Rangkaian Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 menyisakan 55 peserta untuk masuk tahap karantina. Perjuangan panjang mereka akhirnya berbuah manis.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
Rangkaian Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 menyisakan 55 peserta untuk masuk tahap karantina. Satu tahap lagi akan mereka jalani sebelum tiket beasiswa dari Bakti Olahraga Djarum Foundation diraih. Mereka yang lolos lega. Sementara yang tak lolos harap-harap cemas karena Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum hingga kini belum menentukan format audisi untuk 2020.
Dari sudut salah satu lapangan nomor GOR PB Djarum di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (22/11/2019) pagi, Frisca Adelia Arifah (9) serius mengamati seorang atlet putri PB Djarum yang berlatih. Timbul harapan, kelak dia yang berada di sana dan berlatih setiap hari. Namun, satu pertandingan mesti ia jalani sebelum dirinya, sebagai peserta audisi U-11 putri, masuk ke tahap karantina.
Kegigihan dan semangat pun ditunjukkan peserta asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan, itu saat pertandingan. Tubuh yang mungil tak mengurangi jangkauan pukulannya. Saat kok cukup jauh mengarah di sisi kanan areanya, tangan kirinya langsung menyergap dengan backhand. Begitu pun ketika ia mendapat peluang smes. ”Takk...” kok menusuk tajam ke sudut area lawan.
Penampilannya menyedot perhatian pagi itu. Meskipun kalah dalam tiga gim yang ketat, orang-orang yang menyaksikan aksinya seakan sependapat tiket karantina layak ia raih. Seperti kata pepatah, hasil tidak akan mengkhianati proses. Benar saja, Frisca menjadi satu dari 55 peserta final audisi yang dinyatakan lolos.
”Senang bisa lolos karena ingin seperti Carolina Marin (Spanyol). Kalau di Indonesia, Butet (Liliyana Natsir) karena mainnya selalu semangat,” kata Frisca, pemain binaan PB Mustika Jaya Prestasi, Banjarbaru, yang mengikuti audisi tahap awal di Surabaya.
Ayah Frisca, Ariyanto (41), menceritakan, putrinya mulai senang pada bulu tangkis setelah menonton berbagai kejuaraan internasional yang ditayangkan di televisi, tiga-empat tahun lalu. ”Saya memang senang menonton pertandingan bulu tangkis di TV dan dia ikut menonton. Sempat berlatih di klub kecil, lalu ke PB Mustika Jaya Prestasi karena potensinya dilihat pelatih,” ujarnya.
Sempat terkendala biaya untuk berangkat ke final audisi di Kudus, Frisca nyaris tak berangkat. Namun, Ariyanto memikirkan sisi psikologis anaknya yang sudah melaju ke final dengan kemampuannya sendiri. Meski peserta mendapat uang untuk ongkos dari PB Djarum, tidak bagi keluarga atau pendamping. Ia pun lalu meminjam uang kepada kerabat demi bisa berangkat ke Kudus.
Perjuangan juga ditunjukkan Dian Ramadhani Mukti (11), peserta pada kategori U-13 putri asal Kabupaten Aceh Barat. Empat tahun mengikuti audisi umum beasiswa bulu tangkis, baru kali ini ia lolos ke tahap final. Dalam empat kali eliminasi di final, ia tampil memukau. Memiliki daya jangkau yang baik, bola hasil pukulan lawan mampu ia kembalikan. Dia pun lolos ke karantina.
Dian mengaku mengidolakan pebulu tangkis Taiwan, Tai Tzu Ying. ”Cara dia menguasai lapangan hebat, tetapi kalau soal daya juang, saya senang Liliyana Natsir. Saat tertinggal, dia tak gampang menyerah. Mereka berdua inspirasi saya,” katanya.
