Jembatan Integrasi Stasiun LRT Pulomas dan Halte Transjakarta Dibangun 2020
PT Jakarta Propertindo berencana menambah jembatan untuk integrasi moda kereta ringan (LRT) dengan bus Transjakarta di Stasiun Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jakarta Propertindo berencana menambah jembatan untuk integrasi moda kereta ringan atau lintas rel terpadu (LRT) dengan bus Transjakarta di Stasiun Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur. Desain dasar dari jembatan ini tengah dimatangkan dan mulai dibangun pada 2020.
Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Iwan Takwin mengungkapkan, rencana integrasi Stasiun LRT Pulomas muncul atas pertimbangan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD) yang sedang dibangun di sana. Selain itu, jarak antara Stasiun LRT Pulomas dan Halte Transjakarta Pulomas dianggap cukup berdekatan, sekitar 250 meter.
”Memang di Pulomas akan ada proyek TOD yang pengerjaannya masih di bawah anak usaha Jakpro. Sebelum proyek itu selesai, kami mendahulukan jembatan tersebut agar dapat segera selesai tahun 2020,” ucap Iwan saat dihubungi di Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Ia menambahkan, proses diskusi dengan PT Transjakarta saat ini masih berlangsung. Sebab, rencana integrasi diharapkan dapat menambah pengalaman menarik bagi pengguna saat berpindah moda.
”Pihak kami masih perlu mendetailkan lagi rencana ini bersama Transjakarta. Bisa jadi, seperti pada integrasi Stasiun Velodrome-Halte Pemuda, Transjakarta justru turut merenovasi halte sehingga konektivitas lebih efektif,” ucap Iwan.
Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono berharap integrasi fisik tersebut nantinya dapat menambah jumlah pengguna transportasi publik. Meski begitu, ia belum menargetkan secara spesifik target penambahan pengguna. ”Hal yang penting, kan, mobilitas antarmoda jadi meningkat,” katanya, Kamis lalu.
Jembatan penyambung Stasiun LRT dengan Halte Transjakarta Pulomas bakal menjadi proyek integrasi kedua setelah Stasiun Velodrome-Halte Pemuda. Adapun jembatan penghubung Stasiun Velodrome-Halte Pemuda itu dibangun sepanjang 270 meter.
Kebutuhan
Terkait dengan rencana integrasi, warga justru mendukung agar proyek ini segera rampung. Sebab, kehadiran moda LRT dianggap banyak membantu mobilitas warga.
Nur (30), warga Utan Kayu, Jakarta Timur, menganggap keberadaan moda ini banyak membantu terutama saat kawasan Kelapa Gading sedang macet parah. Ia bahkan dapat langsung menyambung moda dengan bus pengumpan Minitrans rute 10F hingga ke tempat kerjanya, yakni Mal Kelapa Gading.
Direktur Utama PT LRT Jakarta Widjanarko berharap rencana integrasi antara Jakpro dan Transjakarta segera rampung. Sebab, proyek ini akan meningkatkan kegunaan moda LRT. Apalagi, LRT akan beroperasi secara komersial mulai Desember ini dengan tarif Rp 5.000.
”Kami harapkan jumlah pengguna kian meningkat dengan adanya proyek integrasi ini. Karena integrasi antarmoda ini pula, LRT berhasil meningkatkan jumlah penumpang harian sebanyak 10 persen,” kata Widjanarko.
PT LRT Jakarta sebagai pihak pengelola moda LRT di kawasan Velodrome-Pegangsaan Dua baru meraih jumlah sekitar 7.000 penumpang dalam sehari. Jumlah ini masih setengah dari yang ditargetkan oleh Jakpro, yakni 12.000-15.000 penumpang per hari (Kompas, 28/9/2019). Karena itu, Widjanarko berharap jumlah penumpang harian dapat ditingkatkan lagi.