Masroni (39), nelayan di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, hilang di perairan Pulau Sebesi sejak Kamis (21/11/2019).
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Masroni (39), nelayan di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, hilang di perairan Pulau Sebesi sejak Kamis (21/11/2019). Korban diduga terjatuh dari bagan saat memasang jaring, lalu terseret gelombang tinggi. Hingga kini, tim penyelamat masih melakukan pencarian.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Lampung Jumaril menerangkan, korban dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak Kamis pukul 08.30. Sebelum dinyatakan hilang, korban terakhir kali terlihat memasang jaring di bagan yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pantai. Namun, korban tidak kunjung kembali ke rumahnya.
Keluarga yang cemas lalu melaporkan kejadian itu kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan dan Basarnas Lampung. Tim penyelamat pun mengirimkan delapan personel untuk mencari korban. Nelayan dan warga sekitar pun ikut membantu proses pencarian korban.
”Tim gabungan langsung melakukan pencarian. Kami telah mengangkat tali jaring yang berada di bagan lokasi korban terjatuh, tapi hasilnya nihil. Selanjutnya, tim melakukan penyisiran menggunakan perahu. Namun, korban belum ditemukan,” papar Jumaril, Jumat (22/11/2019).
Menurut dia, tim SAR akan terus melakukan pencarian dengan radius yang lebih luas. Selain menyisir perairan Pulau Sebesi, pencarian akan diperluas hingga perairan Pulau Sebuku. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan tim SAR yang berada di Tanggamus untuk membantu proses pencarian korban.
Kami telah mengangkat tali jaring yang berada di bagan lokasi korban terjatuh, tapi hasilnya nihil.
Kepala Desa Way Muli Rohaidi menuturkan, berdasarkan keterangan nelayan yang menjadi saksi mata, kaki korban diduga terlilit jaring saat bekerja. Akibatnya, korban oleng dan terjatuh ke laut. Naas, saat kejadian, ombak laut tinggi dan angin kencang sehingga korban terseret dan hilang.
Hingga Jumat siang, warga dan nelayan sekitar masih membantu pencarian korban. Dia berharap, korban bisa segera ditemukan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung, gelombang tinggi dan angin kencang tengah melanda perairan Lampung. Bahkan, BMKG Maritim Lampung mengeluarkan peringatan gelombang tinggi selama tiga hari ke depan. Sejumlah lokasi yang patut diwaspadai antara lain perairan barat Lampung serta Selat Sunda bagian barat dan selatan. Di daerah tersebut, tinggi gelombang bisa 1,25-2,5 meter. Adapun kecepatan angin berkisar 3-25 knot.
Kepala BMKG Maritim Lampung Andi Cahyadi mengatakan, masyarakat yang beraktivitas di kawasan rawan gelombang tinggi dan angin kencang perlu waspada. Nelayan perlu waspada jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dan gelombang di atas 1,25 meter.