Biden Masih Terkuat untuk Lawan Trump
Partai Demokrat saat ini tengah menyaring belasan nama bakal calon (balon) presiden yang akan menantang petahana Presiden Donald Trump dalam pemilu, November 2020.
ATLANTA, JUMAT — Para unggulan bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Kamis (21/11/2019), menggarap basis pendukung warga AS kulit hitam seusai menyelesaikan sesi debat kelima, sehari sebelumnya. Warga AS kulit hitam, atau disebut juga warga Amerika-Afrika, mempunyai posisi penting karena jumlah mereka mencapai sekitar seperempat jumlah pemilih dalam pemilu pendahuluan dan pengunjung kaukus.
Partai Demokrat saat ini tengah menyaring belasan nama bakal calon presiden yang akan menantang petahana Presiden Donald Trump dalam pemilu, November 2020. Demokrat masih memiliki waktu sekitar 11 pekan sebelum pemungutan suara internal untuk menentukan calon presiden digelar mulai 3 Februari 2020.
Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden masih menempati posisi terfavorit di bursa bakal calon presiden dari Demokrat. Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada Oktober dan November memperlihatkan Biden mendapat dukungan 32 persen warga Amerika-Afrika independen dan tanpa afiliasi di kalangan pemilih Demokrat. Senator Bernie Sanders menyusul di belakangnya dengan 16 persen dukungan mereka. Adapun Senator Elizabeth Warren, Kamala Harris, dan Wali Kota Pete Buttigieg secara berurutan meraih dukungan 9 persen, 6 persen, dan 1 persen.
Dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos yang digelar pada 16-20 September lalu, diketahui 27 persen warga kulit hitam menginginkan kandidat yang ”mampu menaklukkan Presiden Trump”, sebanyak 16 persen menginginkan kandidat yang mampu membuka lapangan kerja, dan 10 persen mengharapkan kandidat yang ”kuat dalam program layanan kesehatan”.
Baca juga : Biden Dominasi Debat Demokrat
Dalam kampanye, Kamis lalu, para bakal calon presiden dari Demokrat berusaha merebut dukungan pemilih warga kulit hitam. Senator Elizabeth Warren, misalnya, mengangkat soal kewenangan pemerintah federal dalam menangani isu ketidakadilan dan ketimpangan yang dialami warga kulit hitam AS.
Dalam pidatonya di gimnasium Clark Atlanta University, Warren berkali-kali menyerukan ”pembicaraan penuh di tingkat nasional tentang upaya-upaya perbaikan” bagi perbudakan serta perbaikan atas segregasi rasial dan kebijakan-kebijakan diskriminatif.
”Jangan bicara soal undang-undang yang netral secara ras,” kata Warren. ”Pemerintah federal ikut menciptakan pembelahan rasial di negeri ini melalui diskriminasi yang disponsori negara dan berlangsung selama beberapa dekade, dan itu berarti bahwa pemerintah federal punya kewajiban memperbaikinya.”
Pemerintah federal ikut menciptakan pembelahan rasial di negeri ini melalui diskriminasi yang disponsori negara dan berlangsung selama beberapa dekade. Pemerintah federal wajib memperbaikinya.
Warren juga menyatakan, rencana detail kebijakan dirinya tentang pendidikan umum, dana pinjaman bagi siswa, perumahan, dan layanan kesehatan—yang dibayarkan melalui pajak lebih tinggi oleh warga dan perusahaan-perusahaan kaya—akan mengatasi ketimpangan rasial.
Ia menambahkan, dirinya akan menginvestasikan 50 miliar dollar AS bagi kampus-kampus dan universitas-universitas untuk warga kulit hitam, seperti Clark Atlanta University.
”Sejarah warga kulit hitam adalah sejarah Amerika,” kata Warren. ”Dan, sejarah Amerika mengajarkan kepada kita bahwa rasisme dari generasi ke generasi membentuk semua aspek penting dalam sistem politik dan ekonomi kita.”
Kamis, Biden bertemu dengan para wali kota berkulit hitam di wilayah selatan sebelum berkampanye di South Carolina. Di negara bagian ini, enam dari 10 pemilih kalangan Demokrat adalah warga kulit hitam. ”Saya berada di sini untuk memperoleh dukungan kalian,” kata Biden kepada audiens di Lander University di Greenwood, South Carolina.
Bakal calon presiden lainnya, Pete Buttigieg, dalam kampanyenya mengangkat pengalamannya sebagai pria gay yang menghadapi rasisme sistematis, seperti dialami warga AS kulit hitam. Buttigieg, yang juga Wali Kota South Bend, Negara Bagian Indiana, itu memimpin berbagai jajak pendapat di kalangan warga kulit putih di Iowa. Kamala Harris, bakal calon presiden lainnya yang juga Senator California dan satu-satunya perempuan kulit hitam di bursa bakal caon presiden dari Partai Demokrat, mengkritik pendekatan Buttigieg sebagai ”langkah naif”.
Seperti Buttigieg, Bernie Sanders—bakal calon presiden lainnya—mengangkat latar belakang kehidupan pribadinya sebagai anak keluarga imigran yang menjadi korban Holocaust. Hal ini untuk mempertautkan pengalaman pribadi Sanders dengan perjuangan warga AS menghadapi penindasan dan supremasi warga kulit putih. Senator Vermont itu harus berjuang keras untuk mendapat dukungan warga kulit hitam, yang diharapkan lebih besar daripada yang dia peroleh saat kalah dalam bursa pencalonan pemilu presiden tahun 2016.
