menyelesaikan masalah kawasan.
Sayangnya, menurut Jusuf, masalah penting, seperti perseteruan Amerika Serikat-China, tidak dibahas dengan layak. Padahal, ASEAN ikut merasakan dampak perselisihan itu.
Persoalan lain yang juga diingatkan adalah isu Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Marty Natalegawa mengingatkan, penting mendekati dan melibatkan India dalam RCEP. ”ASEAN tak bisa pasif. Tanpa India, momentumnya hilang,” katanya.
Marty berharap India tidak ditinggalkan dalam proses RCEP. Lebih baik pengesahan RCEP ditunda dibandingkan dengan tidak melibatkan India dalam perjanjian dagang itu. RCEP dirundingkan oleh 16 negara, termasuk India. Dalam pertemuan para kepala negara pembahas di Bangkok, 15 negara menyepakati naskah RCEP, sementara India belum. New Delhi mengatakan, masih ada isu penting yang belum diselesaikan.
Stabilitas
Dihubungi terpisah, pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu mengatakan, upaya ASEAN melalui forum Pertemuan Menteri-menteri Pertahanan ASEAN (ADMM Plus) semakin penting, terutama untuk menciptakan rasa saling percaya dan keterbukaan. Hal itu dikemukakan Dinna menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam ADMM Plus yang digelar di Bangkok awal pekan ini.
Prabowo mengatakan, ASEAN harus dapat menjadi penyeimbang dan penghubung di kawasan Indo-Pasifik melalui ASEAN Indo-Pasifik Outlook sehingga tak ada dominasi kekuasaan di kawasan. ASEAN melalui netralitas dan sentralitasnya mengajak semua negara di Indo-Pasifik ikut bertanggung jawab terhadap keamanan kawasan karena Indo-Pasifik bukan semata-mata milik ASEAN, melainkan milik masyarakat dunia.
Menurut Dinna, persoalan di Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai melalui forum dialog dan diplomasi. Salah satunya dengan terus mendorong pembahasan kode tata perilaku atau code of conduct dengan China.