Seorang ibu dan anak, Nurhayati (40) dan Satria Ramandani (9), ditemukan tewas tertimpa pohon beringin tua di sebelah rumah mereka di Desa Petirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (23/11/2019).
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Seorang ibu dan anak, Nurhayati (40) dan Satria Ramandani (9), ditemukan tewas tertimpa pohon beringin tua di sebelah rumah mereka di Desa Petirejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (23/11/2019) sekitar pukul 04.00. Pohon tumbang saat keduanya tertidur lelap di tempat tidur yang sama.
”Saat ditemukan, kedua korban sudah meninggal di lokasi kejadian dengan kondisi luka sangat parah di bagian kepala,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi, Sabtu.
Selain dua korban tewas tersebut, juga terdapat satu korban luka, yaitu Gilang Ramadhan (24). Saat ini, korban luka dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Temanggung.
Pohon beringin yang roboh tersebut berdiameter 2 meter, dengan tinggi sekitar 25 meter. Selain usia yang diperkirakan sudah sangat tua, tumbangnya pohon diduga juga dipicu angin kencang yang terjadi sehari sebelumnya, Jumat.
Pohon tumbang sekitar pukul 23.50 dan langsung menimpa dua rumah warga milik Buhari (50) dan Slamet Bejo (50). Dua korban meninggal, Nurhayati dan Satria, adalah istri dan anak dari Slamet Bejo. Adapun korban luka, yakni Gilang, adalah putra dari Buhari.
Peristiwa ini direspons cepat oleh warga sekitar dan relawan. Anggota tim SAR BPBD Kabupaten Temanggung, Khotibul Umam, mengatakan, evakuasi korban mulai dilakukan sekitar pukul 01.00.
”Dengan tenaga manual dan dibantu peralatan tuas hidrolik, kami bersama warga berusaha mengangkat pohon beringin yang menimpa korban di rumah Pak Slamet (Slamet Bejo),” ujarnya.
Oleh karena demikian beratnya pohon, proses evakuasi memakan waktu cukup lama. Korban baru berhasil dievakuasi sekitar pukul 04.00. Saat ditemukan, posisi kedua korban tertimpa pohon, tidak tertimbun bangunan rumah. Sebagian tembok dan atap justru runtuh terpental ke pelataran setelah tertimpa pohon.
Proses evakuasi korban di rumah Buhari juga tidak mudah. ”Karena korban luka (Gilang) tertimpa bagian atap, untuk mengeluarkannya, kami harus memotong-motong sebagian kayu penyokong atap terlebih dahulu,” ucap Umam.
Dua rumah yang tertimpa pohon merupakan bangunan semipermanen. Menurut Umam, kejadian pohon tumbang kali ini menimbulkan korban karena terjadi pada tengah malam. Sebab, sebelum tumbang, gerakan pohon biasanya menimbulkan suara dan getaran. Namun, karena penghuni rumah di sekitar pohon sudah tertidur lelap, mereka sulit mengantisipasi dan menyelamatkan diri.