Baca juga : Mereka yang Kini Mulai Bertarung
Isu pemakzulan Trump
Sementara dalam sesi debat kelima di Atlanta, Rabu (20/11/2019), para kandidat belum sepakat soal pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump. Mereka juga belum kunjung sepakat soal isu asuransi kesehatan.
Senator Warren menyatakan akan mencoba membujuk para senator Republik untuk memakzulkan Trump. Sebagai partai yang mengusung Trump pada pemilu 2016, Republik menentang pemakzulan.
Tanpa dukungan Republik, pemakzulan sulit terjadi. Sebab, usulan pemakzulan harus terlebih dulu disetujui Senat sebelum dibawa ke Kongres. Dari 100 kursi senat, 53 diduduki Republik. Di Kongres, usulan harus didukung oleh sedikitnya 357 dari 535 anggota lembaga legislatif tertinggi AS itu. Padahal, kini 250 kursi kongres diduduki Republik.
Baca juga : Lampu Kuning bagi Trump Setahun Menjelang Pilpres AS
Karena itu, Bernie Sanders mengingatkan agar Demokrat tidak terlalu terobsesi memakzulkan Trump dari kursi Presiden AS. Obsesi itu bisa mengganggu upaya Demokrat mengalahkan Trump di pemilu 2020. ”Jangan dihabiskan untuk Trump. Kenapa? Kita bisa kalah di pemilu,” kata salah satu dari tiga bakal calon presiden Demokrat yang unggul dalam berbagai jajak pendapat itu.
Jangan dihabiskan untuk Trump. Kenapa? Kita bisa kalah di pemilu.
Sementara bakal calon lain, Joe Biden, menyatakan akan membiarkan Departemen Kehakiman menentukan, Trump akan dituntut atau tidak. ”Jika penilaiannya dia melanggar hukum dan harus diselidiki, silakan. Saya tidak akan mengarahkan dan saya pikir bukan ide bagus bahwa kita bercanda dengan meniru Trump dan mengatakan: kurung dia,” ujarnya.
Biden juga mengingatkan, kasus yang memicu upaya pemakzulan hanya menunjukkan Trump takut pada dirinya. ”Satu-satunya hanya bisa saya pelajari adalah Donald Trump tidak mau saja jadi calon, jelas sekali,” ujar Biden.
Baca juga : Trump, Biden, dan Isu Pemakzulan Menjelang Pilpres AS
DPR AS melancarkan penyelidikan dugaan pelanggaran hukum oleh Trump dalam kasus telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam telepon pada Juni 2019, Trump meminta Zelensky menyelidiki lagi dugaan pelanggaran oleh Hunter Biden, putra Joe Biden, selama menjadi pejabat di perusahaan gas Ukraina. Trump juga meminta Zelensky menyelidiki, apakah Joe Biden memanfaatkan jabatannya sebagai wakil presiden AS untuk menghambat penyelidikan oleh aparat Ukraina terhadap anaknya.
Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland menyebut permintaan itu sebagai syarat undangan bagi Zelensky untuk ke Washington. Pernyataan tersebut disampaikan Sondland, salah seorang donatur besar bagi kampanye Trump pada pemilu 2016, kepada DPR AS.
Sampai sekarang, sejumlah jajak pendapat menunjukkan Biden unggul dan berpeluang jadi bakal calon presiden dari Demokrat. Walakin, sejumlah konstituen Demokrat khawatir pada kesehatan Biden yang kini berusia 77 tahun. Selama debat di Atlanta, Wapres AS pada masa Barack Obama itu beberapa kali kehilangan konsentrasi dan salah mengucapkan beberapa kata.
Konstituen khawatir pula pada Sanders dan Elizabeth Warren yang juga unggul dalam berbagai jajak pendapat. Mereka dinilai terlalu liberal dan sulit menang di pemilu karena hal itu.
Dalam jagat politik AS, sebagian pemilih Demokrat cenderung liberal. Sementara sebagian pemilih Republik cenderung konservatif.
Baca juga : Biden Unggul di Survei, Berat di Dana Kampanye
Isu asuransi
Dalam debat di Atlanta, Biden juga berbeda pendapat dengan Warren dan Sanders soal asuransi kesehatan. ”Faktanya, sekarang mayoritas (konstituen) Demokrat tidak mendukung Medicare for All (asuransi kesehatan),” ujar Biden.
Bersama Obama, Biden meloloskan undang-undang pelayanan kesehatan yang terjangkau. Ia berharap cakupan undang-undang yang juga dikenal sebagai Obamacare itu diperluas. Ia juga mewacanakan asuransi kesehatan swasta dengan premi terjangkau.
Ide itu ditentang Sanders dan Warren. ”Beberapa orang berpendapat, kita tidak perlu melibatkan perusahaan asuransi. Sekarang saatnya,” ucap Sanders.
Sementara Warren menyatakan akan menggalang pendapatan baru bernilai hingga 20 triliun dollar AS bagi APBN AS. Dengan dana itu, ia akan menjalankan layanan kesehatan menyeluruh bagi warga AS. Ia akan membutuhkan tiga tahun untuk menjalankan program tersebut. Pernyataan itu memicu kritik. Sebab, masa jabatan presiden AS hanya empat tahun. (AP/AFP/REUTERS)