Guardiola tak bisa memandang remeh kekuatan Chelsea, meskipun pada musim lalu ia dapat menang telak dengan skor 6-0. Musim ini, Chelsea datang dengan kekuatan baru.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Manchester City kembali mendapatkan tantangan berat dalam usaha mempertahankan gelar juara Liga Inggris. Apalagi setelah mengalami kekalahan 1-3 dari pemuncak klasemen sementara Liverpool, City masih harus menghadapi Chelsea di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, Minggu (24/11/2019) pukul 00.30 WIB.
Kekalahan dari Liverpool membuat Manajer Manchester City Pep Guardiola kesal. Dia merasa dirugikan oleh keputusan wasit yang tidak memberikan penalti pada City ketika bek Liverpool, Trent Alexander-Arnold, menyentuh bola di dalam kotak penalti.
Meskipun Guardiola tak mau protes berlebihan, tetapi jawaban ketusnya memperlihatkan kekecewaannya saat ditanya wartawan terkait keputusan kontroversial tersebut.
”Tanyakan kepada wasit, jangan tanya pada saya. Tanyalah pada (wasit) Mike Riley dan orang-orang (yang mengatur) di VAR (video wasit), jangan tanya saya,” ujar Guardiola seusai pertandingan melawan Liverpool di Anfield, Liverpool, Minggu (10/11/2019).
Rasa kesal Guardiola cukup masuk akal karena timnya kini harus terlempar ke peringkat empat di bawah Leicester City dan Chelsea serta berjarak 9 poin dari Liverpool. Tak hanya itu, tantangan berat kembali ia lewati ketika harus bertemu dengan Chelsea, yang sedang dalam performa bagus.
Guardiola tak bisa memandang remeh kekuatan Chelsea, meskipun pada musim lalu ia dapat menang telak dengan skor 6-0. Musim ini, Chelsea datang dengan kekuatan baru yang diisi oleh deretan pemain muda berbakat diasuh oleh legenda klub, Frank Lampard.
Berbeda dengan manajer Chelsea musim lalu, Maurizio Sarri, strategi yang diusung Lampard lebih atraktif dan sederhana. Mereka selalu berusaha menekan lawan dan berani melakukan percobaan tendangan jarak jauh untuk memberikan ancaman pada kiper.
Permainan ”The Blues” pada partai tandang pada musim ini cukup mengejutkan. Mereka berhasil meraih kemenangan tandang sebanyak tujuh kali berturut-turut di semua kompetisi. Lampard berhasil menyamai rekor yang dipegang Bobby Campbell pada 1989. Tak hanya itu, Chelsea juga tercatat sebagai tim di Liga Inggris yang paling banyak mencetak gol pada pertandingan tandang yakni 18 gol.
Sektor belakang lemah
Meskipun demikian, gaya permainan menyerang yang diusung Lampard cukup berisiko. Mereka menjadi tim dalam sembilan besar yang paling banyak kebobolan yakni 17 gol. Kelemahan Chelsea di sektor belakang ini dapat menjadi peluang bagi City untuk memenangi pertandingan.
Apalagi City memiliki penyerang Sergio Aguero yang musim lalu mencetak tiga gol ke gawang Chelsea. Aguero juga memiliki catatan yang bagus saat bertemu Chelsea. Dalam 18 pertandingan termasuk ketika masih membela Atletico Madrid, Aguero berhasil mencetak 15 gol ke gawang Chelsea.
Lampard tentu akan meminta anak didiknya mengawal Aguero dengan ketat. Ia tahu kekuatan penyerang asal Argentina tersebut karena pernah bermain bersama pada musim 2014/2015. ”Dalam hal mencetak gol dan menyelesaikan peluang, Aguero adalah pemain terbaik yang pernah bermain bersama dengan saya. Di sekitar kotak (penalti), ia mematikan dan tajam,” ujar Lampard pada tahun 2017, seperti dikutip dari situs resmi Manchester City.
Akan tetapi, kelemahan di lini belakang juga dialami oleh City. Mereka sedang mengalami krisis bek akibat cedera. Fernandinho yang berposisi sebagai gelandang dipaksa oleh Guardiola untuk menempati posisi bek.
Selain menempati bukan posisi aslinya, Fernandinho juga sudah berusia 34 tahun. Ia bakal kesulitan menghadapi lini serang Chelsea yang mengandalkan kecepatan dan agresivitas yang dimiliki penyerang Tammy Abraham serta gelandang Mason Mount.
Akan tetapi, City mendapatkan kabar baik karena mereka akan diperkuat kembali kiper andalan Ederson yang telah sembuh dari cedera. Mereka juga diuntungkan dengan cederanya gelandang Christian Pulisic yang sedang tampil bagus bersama Chelsea. (AFP/REUTERS)