Otoritas Iran menggelar ”pembersihan” di dalam negeri dengan menangkap 100 pemimpin unjuk rasa dan memperingatkan negara lain.
Oleh
·2 menit baca
Otoritas Iran menggelar ”pembersihan” di dalam negeri dengan menangkap 100 pemimpin unjuk rasa dan memperingatkan negara lain.
DUBAI, SABTU— Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri, Sabtu (23/11/2019), memperingatkan negara-negara di kawasan bakal memikul dampak mengerikan jika terbukti campur tangan dalam unjuk rasa di Iran belakangan ini. Pejabat Iran lainnya mengungkapkan, tentara Iran dan anggota pasukan elite Garda Revolusi membantu polisi memadamkan unjuk rasa yang diwarnai kekerasan di Provinsi Kermanshah.
”Beberapa negara di kawasan harus tahu, mereka akan mengalami hidup yang tak mudah jika bukti menunjukkan mereka ikut membuat kerusuhan di Iran,” ujar Jahangiri, dikutip kantor berita Fars.
Teheran menuding ”para penjahat” terkait warga Iran di pengasingan dan musuh-musuh asing—AS, Israel, dan Arab Saudi—memantik kerusuhan dalam unjuk rasa di beberapa kota di Iran, sepekan terakhir, menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Arab Saudi dan Israel, musuh Iran di kawasan, mendukung langkah AS menjatuhkan kembali sanksi ekonomi kepada Teheran setelah AS mundur dari kesepakatan nuklir 2015. Akibatnya, Iran tak bisa mengekspor minyak dan tidak memiliki banyak pilihan untuk mempertahankan ekonomi negara itu, selain menaikkan harga BBM.
Kenaikan harga BBM memantik demonstrasi dan kerusuhan setidaknya di 100 kota besar dan kecil di Iran. Garda Revolusi Iran, Jumat (22/11), menangkap 100 pemimpin unjuk rasa di banyak kota, dan menahan 1.000 warga.
Juru bicara pengadilan Iran Gholamhossein Esmaili, dikutip kantor berita IRNA, menyatakan, sekitar 100 pemimpin demonstrasi ditangkap. Menurut Garda Revolusi Iran, situasi di negara itu sudah kembali tenang pada Kamis lalu.
Korban
Terkait jumlah korban unjuk rasa, Amnesty International mengatakan, sedikitnya 30 orang tewas di Provinsi Kermanshah, wilayah barat Iran. Lembaga itu memperbarui data korban tewas dalam unjuk rasa di Iran dari 106 menjadi 115 orang. Iran menolak angka korban itu dan menyebutnya sebagai ”hal yang spekulatif”.
Kantor berita Tasnim melansir pernyataan Komandan Garda Revolusi di Kermansyah, Bahman Reyhani, yang menyebut ”perusuh terkait dengan kelompok-kelompok (oposisi) di pengasingan) anti-revolusioner dan agen-agen rahasia AS”.
Juru Bicara Garda Revolusi Brigadir Jenderal Ramezan menyatakan, unjuk rasa diprakarsai kelompok pendukung kembalinya dinasti Pahlavi yang digulingkan dalam revolusi 1979 serta oposisi di pengasingan, Mujahideen Khalq.