Pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan rumah tangga mampu golongan 900 VA mulai tahun 2020 dinilai tidak berarti tarif listrik mesti naik. Pemerintah tengah mengkaji skenarionya.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebelumnya, pemerintah dan DPR sepakat mencabut subsidi listrik pelanggan golongan 900 volt ampere (VA) bagi rumah tangga mampu. Dua golongan pelanggan lain masih memperoleh subsidi tarif listrik, yakni golongan 450 VA yang berjumlah 23,99 juta pelanggan dan golongan 900 VA rumah tangga tak mampu yang mencapai 7,17 juta pelanggan.
Meski demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, tidak alasan mendesak bagi pemerintah untuk menaikkan tarif listrik pada tahun 2020. Pemerintah tengah mengkaji skenario tarif listrik untuk Januari 2020 berdasarkan tiga variabel, yaitu harga minyak Indonesia, harga batubara, dan inflasi.
Akan tetapi, belum ada keputusan resmi hasil kajian tersebut. ”Tak ada urgensi bagi pemerintah untuk menaikkan tarif listrik tahun depan,” kata Arifin di Jakarta, Jumat (22/11/2019). Dia tidak menjawab lebih jauh pertanyaan wartawan dan bergegas masuk ke gedung seusai shalat Jumat di kantor Kementerian ESDM.
Rencana pencabutan subsidi listrik bagi rumah tangga mampu golongan 900 VA akan direalisasikan mulai 1 Januari 2020. Ada sebanyak 6,9 juta rumah tangga pelanggan listrik yang masuk kategori tersebut.
Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana, pemerintah belum sampai pada keputusan apakah akan ada kenaikan tarif listrik tahun depan atau tidak. Pemerintah terus mengkaji berbagai skenario tarif listrik dengan mempertimbangkan tiga variabel, yaitu harga minyak Indonesia (ICP), harga batubara, dan inflasi. Kajian dilakukan setiap tiga bulan sekali.
”Selain tiga variabel itu, pemerintah juga mempertimbangkan daya beli masyarakat dan daya saing industri sebelum menaikkan tarif listrik. Yang jelas, sampai sekarang belum ada keputusan,” ujar Rida.
Pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan rumah tangga mampu golongan 900 VA mulai 2020 akan menyebabkan subsidi listrik turun menjadi Rp 55 triliun. Berdasarkan data Kementerian ESDM, alokasi subsidi listrik tahun 2019 mencapai Rp 59,3 triliun. Sampai triwulan III-2019, realisasi subsidi mencapai Rp 36,22 triliun.
Hitung dampak
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services and Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebutkan, pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan rumah tangga mampu 900 VA ada dalam konteks mengurangi beban anggaran subsidi. Namun, ia mengingatkan pemerintah agar tetap mempertimbangkan dampak dari kebijakan tersebut. Sangat memungkinkan kebijakan itu akan menggerus daya beli rumah tangga dengan kemampuan rendah.
”Sementara tarif listrik untuk rumah tangga 900 VA yang tidak mampu ada ruang untuk disesuaikan tarifnya (dengan kondisi harga batubara, ICP, dan inflasi). Pasalnya, tarif golongan ini cukup lama tidak berubah. Namun, apabila dilakukan penyesuaian, tetap perlu pertimbangan matang bahwa penyesuaian tarif golongan tersebut tidak membebani pelanggan,” tutur Fabby.
Bagi pelanggan rumah tangga, ada tiga kelompok yang saat ini menerima tarif listrik bersubsidi. Ketiga golongan itu adalah rumah tangga 450 VA, rumah tangga tak mampu 900 VA, dan rumah tangga mampu 900 VA. Tarif listrik untuk setiap golongan itu adalah Rp 415 per kilowatt jam (kWh), Rp 605 per kWh, dan Rp 1.352 per kWh. Ada selisih lebih dari 50 persen untuk dua kelompok penerima subsidi listrik golongan 900 VA.
Sejak awal 2017, pemerintah mulai menertibkan pelanggan rumah tangga penerima subsidi listrik. Pasalnya, ada sejumlah pelanggan yang masuk kategori mampu, tetapi menerima subsidi listrik.
Dari 23 juta rumah tangga pelanggan listrik golongan 900 VA yang menerima subsidi saat itu, hanya 4,1 juta rumah tangga yang dinyatakan benar-benar layak menerima subsidi (Kompas, 3/1/2017).
Berdasarkan data statistik PLN 2018, pelanggan rumah tangga adalah yang terbanyak, dengan jumlah 66 juta pelanggan atau mencapai 91,87 persen dari total pelanggan PLN di Indonesia. Berikutnya adalah pelanggan bisnis sebanyak 3,7 juta pelanggan (5,22 persen), pelanggan sosial 1,5 juta pelanggan (2,17 persen), dan pelanggan industri 88.100 pelanggan (0,12 persen).