Ayah Dian, Saidi Mukti (48), mengatakan, setelah tiga kali gagal ke final audisi, putrinya justru semakin termotivasi. ”Itu yang membuat saya terus mendukung. Untuk ikut audisi di Surabaya, lalu lanjut ke Kudus, saya pinjam uang ke bank sekitar Rp 40 juta. SK (surat keputusan) PNS dijadikan jaminan. Ini semua demi anak. Dian sendiri dapat dukungan dari KONI dan PBSI Aceh Barat,” ujarnya.
Final Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 diikuti 133 peserta kategori U-11 (putra-putri) dan U-13 (putra-putri) yang disaring dari Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo Raya, dan Kudus. Sempat tak ada eliminasi pada seleksi sesi pertama, jumlah peserta lalu mengerucut menjadi 87 orang, 71 orang, hingga akhirnya terpilih 55 orang. Mereka akan menjalani karantina selama seminggu.
Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi mengatakan, pihaknya kesulitan dalam menyeleksi para peserta. Sebab, mereka sudah memiliki teknik dasar yang sangat baik. Kemampuan mereka pun cukup merata sehingga ia benar-benar mencari anak-anak yang memiliki keistimewaan spesifik, seperti pukulan tajam dan mengejutkan.
”Dalam dua-tiga tahun terakhir ini, perkembangan pemain-pemain dari daerah cukup signifikan. Penyebab pasti saya tak tahu, tetapi ada kemungkinan ini pengaruh dari meningkatnya prestasi bulu tangkis Indonesia, seperti di Asian Games. Selain itu, juga mungkin dampak dari audisi umum yang membuka kesempatan di daerah-daerah. Kami harap demikian,” kata Fung.
Ia menambahkan, lolos audisi hingga tahap karantina, serta nantinya kembali lolos mendapat beasiswa, menjadi langkah awal menuju tangga juara. Namun, para atlet mesti berlatih keras dan membuktikan kemampuan mereka. Sebab, pihaknya memiliki sistem evaluasi yang ketat bagi para atlet PB Djarum.
Kelanjutan audisi
Sejumlah peserta dan orangtua sempat khawatir audisi umum bulu tangkis 2019 merupakan yang terakhir, mengingat adanya polemik yang muncul dalam beberapa bulan ke belakang. Namun, mereka yakin PB Djarum akan tetap melanjutkan audisi tersebut.
”Saya pikir ini terkait pembinaan. Masalahnya ada di pembinaan dan PB Djarum sanggup dan sudah melakukan itu dengan baik. Serta terbukti melahirkan atlet-atlet yang prestasi di tingkat dunia. Saya harap berlanjut,” kata Saidi.
Sementara itu, Musthofa (50), orangtua peserta audisi yang gagal lolos ke karantina, mengatakan, dirinya juga berharap audisi berlanjut. Apalagi, anaknya masih berkesempatan mengikuti audisi tahun depan. Menurut dia, banyak anak bermimpi masuk PB Djarum untuk masuk pelatnas hingga kemudian berjaya di tingkat internasional.
Sebelumnya, muncul polemik terkait pelaksanaan audisi umum beasiswa bulu tangkis PB Djarum karena dianggap ada unsur eksploitasi anak. Setelah itu, pertemuan dilakukan PB Djarum, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), serta Menteri Pemuda dan Olahraga.
Pada audisi umum 2019, peserta tak lagi memakai kaus bertuliskan Djarum. Sementara Ketua KPAI Susanto menuturkan harapan menumbuhkan bulu tangkis harus seiring dengan upaya perlindungan anak (Kompas, Jumat 13/9).
Fung memastikan audisi akan tetap berlanjut pada 2020. ”Namun, formatnya seperti apa belum dibahas. Yang jelas, sudah ada inisiasi akan berlanjut. Setiap tahun tentu kebutuhan berubah-ubah, tetapi kami mencari kelompok umur terbawah untuk suplai usia di atasnya. Biasanya, Januari baru ada pembahasan akan seperti apa,” katanya.