Ujaran kebencian dan permusuhan diduga telah menyelusup ke dalam masjid di Tanah Air. Padahal, sejak ratusan tahun silam, masjid menjadi pusat peradaban.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Ujaran kebencian dan permusuhan diduga telah menyelusup ke dalam masjid di Tanah Air. Padahal, sejak ratusan tahun silam, masjid menjadi pusat peradaban. Untuk itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta semua elemen masyarakat menyebarkan narasi kerukunan antarumat beragama melalui masjid.
Hal ini disampaikan Wapres dalam Festival Tajug 2019 di Alun-alun Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/11/2019). Turut hadir Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis, Bupati Cirebon Imron Rosyadi, serta sejumlah sultan dan raja di Nusantara.
Saat tiba di lokasi, Wapres dan rombongan disambut siswa sekolah dasar setempat dan atraksi barongsai dari Wihara Dewi Welas Asih, sekitar 1,3 kilometer dari Alun-alun Keraton Kasepuhan. Bersama jemaah, Wapres juga menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berusia sekitar 500 tahun, tepat di samping Alun-alun.
Wapres mengatakan, Festival Tajug yang digelar kedua kali tersebut sangat penting karena mengingatkan kiprah Sunan Gunung Jati yang mengembangkan Islam secara damai melalui masjid dan tajug. Festival yang diinisiasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Keraton Kasepuhan itu mengusung wasiat pemimpin Cirebon abad ke-15 itu, yakni ”Ingsun titip tajug lan fakir miskin”.
”Sekarang, (pesan itu) bisa dimaknai menjaga tajug dari dakwah yang tidak sesuai cara ulama pendahulu. Jangan sampai, masjid jadi tempat menyampaikan ujaran kebencian, narasi permusuhan. Masjid bukan (tempat) untuk sumpah serapah, maki-makian,” ujar Wapres. Narasi kebencian telah membuat masjid menyimpang dari fungsinya, yakni membangun persaudaraan.
Jangan sampai, masjid jadi tempat menyampaikan ujaran kebencian, narasi permusuhan.
Oleh karena itu, Wapres mengajak seluruh elemen masyarakat membangun narasi kerukunan antarumat beragama. ”Ini sangat relevan sekarang. Mari kita kubur narasi kebencian,” ucapnya.
Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat menuturkan, pesan Sunan Gunung Jati, yakni Ingsun titip tajug lan fakir miskin (Saya titip tajug dan fakir miskin) mengingatkan umat untuk menjaga masjid secara fisik dan memakmurkannya. ”Tajug itu untuk membangun akhlak, bukan menyebarkan fitnah dan mengadu domba,” katanya.
Masjid, katanya, menyebarkan kedamaian bagi umat, apa pun agamanya. ”Sejak dahulu, tidak ada narasi kebencian di masjid. Sekarang, kan, narasi kebencian banyak dipengaruhi internet atau media sosial,” lanjut Arief.
Adapun titip fakir miskin dalam pesan Sunan Gunung Jati mengingatkan masyarakat untuk peka terhadap orang fakir dan miskin. Melalui tajug, katanya, ekonomi fakir miskin bisa dibangun. ”Misalnya, masjid atau tajug kuno di Nusantara dijadikan destinasi wisata religi,” ujar Arief.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya telah berupaya menjaga sekitar 200.000 masjid dan tajug di Jabar agar tidak terkontaminasi ujaran kebencian dan permusuhan. Pihaknya, misalnya, berkoordinasi dengan Dewan Masjid Jabar agar mengedepankan kajian yang mengusung perdamaian.
Ia mengklaim telah membekali sekitar 2.000 pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) se-Jabar agar mampu mendeteksi radikalisme dan melawan ujaran kebencian. Pihaknya juga menerapkan dakwah digital yang mengusung tema perdamaian.
Bahkan, pihaknya telah mengirim lima ulama ke Inggris untuk menyebarkan bahwa Islam di Indonesia itu toleran. ”Problem Indonesia hari ini lebih pada persatuan Indonesia, bukan masalah uang atau ilmu,” ujarnya.